Senin, 16 Juni 2014

Geliat Prostitusi di Tanah Bumbu, Kalsel

1324786051746262794
Masyarakat Banjar mayoritas memakai peci dan mereka memang relijius. Kompasianer ini beradaptasi dan menggunakan peci di depan sebuah menara di Kota Martapura, Kalsel (Gambar diambil menjelang petang)
Kelewat banyak yang hendak kutuliskan tentang Tanah Bumbu, sebuah kabupaten beribukotakan Batu Licin di Propinsi Kalimantan Selatan. Kali ini kembali penulis memprioritaskan reportase perilaku seks yang kian menggeliat di Tanah Bumbu dan penulis sebutkan Bumbu Sex di salah satu kabupaten kaya raya ini. Saat penulis mendarat di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, cermin kayanya Propinsi Kalimantan Selatan ini telah terasa. Dibalik hingar bingarnya eksplorasi tambang batu bara di propinsi tertua di Borneo ini justru saya meresahkan tiga hal subtansi: endemis malaria, miskinnya warga di balik kekayaan alam dan “bumbu sex” di Tanah Bumbu. Malahpun penulis jadi “terheran-heran” dengan panjangnya antrian di SPBU -terutama solar- padahal sumber minyak mentah justru dari pulau ini.
1324785799771523471
Nuansa Natal terpajang di galeri Bandara Syamsudin Nur, Banjarmasin saat penulis mendarat di bandara yang sampai saat ini masih ber-gate satu.
Martapura
1324784617613986665
Permatanya cantik,bukan?
Siapa yang tak kenal dengan Martapura, gudangnya perhiasan permata. Idolanya para ibu berwisata perhiasaan dengan harga mulai lima ribu rupiah sampai jutaan rupiah. Jika anda seorang suami, bermesraanlah! Genggamlah erat-erat tangan sang istri, tunjukkan kemesraan itu kepada publik dan pengunjung, jangan lepas. Sebab jika terlepas maka kemesraan itu berubah menjadi sebuah penantian yang lama. Ia akan melepaskan diri, nanar mata memandangnya. Mereka menyusuri toko-toko permata yang berkelas dunia. Permata yang menjadi idaman para wanita kita. Itu sudah manusiawi, bawaan bahwa perempaun kita sepaket dengan permata. Wanita itu sendiri adalah permata kehidupan kita.
Pemerasan Alam
13247850671493975350
Ini salah satu pegunungan yang telah digunduli oleh aktivitas tambang batu bara
Berkaca-kaca mata penulis menyaksikan “pemerasan alam” yang dilakukan oleh para kontraktor, pengusaha besar tambang batubara yang telah dengan tega menggunduli pegunungan. Penipisan ozon diakibatkan kian berkurangnya hutan lebat di sini. Penulis belum menemukan peremajaan hutan kembali di bumi yang mayotitas beretnik Banjar ini dengan lagu legendarisnya KOTA BARU gunungnya bamega.

Bumbu Seks dan Narkoba di Tanah Bumbu
Usai mengunjungi kota permata, penulis diharuskan menempuh perjalanan darat 6 jam menuju Kabupaten Tana Bumbu. Kabupaten yang merupakan tujuan utama Kompasianer Makassar ini. Sebuah perjalanan yang sungguh memberatkan dan melelahkan. Jika kita tak cukup kuat maka kita berpotensi “mabuk perjalananan” ataupun mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan seperti yang terjadi pada kedua teman saya. Mereka menyerah di tengah perjalanan dan memilih balik ke Banjarmasin.
***
Telah menjadi kultur -rahasia umum- bahwa disetiap industri pertambangan, selalu diikuti dengan riak prostitusi entah itu terang-terangan maupun terselubung. Efek dari berputarnya uang miliaran rupiah berkonsekwensi kepada munculnya lokalisasi-lokalisasi. Setidaknya di Tanah Bumbu sendiri memiliki sembilan titik lokalisasi prostitusi di mana pelanggannya bervariasi antara lain pekerja tambang itu sendiri, pelajar, masyarakat lokal. Namun, penulis tidak menemukan pelaku prostitusinya berasal dari masyarakat asli melainkan diimpor dari luar seperti dari Jawa bahkan saya sempat bertemu seorang PSK dari Kota Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Just imagine…!. Penulis tak pernah menyangka kalau Tanah Bumbu memiliki angka tertinggi di antara kabupaten lain yang ada di Kalimantan Selatan dengan 200 kasus HIV/AIDS. Peneliti benar-benar tak menduga, daerah yang cukup terisolir dan pedalaman ini memiliki penderita HIV/AIDS sebanyak itu. Maka sangat pantaslah jika slogan peringatan hari AIDS di Indonesia: “Lindungi Pekerja dari HIV/AIDS”. Peneliti jadi teringat dengan kasus menghebohkan video mesum pelajar cantik dan seorang anak muda kaya raya di Batulicin, Tanah Bumbu, 2007 silam. Ini perlambang bahwa potensi-potensi terinfeksinya Human Infected Viruses masyarakat Tanah Bumbu sangat terbuka dan itulah yang menjadi kecemasan penulis akan meledaknya kasus HIV/AIDS di kabupaten berjuluk Tanah Bumbu Bersujud ini.
13247874492062484062
Pemkab Tanah Bumbu dan praktisi kesehatan sedang urung rembug tetang penanggilangan malaria dan HIV/AIDS, Baik malaria maupun HIV/AIDSkeduanya sangat mematikan, keduanyapun mencecar darah manusia. (lokasi: P2B2 Tanah Bumbu, Kalsel)
Kebijakan Unik
Penelusuran peneliti di malam hari, di Batu Licin (Ibu Kota Kabupaten Tanah Bumbu) telah berdiri beberapa hotel yang selama ini menjadi fasilitas umum dan turut membantu bagi pendatang untuk menawarkan penginapan dalam sebuah kegiatan di lokasi ini. Namun sangat disayangkan sebab hotel-hotel ini pulalah menjadi arena prostitusi terselubung sehingga turut “mendukung” penularan HIV/AIDS di kota ini.
Maka wajarlah jika pemkab setempat dengan rada-rada marah, kesal, kecewa, prihatin. Pemkab menetapkan sebuah kebijakan bahwa jika ditemukan pelacuran terselubung saat penggerebekan di hotel ataupun rumah prostitusi yang menyelenggarakan bisnis mesum, maka pihak hotel yang akan menanggung seluruh biaya pengobatan penderita HIV/AIDS yang terbukti pernah melakukan tran-seksual di hotel mereka. Sebuah kebijakan yang menurut penulis realistis. (Muhammad Armand, http://regional.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar