Menelusuri Praktik Prostitusi di Sangatta
Tak bisa dimungkiri praktik prostitusi bisa menjamur
di mana saja. Kawasan pedalaman maupun perkotaan, praktik haram ini
bukan jadi hal tabu. Mungkin yang membedakan hanyalah cara mendapatkan
perempuan penjajah seks.
Di Sangatta, praktik “esek-esek” masih susah-susah gampang ditemukan.
Dulu, awal 1990-an terdapat lokalisasi yakni Kampung Kajang (KK) di Desa
Singa Geweh Kecamatan Sangatta Selatan. Kawasan ini amat terkenal
karena Kutim tengah ramai usaha pertambangan batu bara. Momen ini pun
dimanfaatkan pekerja seks komersial (PSK) luar Kutim.
Usaha pertambangan menggeliat, ratusan PSK pun terus menyemut. Dari
informasi yang beredar, PSK yang menjual diri mencapai angka seribu.
Angka ini tentu dianggap besar untuk wilayah Sangatta kala itu.
Berjalannya waktu, ketenaran KK sebagai wadah pemuas nafsu lelaki hidung
belang mulai redup pada awal 2010, lantaran Pemkab Kutim mencetuskan
penutupan lokalisasi KK.
Wacana penutupan mendapat perlawanan, namun awal 2013 PSK mengalah, KK
pun ditutup. Kini diyakini aktivitas esek-esek di KK masih ada. Karena
masih ada 80 PSK yang mendiami kawasan ini. Penutupan KK membuat PSK
menjalankan aksinya di penginapan dan hotel.
Memang tidak ada yang bisa menjamin hotel dan penginapan di Sangatta
bersih dari praktik esek-esek. Media ini telah mendatangi sejumlah
penginapan kelas melati di Sangatta. Tidak ada persyaratan khusus untuk
menginap. Bahkan tidak harus mengeluarkan kartu identitas. Tinggal
membayar Rp 50-150 ribu, tamu bisa bebas keluar-masuk penginapan meski
membawa pasangan. Pemilik maupun penjaga penginapan seakan mengerti
dengan praktik tersebut.
Bahkan ada beberapa penginapan sengaja menawarkan jasa PSK untuk tamu.
“Lihat saja, kalau tamunya sendirian biasanya saya tawarkan PSK.
Tarifnya Rp 500 ribu sampai sejuta. Usia PSK bisa diatur mau yang anak
SMA, atau yang di atas 28 tahun, siap semuanya,” kata salah seorang
penjaga penginapan yang namanya sengaja disamarkan di bilangan Jalan Yos
Sudarso Sangatta.
Entah kebetulan atau tidak, bulan lalu ada kasus pembunuhan yang
melibatkan PSK sebagai korbannya. Korban berinisial As (30) ditemukan
tewas dengan luka tusuk di perut kanan. Ia ditemukan tewas di salah satu
penginapan di Jalan Yos Sudarso. Atas pembunuhan ini, penginapan
tersebut langsung ditutup.
Sejumlah pihak buka suara atas mudahnya penginapan dijadikan tempus esek-esek baik kalangan muda maupun tua.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Gepak (Gerakan Pemuda Pemudi Asli
Kalimantan) Kabupaten Kutim Achmad berharap pemerintah meningkatkan
pengawasan terhadap sejumlah penginapan dan hotel yang dijadikan sebagai
wadah prostitusi terselubung. Pasalnya, jika terus dibiarkan, aksi yang
merusak moral masyarakat itu akan semakin menjadi.
“Tidak bisa dibiarkan. Pemerintah harus proaktif melakukan pengawasan.
Jangan pada saat ada kasus saja, baru bertindak,” katanya saat
mendatangi Kantor Kaltim Post beberapa waktu lalu.
Sesuai data Dinas Pendapatan Daerah di Sangatta ada 13 penginapan dan
14 hotel. Sementara di Kutim saat ini, ada 67 penginapan maupun hotel. (http://www.kaltimpost.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar