Rabu, 15 Oktober 2014

Sulitnya Membuat Pelacur Insyaf

Sulitnya membuat pelacur insyaf
Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta pemerintah daerah mengawasi setiap pemulangan wanita tuna susila (WTS) dari Surabaya agar tidak menjalani profesi serupa di daerahnya. Sebab setelah dipulangkan, para pelacur ini bukan tobat malah beroperasi di daerah lain.
"Pemerintah daerah harus ikut mengawasi secara ketat. Ini agar program yang sudah berjalan tidak sia-sia dan mampu mengentas wanita untuk beraktivitas normal," ujar Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim Bawon Adiyithoni di Surabaya, Selasa, (11/12). Demikian dikutip antara.
Bawon mengaku sempat kaget dengan kabar adanya para WTS baru di sebuah lokalisasi kawasan Madiun. Para pelacur itu diduga baru datang dan dikabarkan berasal dari wisma yang ditutup pemerintah di sejumlah lokalisasi di Surabaya.
Pihaknya meminta agar keterlibatan pemerintah daerah setempat benar-benar berjalan dan terlaksana dengan baik. Apalagi, kata dia, setiap WTS sudah dibekali Rp3 juta sebagai modal menjalankan usaha barunya dan beraktivitas dengan masyarakat pada umumnya.
Disinggung soal luberan WTS dari Surabaya ke daerah lain, lanjut Bawon, jika itu bukan termasuk program pemulangan, tentu harus dicari formula baru.
"Kami tidak ingin penutupan lokalisasi malah membuat masalah baru. Program ini memang membutuhkan keterlibatan semua pihak agar segera tuntas," katanya.
Sementara itu, penutupan sejumlah wisma di lokalisasi di Surabaya dirasa tidak serta-merta membuat WTS sadar dan pulang ke kampung. Berdasar temuan LSM Bambu Nusantara yang melakukan pendampingan WTS di Kabupaten Madiun, saat ini terlihat wajah-wajah baru di sejumlah wisma.
Diinformasikan, saat ini tercatat ada sekitar 400 WTS yang ada, padahal sebelumnya jumlahnya berada di bawah itu. Kebanyakan, WTS diakui dari Surabaya dan beroperasi di lokalisasi Gude.
"Masalah berapa jumlah WTS yang berasal dari Surabaya dan pindah ke Madiun, kami tidak tahu pasti. Namun sesuai pantauan kami, banyak wajah baru khususnya yang ada di lokalisasi Gude. Diduga mereka berasal dari wisma di Surabaya yang sudah tutup," tukas Direktur LSM Bambu Nusantara, Andry M Urant, kepada wartawan.
Dia mengingatkan, mobilitas WTS cukup tinggi. Semisal, kata dia, tempat praktiknya ditutup atau sepi maka akan mencari tempat lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Andry menilai sangat mendukung program penutupan lokalisasi WTS sebagaimana tertera dalam Surat Edaran Gubernur Jatim Nomor 460/16474/031/2011.
Karena itu pihaknya terus melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap para WTS. Bahkan, dalam enam bulan terakhir ini, WTS di tempat tersebut memiliki program baru yakni menabung rutin di salah satu bank milik pemerintah. (www.merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar