Senin, 16 Juni 2014

Sosiolog Khawatirkan Dampak Sosial Penutupan Dolly


Dua hari lagi, Pemerintah Kota Surabaya akan menutup lokalisasi Dolly. Pengamat sosial khawatir, langkah tersebut justru menimbulkan dampak sosial di masyarakat.

Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. Wahyudi Winarjo, mengatakan, bahwa lokalisasi Dolly sudah lama berdiri dan membentuk sistem sosial di masyarakat sekitar. "Jika ditutup akan terjadi resistansi," katanya kepada wartawan, Senin (16/6/2014).

Resistansi yang dimaksud adalah, bila ditelaah dalam teori ilmu sosiologi akan mengakibatkan self deffence secara sosial, dimana warga sekitar akan menolak penutupan itu.

"Kelompok warga disana itu sudah hidup terhadap eksistansi Dolly, jadi kehidupan sosial pasca ditutupnya lokalisasi itu akan terasa dan itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah," urainya.

Wahyudi melanjutkan, bagi masyarakat luas. Utamanya warga sekitar Surabaya, ekspansi pekerja seks komersial (PSK) Dolly juga akan menyebabkan dampak sosial seperti terjadinya pelacuran liar yang menyebabkan rentan penularan penyakit.

"Kalau kita bicara soal PSK-nya, katakanlah mereka diberi pesangon, apakah mereka siap untuk bekerja selain menjadi PSK? Itu juga merupakan salah satu problem," tegasnya.

Menurut dia, harusnya, Dolly tidak perlu ditutup melainkan di relokasi atau dipindah tempat yang jauh dari pemukiman penduduk.
"Lokalisasi adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah kota, apalagi kota besar seperti Surabaya, kita tidak bisa memungkiri kodrat sebagai manusia yang butuh penyaluran hasrat," ungkapnya.

Ia menambahkan, secara teori sosial bagi kota terdekat, bakal mengakibatkan penularan ide. Dimana, kota atau kabupaten terdekat akan meniru langkah pemkot Surabaya untuk memberantas lokalisasi di daerahnya.

"Ide membubarkan lokalisasi ini bisa saja menular kepada daerah terdekat seperti Kabupaten Malang, hal ini yang harus dipikirkan lebih jauh seharusnya," tutupnya.

Kota Malang sebagai kota besar setelah Surabaya, diprediksi bakal terkena imbas langsung PSK Dolly yang tak punya tempat lagi bila lahannya ditutup.

Wakil Walikota Malang, Sutiaji menyatakan sesuai dengan visi kota Malang sebagai kota yang bermartabat, upaya pemantauan dan penertiban para PSK yang berada di jalan hingga saat ini terus dilakukan.

"Terlepas Dolly di tutup atau tidak, kami sesuai dengan visi me-manusiakan manusia sudah sejak lama melakukan pemantauan di titik yang rawan digunakan sebagai tempat mangkal PSK," katanya terpisah.

Upaya yang digencarkan pihak Pemkot Malang saat ini adalah mempersempit ruang gerak para PSK, sehingga keberadaan titik-titik yang diduga sebagai tempat PSK menjajakan diri bisa hilang secara bertahap.
"Kalau ada lokasi yang penerangannya remang-remang itu juga rawan dijadikan tempat mangkal, jadi kami akan tambah penerangan disana," ungkap Sutiaji.

Diharapkan, dengan mempersempit ruang gerak. Para PSK jebolan Dolly nantinya tidak akan beroperasi di kota pendidikan ini.

"Ketika disini sudah menjadi lahan kering bagi PSK, otomatis Kota Malang ini tidak bakal menjadi destinasi tujuan bila Dolly ditutup," tutupnya. (news.detik.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar