Minggu, 08 Juni 2014

Kopwan Tak Masuk, Bekas Mucikari Jarak Tetap Terjerat Rentenir

Tobat dan pensiun dari mucikari ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Bagi Ninik Suryani bertahan hidup dengan usaha barunya yang dibantu oleh para rentenir adalah harapan baru dalam keterpaksaan.

"Mau tidak mau, kita buka usaha makanan ini modalnya harus pinjam dari bank thithil, kalau tidak darimana lagi" kata Ninik, di bekas lokalisasi Jarak, beberapa waktu lalu.

Usaha menjual Pecel Pacitan yang dibuka Ninik di Jln Lasem itu, menjadi mata pencahariannya sehari- hari pasca lokalisasi ditutup pemerintah. "Saya masuk bagian yang tidak dapat uang santunan Rp10 juta yang dijanjikan itu," beber wanita itu dengan sedih.

Rela usaha haramnya ditutup, namun uluran tangan pemerintah pada dirinya dan puluhan kawan seprofesinya tetap menjadi harapan utama. "Setidaknya kami tak hutang pada rentenir. Hutang Rp 2 juta, harus mengembalikan Rp2,4 juta sebulan itu sangat memberatkan" keluhnya

Ditanya tentang Koperasi Wanita (Kopwan), Ninik mengaku tak pernah mendengarnya, "Apa itu, disini tidak ada, yang ada hanya rentenir, kalaupun itu program Pakde Karwo (Gubernur Soekarwo) kita harap disini juga ada," harapnya.

Ninik berharap, dirinya dan puluhan penghuni bekas lokalisasi yang bertobat, bisa menikmati program anti rentenir itu. Jangan lagi mereka yang sudah beranjak bertobak dihimpit para rentenir, sementara pemerintah diam saja.

Dibagian lain Pemprov Jatim mengkalim program Kopwan sudah sangat berhasil di Jatim. Yaitu dari 8.506 Desa/ Kopwan lebih dari 89 % yang berhasi. Malahan pada tahun 2014 pemprov menggagas 4000 unit Kopwan yang baru .

Untuk tambahan 4000 Kopwan itu Pemprov menyiapkan dana APBD sebesar Rp 100 milyar untuk memberikan bantuan pada setiap Kopwan sebagai modal awal sebesar Rp 25 Juta. Bila sudah berjalan setahun, dilakukan evaluasi dan jika berjalan baik, Kopwan - kopwan akan mendapat tambahan modal ebesar Rp 25 Juta.(Sumber: surabayapagi.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar