Rabu, 10 September 2014

Pelacur Tua dan Doa seorang Bocah


Malam semakin larut, embunpun sudah mulai membasahi rumput taman disudut kota . Seorang pelacur tua nampak duduk dibawah lampu yang sudah meredup sinarnya . Tak ada muram maupun gurat kecapekan nampak diwajahnya, hatinya bersuka cita.Karena saat ini dia telah mampu mengabulkan permintaan anak semata wayangnya, satu baju koko, sarung dan juga peci . Pakaian itu sekarang ada di tas kresek hitam yang terus dipeluknya, ia membayangkan betapa ganteng anaknya saat memakainya, berlarian memakai baju barunya menuju surau untuk sholat terawih dan juga mengaji bersama kawan-kawannya.
Selain itu, satu hal yang membuat dia bahagia adalah ia dapat juga meluluskan permintaan anaknya untuk tidak lagi menjadi pelacur. ” Kenapa bunda jadi pelacur?” pertanyaan yang selalu ditanyakan anaknya saat mau beranjak tidur . Biasanya dia takkan mampu menjawabnya pertanyaan anaknya itu, bibirnya tercekat dan ada air mata yang mulai turun dari sudut matanya . “Aku pengin bunda ngak melacur lagi ?” ucap bocah kecil itu sambil memeluk ibunya karena pertanyaannya tidak pernah terjawab. Hari ini pelacur tua bertekat dengan sekuat hati untuk tidak kembali ke taman sudut kota itu lagi . Ia akan menghabiskan masa tuanya untuk mengantar anaknya pergi mengaji.
5 km dari taman kota tempat pelacur melamun, disebuah rumah yang sangat sederhana . Seorang bocah umur 10 tahunan, duduk kusyuk diatas sajadah yang mulai memudar warnanya . Matanya terpejam,mulutnya melafalkan doa  ” Gusti.. aku pengin bundaku ngak melacur lagi, kabulkan ya Gusti “. Doa itu dibaca berulang-ulang sambil menunggu ibunya pulang.
1 km dari rumah tempat bocah duduk berdoa, diujung gang depan kantor bupati. Puluhan orang berkumpul melihat mayat yang tergeletak dipinggir jalan, tubuhnya penuh bercak darah .Mati karena korban tabrak lari . Dipelukannya nampak tas kresek berisi baju koko, sarung dan peci. (http://regsa.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar