Tobat dan pensiun dari mucikari ternyata
tak semudah membalik telapak tangan. Bagi Ninik Suryani bertahan hidup
dengan usaha barunya yang dibantu oleh para rentenir adalah harapan baru
dalam keterpaksaan.
"Mau tidak mau, kita buka usaha makanan ini modalnya harus pinjam dari
bank thithil, kalau tidak darimana lagi" kata Ninik, di bekas lokalisasi
Jarak, beberapa waktu lalu.
Usaha menjual Pecel Pacitan yang dibuka Ninik di Jln Lasem itu, menjadi
mata pencahariannya sehari- hari pasca lokalisasi ditutup pemerintah.
"Saya masuk bagian yang tidak dapat uang santunan Rp10 juta yang
dijanjikan itu," beber wanita itu dengan sedih.
Rela usaha haramnya ditutup, namun uluran tangan pemerintah pada dirinya
dan puluhan kawan seprofesinya tetap menjadi harapan utama. "Setidaknya
kami tak hutang pada rentenir. Hutang Rp 2 juta, harus mengembalikan
Rp2,4 juta sebulan itu sangat memberatkan" keluhnya
Ditanya tentang Koperasi Wanita (Kopwan), Ninik mengaku tak pernah
mendengarnya, "Apa itu, disini tidak ada, yang ada hanya rentenir,
kalaupun itu program Pakde Karwo (Gubernur Soekarwo) kita harap disini
juga ada," harapnya.
Ninik berharap, dirinya dan puluhan penghuni bekas lokalisasi yang
bertobat, bisa menikmati program anti rentenir itu. Jangan lagi mereka
yang sudah beranjak bertobak dihimpit para rentenir, sementara
pemerintah diam saja.
Dibagian lain Pemprov Jatim mengkalim program Kopwan sudah sangat
berhasil di Jatim. Yaitu dari 8.506 Desa/ Kopwan lebih dari 89 % yang
berhasi. Malahan pada tahun 2014 pemprov menggagas 4000 unit Kopwan
yang baru .
Untuk tambahan 4000 Kopwan itu Pemprov menyiapkan dana APBD sebesar Rp
100 milyar untuk memberikan bantuan pada setiap Kopwan sebagai modal
awal sebesar Rp 25 Juta. Bila sudah berjalan setahun, dilakukan evaluasi
dan jika berjalan baik, Kopwan - kopwan akan mendapat tambahan modal
ebesar Rp 25 Juta.(Sumber: surabayapagi.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar