Sabtu, 21 Juni 2014

Warga Sunan Kuning Semarang Tolak PSK Dolly


dok.merdeka.com
dok.merdeka.com
(Ilustrasi) PSK

Warga lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang menolak pindahan pekerja seks komersial (PSK) Dolly Surabaya. Kendati sebenarnya ada persamaan transaksi esek-esek dan karaoke antara SK dan Dolly.
Alasan status resosialisasi sebagai tempat memberikan pelatihan sebagai langkah awal untuk mengentaskan anak binaan, menjadi dasar penolakan warga dan pengelola lokalisasi SK.
“Program di lokalisasi SK itu salah satunya adalah mengentaskan mereka agar tidak selamanya menjadi wanita tuna susila,” kata Wakil Ketua Resos Sunan Kuning, Slamet Suwandi, di ruang pertemuan RW Kawasan Argorejo Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/6).
Slamet menambahkan, untuk menjadi anak asuh, langkah awal yang harus dilewati adalah melakukan screening kepada para PSK untuk mengetahui adanya penyakit atau tidak.
“Untuk itu pihaknya sendiri dalam menerima anak asuh baru perlu dilakukan musyawarah dengan anggota lainnya,” tambahnya.
Padahal, menurut dia di Gang Dolly banyak anak asuhnya yang terkena penyakit, sehingga jika diterima dapat menjadi bumerang bagi pengelola SK.
“Kami tidak ingin menambah anak asuh, kalaupun menambah apabila berkurang banyak dan tentunya melalui penyeleksian yang ketat,” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Griya Asa, Ari Istiadi, mengatakan jika di SK juga selalu dilakukan pemeriksaan intensif kesehatan pada para PSK di hari-hari tertentu.
“Seperti hari ini tiga RT mengikuti pertemuan. Jadi mereka selain mengikuti pertemuan juga dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Puskesmas setempat,” ungkapnya.
Dalam pertemuan itu, materi yang dibahas seperti wajib kondom bagi tamu dan program menabung. Ari juga mengatakan jika selama ini anak asuhnya di SK berjumlah lebih kurang 650 orang.
“Harapannya setelah terpenuhi semuanya maka anak asuh itu bisa keluar dengan menggunakan tabungan yang telah mereka rintis,” imbuh Ari. [www.merdeka.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar