Senin, 03 November 2014

Nasib Tragis Primadona Pemandu Lagu

Hari itu adalah hari Minggu, tanggal 10 Juni 2007. Hari dimana Inka alias Nita Ariska ditemukan sudah jadi mayat di dalam kamar kost-nya, di Kelurahan Suka Bungah, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat.
Kematiannya diketahui setelah teman-temannya curiga, hampir seminggu, Inka tak pernah kelihatan. Apalagi ketika kamarnya didekati, bau busuk menyengat dari dalam kamar. Diduga, perempuan kelahiran Tasikmalaya, 23 tahun lalu itu sudah tewas lebih dari sehari.
Sejumlah luka ditemukan di tubuhnya, akibat tusukan benda tajam. Tidak ada keraguan, perempuan yang bekerja sebagai pemandu lagu di tempat hiburan karaoke itu, dibunuh.
Para tetangganya sendiri terakhir melihat Inka dalam keadaan sehat, hari Senin sebelumnya, atau sekitar 6 hari sebelum mayatnya ditemukan. Ketika malam mulai menjelang, petugas Puslabfor datang ke lokasi kejadian, untuk melakukan proses identifikasi. Usai olah TKP, jenazah Inka yang dikenal ramah oleh para tetangga dan teman-temannya, malam itu juga langsung dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi.
Sementara itu dari kamar kost Inka, selain ditemukan sejumlah barang miliknya yang berlumuran darah, petugas Polresta Bandung Barat juga menemukan senjata tajam dan jam tangan digital lelaki, yang diduga milik si pelaku pembunuhan.
***
Kasus pembunuhan Inka akhirnya terungkap setelah polisi berhasil meringkus pelakunya di Madiun, Jawa Timur, hampir sebulan setelah mayat Inka ditemukan. Salah satu petunjuk yang membawa polisi mengarah pada pelaku adalah jam tangan yang berlumuran darah dan sebuah pesan singkat dalam telepon genggam Inka.
Dari sejumlah barang bukti yang berhasil ditemukan polisi di tempat kejadian perkara, identitas tersangka berikut keberadaannya akhirnya kian lama kian jelas.
Darah yang berceceran di sejumlah barang milik Inka misalnya, jadi petunjuk penting. Karena ternyata ada dua golongan darah yang berbeda. Selain itu juga ditemukan sebuah pesan singkat atau sms di telepon genggam korban. Belakangan diketahui, sms itu dikirim sang pelakunya.
Akhirnya tanggal 25 Juni 2007, jam 9 malam, di Stasiun Kereta Api Bandung, Jawa Barat, sejumlah anggota satuan reserse kriminal, Polresta Bandung Barat tiba dengan membawa tersangka pelaku pembunuh Inka.
Tersangka yang bernama Roni itu ditangkap di kota Madiun, Jawa Timur. Ia dibawa ke Bandung bersama sang istri yang baru ia nikahi dua hari sebelum penangkapannya. Pasangan pengantin baru itu langsung digiring ke Mapolresta Bandung Barat, untuk dimintai keterangan. Tersangka sendiri sudah mengakui perbuatannya.
Istri tersangka, Savita mengaku tidak tahu menahu soal pembunuhan. Ketika peristiwa itu terjadi, tanggal 6 Juni atau 4 hari sebelum mayat Inka ditemukan, dirinya sedang berada di Madiun. Savita baru tahu perbuatan keji sang suami ketika polisi datang menyergap ke rumah mereka.
Sementara Savita diberondong pertanyaan sejumlah wartawan, sang suami yang baru dinikahinya diperiksa polisi dalam ruangan.
Soal luka di tangan kanannya, tersangka membohongi keluarga dan Savita yang kala itu belum dinikahinya, dengan mengatakan ia jatuh hingga tangan kanannya terluka. Padahal luka itu didapat ketika berkelahi dengan Inka pada saat pembunuhan itu.
Savita yakin, tak ada kisah asmara antara suaminya dengan Inka. Savita sendiri kenal dengan Inka, walau tidak dekat. Karena pernah bekerja di tempat yang sama dengan Inka.
Keesokan harinya, tersangka pun dibawa ke tempat kejadian di kamar kost korban di Kelurahan Suka Bungah, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, untuk melakukan pra rekonstruksi. Warga sekitar yang berkerumun ingin menyaksikan wajah tersangka, tak urung terpancing emosi, mencaci maki tindak kejahatan lelaki berusia 26 tahun itu.
Sejumlah adegan pra rekonstruksi itu dilakukan tertutup. Namun berdasar pengakuan tersangka, malam tanggal 6 Juni, ia memang sengaja datang ke tempat kost Inka. Ia pun dipersilakan masuk oleh Inka yang sudah mengenalnya dengan baik. Maksud kedatangan tersangka kala itu, untuk menebus telepon genggamnya yang digadaikan pada Inka. Namun Inka menolaknya.
Entah kenapa penolakan Inka itu dibalas tersangka dengan melecehkan Inka yang disebutnya bukan perempuan baik-baik. Bahkan tersangka pun mendorong Inka yang menangis mendengar ucapan tersangka.
Dari hasil pra rekonstruksi, polisi sendiri meragukan motif tersangka yang menyebut dirinya terpancing emosi ketika korban mengambil pisau. Karena justru tersangkalah yang berinisiatif menggunakan kekerasan dengan mendorong dan menendang Inka, yang diduga membuat Inka mengambil pisau demi mempertahankan diri dari tindakan tersangka.
***
Ternyata tersangka pergi dari rumah korban tidak dengan tangan kosong. Sejumlah perhiasan ia ambil juga, dengan alasan untuk mengganti telepon genggam yang digadaikannya pada korban, sejumlah 200 ribu rupiah. Apakah pencurian itu motif utama tersangka? Atau ada persoalan asmara yang mewarnai kasus ini? Inilah bagian akhir jejak kasus.
Inka yang bernama asli Nita Ariska itu adalah seorang janda kembang asal Tasikmalaya, yang mencari nafkah untuk anak-anaknya dengan menjadi seorang pemandu lagu di sebuah tempat karaoke di kawasan Jalan Sudirman, Bandung, Jawa Barat.
Atasan dan rekan-rekan kerjanya terakhir kali melihat Inka pada saat mengambil gaji. Seperti para tetangganya, atasan dan teman-teman perempuan berumur 24 tahun itu menduga Inka menghilang karena pulang ke Tasikmalaya.
Walau berkepribadian ramah, tapi Inka jarang bercerita hal yang terlalu pribadi. Rina, teman korban tidak begitu kenal dengan tersangka Roni. Tapi ingat, pernah melihatnya datang untuk menjemput Savita, calon istri tersangka.
Tak ada yang menduga sang primadona akan tewas dengan tragis seperti ini. Setidaknya tujuh tusukan ditemukan di sekujur tubuhnya. Brutalnya pembunuhan yang terjadi malam itu terlihat jelas pada ceceran darah di dinding dan lantai kamar kost Inka.
Ketika Tim Liputan Jejak Kasus datang ke kamar kost korban, bercak darah sudah dibersihkan. Namun walau kamarnya sudah tidak seberantakan sewaktu mayat Inka ditemukan, sisa-sisa tindak kejahatan masih kental terasa.
Di sisi lain, tersangka mengaku usai membunuh, ia mencari telepon genggam miliknya yang akan ditebus itu. Namun karena tidak ketemu, diambilnya sejumlah perhiasan milik Inka.
Tersangka juga menolak dikatakan memiliki hubungan asmara atau menyimpan benih cinta untuk Inka. Kedekatannya semata teman biasa. Kekerasan seksual memang tidak terbukti dalam kasus ini, karena hasil visum terhadap korban menunjukkan tidak terjadi hubungan intim atau adanya perkosaan.
Polisi akhirnya menetapkan Roni sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan Inka. Dengan tujuan, mengambil barang korban. Pengantin baru itu memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, yang dengan brutal telah merebut hak anak Inka merasakan kasih sayang ibu, sang primadona pemandu lagu.(http://www.indosiar.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar