Jumat, 06 Juni 2014

Penyebaran virus HIV/AIDS dari 7 ribu PSK Dolly mengkhawatirkan


Penyebaran virus HIV/AIDS dari 7 ribu PSK Dolly mengkhawatirkan
Gang Dolly. ©REUTERS/Sigit Pamungkas

Sebentar lagi, di pertengahan bulan Juni ini legenda lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yang berada di Kota Surabaya, Jawa Timur tinggal sejarah. Sebab, di 10 hari sebelum bulan puasa tahun 2014 ini, Pemkot Surabaya akan menutup Gang Dolly dan Jarak yang cukup melegenda di jagad prostitusi itu.

Namun, ada kekhawatiran dari dapat penutupan atau Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyebutnya dengan pengalifungsian dari lokalisasi menjadi tempat yang lebih bermoral. Dampak penutupan yang pertama itu adalah melubernya bisnis prostitusi jalanan dan semakin menjamurnya hotel esek-esek.

Yang paling mengkhawatirkan adalah, penyebaran virus HIV/AIDS dari para pekerja seks komersial (PSK) eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Dari data Dinas Kesehatan Surabaya, dalam kurun waktu 14 tahun, terhitung sejak tahun 2000 hingga 2014, kasus penderita HIV/AIDS di Kota Phlawan total berjumlah 7 ribu penderita.

Namun, sejak tahun 2012 hingga 2014, jumlah penderita HIV/AIDS terus mengalami penurunan, seiring dengan adanya instruksi pembatasan jumlah PSK di Gang Dolly dan Jarak. "Mulai tahun 2012 lalu sampai sekarang, total jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya ada sekitar 215 orang yang positif terjangkit penyakit berbahaya itu," terang Kadinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita, Selasa (3/6).

Rinciannya, lanjut Febria, tahun 2012 ditemukan 110 penderita HIV/AIDS dari 1.696 yang diperiksa oleh Pusesmas setempat. Kemudian di Media 2013, dari 1.003 orng yang diperiksa, 91 positif terjangkit HIV/AIDS. Selanjutnya pada Januari hingga Juni 2014, dari 788 orang yang diperiksa ditemukan 14 penderita baru.

"Total dihitung sejak tahun 2000 hingga tahun ini, sudah ada 7 ribu penderita yang positif HIV/AIDS," ucap Febria.

Diakuinya, dari data yang dimiliki Dinkes Kota Surabaya, sebagian besar penderita HIV/AIDS tersebut, mayoritas dari luar kota yang berada di lokalisasi Surabaya. "Untuk itu, kita akan berkoordinasi dengan daerah asal si penderita agar melakukan pengawasan dan pengobatan ke pada PSK yang sudah dipulangkan ke daerahnya masing-masing," katanya.

Dia melanjutkan, sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing, Dinkes Kota Surabaya akan melakukan pendampingan dan penyuluhan selama tiga hari. "Setelah itu, baru kita pulangkan ke daerah asalnya," tandas dia. (Sumber: www.merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar