Komplek Pelacuran Dolly di Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya menjadwalkan penutupan lokalisasi pelacuran
Dolly dan Jarak, Kamis (19 Juni) mendatang. Sebulan sebelum penutupan
itu, dilakukan pendataan ulang, ditemukan adanya pertambahan jumlah
wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang cukup signifikan, berbanding
dengan data jumlah sebelumnya.
Seperti diberitakan Suara Islam sebelum ini, data jumlah PSK sampai
dengan bulan Maret 2014 adalah 1.022 orang PSK. Rincinya, di Dolly 559
orang dan di Jarak 463 orang. Sebelum data tersebut disampaikan ke
Kementerian Sosial, dilakukan pendataan ulang, ternyata ditemukan
petambahan menjadi 1.187 orang PSK, atau terdapat 165 orang PSK lebih
banyak dibanding data sebelumnya.
Dari sejumlah keterangan yang berhasil dihimpun wartawan diantaranya
menyebutkan, data jumlah PSK 1.022 orang, sebenarnya merupakan data yang
sudah cukup lama dan belum dilakukan pembaharuan.
“Pemerintah Kota beranggapan, memberlakukan larangan tidak menambah PSK,
benar-benar dipatuhi oleh Mucikari. Kenyataan, setelah diadakan
pendataan ulang, untuk menyusun data yang kelak ketika lokalisasi
ditutup digunakan sebagai dasar pemberian pesangon dari pemerintah;
jumlah PSK itu langsung bertambah,” ungkap sebuah sumber di Dinas Sosial
Kota Surabaya.
Setiap dilakukan razia, tambah sumber yang sama, baik di Dolly maupun
Jarak, senantiasa tidak ditemukan adanya pertambahan PSK baru. Ada
diantaranya ditemukan PSK yang berpindah-pindah wisma. Sedang wisma
tempat perpindahaan itu, satu pemilikan. Mucikari sengaja
memindah-mindah PSK, agar “dagangan” ini tetap laku karena memperoleh
penyegaran dengan kategori baru. Perpindahan demikian, jelas tidak
mempengaruhi jumlah.
Mucikari punya cara lain. Ada PSK “tambahan” tersebut, memang tidak
tinggal di wisma. Mereka disewakan rumah atau kos di kampung-kampung
sekitar Dolly dan Jarak. Ketika ada razia, petugas belum sampai, di
Dolly dan Jarak sudah terdengar bunyi alarm yang meraung-raung. Pada
saat demikian, PSK yang tinggalnya di rumah sewa atau kos harus segera
meninggalkan wisma.
“Berarti, setiap razia hendak dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
(SatPol-PP), ada pihak pem-bocor memberitahukan ke pihak tertentu di
Dolly dan Jarak. Sempat ditemukan, ada PSK agaknya terlambat
menyelamatkan diri. Karena ketika alarm berbunyi, sedang melayani
pelanggan. PSK ini-pun mempunyai dalih; mengaku bukan PSK. Bersama
pasangannya, datang hanya menyewa kamar. Hebatnya, yang lelaki, seperti
sapi yang dicocok hidungnya, membenarkan keterangan PSK,”
Sementara Dedi Sosialisto, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas
Sosial Surabaya, seperti dikutip Harian Surya mengungkap; karena
terdapat pembengkakkan jumlah PSK, pendataan untuk memutakhirkan data
jumlah PSK tersebut, akan terus dilanjutkan hingga benar-benar menemukan
jumlah yang pasti.
Terkait pertambahan jumlah PSK, sejumlah keterangan juga dihimpun Dinas
Sosial, untuk menemukan penyebab sebenarnya. Karena tidak tertutup
kemungkinan, memang terdapat “wanita harapan“ yang baru bergabung.
Namun, menurut petugas di Kelurahan Putat Jaya, masih menurut Dedi
Sosialisto, pertambahan jumlah PSK tersebut diantaranya karena ada PSK
yang telah insaf dan sudah membuka toko-toko kelontong, namanya masih
dimasukan dalam daftar nama PSK. Jika keterangan ini benar, PSK yang
telah insaf dan telah membuka usaha kecil-kecilan di Dolly atau Jarak,
dimasukkan daftar untuk memperoleh bantuan modal, itu jstru dapat
dibenarkan.
“Lain jika yang dimasukkan daftar nama ternyata memang PSK baru, itu
yang tidak dibenarkan. Kami bakal memeriksa pemilik wisma. Sebab, sudah
ada aturan yang jelas melarang adanya penambahan PSK,” tegas Dedi
Sosialisto dengan mengatakan setelah pemutakhiran selesai, data segera
dikrim ke Kementerian Sosial Jakarta. Sebelum membayar uang kompensasi
sebesar Rp 7.050.000 setiap PSK, pihak Kementerian Sosial terlebih
dahulu akan memeriksa ulang kebenaran data tersebut.
Dukungan Ormas Islam
Pernyataan dukungan terhadap ketetapan Walikota Surabaya Tri Rismaharini
untuk menutup lokalisasi Dolly, terus berdatangan. Sebelum ini, Rabu
(14 Mei) Suara Islam Online mengabarkan sejumlah 58 Ormas Islam, yang
tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB), menyatakan dukungan.
Bahkan menyatakan siap pasang badan, berada di belakang kebijakan
walikota menutup lokalisasi itu.
Perwakilan dari 58 Ormas Islam di Jawa Timur itu, diantaranya dari
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Front
Pembela Islam (FPI), Hidayatullah, Al Irsyaad, Persis, ICMI, Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) dan Forum Ulama Madura (FUM).
Paling akhir, dukungan tersebut datang dari Laskar Merah Putih. Jumat
(16 Mei) belasan wakilnya datang ke Balai Kota Surabaya untuk menyatakan
dukungan itu. Kedatangannya diterima Sumarno, Kepala Badan
Kesbangpol-Linmas.
Membanjirnya dukungan itu, menurut walikota, menjadi modal untuk meredam
kemungkinan terjadinya bentrok fisik mengikuti penutupan lokalisasi
Dolly dan Jarak. “Kepada perwakilan GUIB, kami minta untuk tidak
beertindak sendiri-sendiri. Biarlah kami yang maju di garis terdepan
dalam penutupan dua lokalisasi ini,” kata Walikota berharap.
Langkah-langkah persiapan penutupan ini, lanjut Walikota, kini sudah
mulai mengarah dengan menggunakan pendekatan personal kepada warga,
untuk menarik simpati, agar warga menyutujui langkah penutupan ini.
Setelah penutupan, Pemkot berkeinginan memenuhi keinginan warga, baik
untuk mendapat pekerjaan maupun modal usaha.
Bahkan, Wakil Walikota Whisnu Sakti Buana, yang sebelum ini dikhabarkan
berseberangan dengan kebijakan penutupan ini, kini justru menyatakan
telah terlibat secara langsung dalam persiapan penutupan, memperoleh
mandat dari Walikota agar terlibat langsung untuk menemui warga di
sekitar lokalisasi. Pertemuan itu, bertujuan untuk mengetahui dan
menghimpun keinginan warga. “Saya akan temui langsung semua warga yang
berada di sekitar lokalisasi,” katanya.
Bagian lain Wakil Walikota mengungkap, selama ini Dinas Sosial memang
telah berupaya mengadakan pendekatan kepada warga. Namun, memang belum
semua warga telah tersentuh pendekatan ini. Padahal terdapat lebih 500
KK di enam RW Kelurahan Putat Jaya. “Semua harus ditangani. Jangan
sampai ada yang tersisihkan,” tegasnya.
Agenda Wakil Walikota, setelah menemui beberapa pihak terkait, termasuk
pihak Kecamatan dan Kelurahan, segera setelah itu, dilakukan pertemuan
dengan segenap warga. Dipastikan, semua warga diundang, dan diharapkan
semuanya dapat memenuhi undangan. (www.suara-islam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar