Sejak zaman pemerintahan Jepang,
di Surakarta telah dibuat tempat lokalisasi bagi pekerja seks komersial
(PSK). Tempat ini dibangun untuk melokalisasi para PSK karena saat itu
para PSK menjual diri di berbagai tempat. Para PSK ini kemudian
dikumpulkan dalam satu lokasi tertentu yang kemudian disebut dengan
kawasan Silir. Secara etimologi, Silir berasal dari bahasa Jawa yang berarti hembusan angin yang sejuk dan menyegarkan.
Dalam konteks kawasan prostitusi, silir menjadi idiom yang berarti
tempat istirahat yang menyejukkan hati karena di situ akan diperoleh
kenikmatan hidup yang dapat melupakan segala masalah dunia. Kawasan
Silir ini berada di Kelurahan Semanggi, merupakan pintu gerbang masuk
Solo dari arah timur ( Mojolaban dan Polokarto ).
Pada masa kemerdekaan, sekitar tahun
1947,Pemkot Surakarta dibawah kepemimpinan Walikota Utomo Ramelan,
Kawasan Silir secara resmi dibuka menjadi tempat prostitusi. Pemerintah
Kota membangun bangunan sederhana dan tempat tinggal yang sehat sebagai
tempat tinggal para PSK. Selanjutnya pemerintah mulai mengawasi
kesehatan para PSK dengan menyediakan tenaga-tenaga medis untuk
memeriksa kesehatan para PSK secara berkala.
Mengingat Solo dianggap sebagai ikon
kota budaya, keberadaan Silir sebagai pusat lokalisasi dianggap menjadi
penghalang. Maka sejak masa Walikota Imam Sutopo pada tahun 1998,
lokalisasi Silir dinyatakan ditutup ( SK no. 462.3/09/1998). Sisa -sisa
Silir hanya tinggal menjadi pasar ayam dan pasar besi bekas.
Tahun 2006, di sekitar Kawasan Silir
digunakan sebagai lokasi baru para pedagang klithikan yang sebelumnya
berada di kawasan Monumen ’45 Banjarsari. Pemerintah Kota Solo dibawah
Walikota Joko Widodo membangunkan 1.018 unit kios berukuran 2 x 3 m di
lahan seluas 1,1 ha. Relokasi para pedagang kaki lima dari monumen
Banjarsari menuju Pasar Klithikan di kawasan ini tanpa menimbulkan
gejolak sama sekali. Karena hal ini Joko Widodo beserta Pemkot Solo
dianggap berhasil dan layak dicontoh oleh pemerintah lain dalam hal
relokasi pedagang kaki lima. Pasar Klithikan ini sekarang dikenal dengan
nama Pasar Klithikan Notoharjo. (Sumber: http://tentangsolo.web.id/silir.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar