Minggu, 08 Juni 2014

Ada Transaksi di Kafe, Ada juga Pakai Jasa Mucikari

TRANSAKSI -- Beragam cara transaksi dilakukan tante girang untuk mendapatkan teman kencan. Bahkan sampai ada yang pakai jasa mucikari.






JANGAN dikira tante-tante girang asal cari puas saja. Tidak melulu begitu. Mereka juga memandang kasta dalam menggaet teman kencan. Semakin berkelas, bayaran semakin selangit.

Teman kencan para tante girang yang berkelas punya banyak kategori. Dari yang paling tampan, paling hot, sampai yang paling belia, masing-masing punya bayaran tersendiri.
Kata Fyan, kalau sang gigolonya masih muda, tampan dan dikenal hebat di atas ranjang, itu kategori kelas tertinggi. Bisa dipastikan dia akan jadi primadona. Secara otomatis ia juga akan mendapat bayaran paling tinggi.
"Tapi begitulah, semakin banyak disukai tante semakin sering digilir. Ada teman yang seperti itu, sekarang sudah bisa beli mobil dan selesaikan kuliah," kata Fyan.
Tante girang juga punya komunitas tersendiri. Mereka berkelompok berdasarkan kasta ekonomi. Bagian yang berkelas atas dominan dari kalangan istri-istri simpanan pengusaha. Tak sedikit juga istri pejabat.
Mereka ini beraktivitas lebih tertutup. Malah kata Fyan ada yang hanya bertransaksi dengan gigolo via telepon, namun kencannya di luar kota, seperti di Jakarta atau Denpasar.
Mereka bisa ditemui di kafe-kafe jetset atau di tempat-tempat hiburan hotel berbintang.
Sementara tante girang kelas-kelas menengah ke bawah, dominan adalah istri-istri kesepian yang ditinggal lama suami bekerja di luar kota. Mereka sebenarnya tidak secara mutlak di sebut tante girang, hanya saja karena merasa suntuk di rumah, akhirnya mencari hiburan di luar rumah.
Biasanya kata Fyan, tante girang seperti ini tidak bertransaksi secara langsung dengan para gigolo seperti layaknya tante-tante berduit.
"Kadang kenal kebetulan saja di kafe-kafe, kemudian nyanyi berang, setelah dekat baru kencan. Biasanya hubungan dengan mereka bukan karena transaksi meteril, tapi lebih pada hubungan emosional, sama-sama suka akhirnya hubungan itu berlanjut jauh," papar Fyan.
Berkomunikasi dengan tante girang juga boleh dibilang gampang-gampang susah. Karena itu tadi, mereka punya kelas masing-masing. Intinya mereka ingin kepuasan dan menjadikan pria muda sebagai teman pelepas penat.
Pola tante girang mencari mangsa juga beda-beda, ada yang kebetulan. Misalnya saja ketemu tanpa sengaja di kafe dan saling lirik lalu komunikasi akhirnya berkencan. Ada pula lewat komunikasi dengan teman sesama tante girang.
"Sesama tante girang itu sering bertukar pasangan. Kalau misalnya mereka punya teman kencan yang hot...ia cerita ke temannya bahwa gacoannya itu hot dan hebat. Kalau harganya cocok, biasanya diumpan ke temannya yang lain untuk dicoba," papar Fyan.
Pola itu sudah lumrah di komunitas tante girang. Tetapi ada juga yang bertransaksi seperti layaknya pekerja seks komersial ketika dibooking hidung belang.
"Biasa lewat mucikari. Mereka dipertemukan dan transaksi. Tapi ini kebanyakan dilakukan tante-tante yang berkantong tebal. Karena jelas costnya besar," ujar dia.
Seorang wanita paruh baya rekan Fyan sebut saja NN (35 tahun) berbagi pengalaman tentang gaya hidup para pencari daun muda itu. NN mengaku dulu juga pernah melakoni gaya hidup itu, tapi sekarang tidak lagi.
Dua tahun terakhir ia lebih memilih menjadi penghubung antara tante girang dengan para gigolo. Tetapi NN menolak disebut mucikari.
"Saya bukan mucikari lho. Saya cuma kasih kenal mereka. Kalau cocok ya urusan mereka, kalau tidak saya nda papa. Soal saya dapat tip dari situ, ya memang, tapi kan saya nda pasang tarif. Ikhlas-ikhlasnya mereka saja," papar NN.
NN mengatakan, dunia tante girang itu tak punya batas. Karena yang dilakoni hanya berpesta, mencari kepuasan dan menghambur-hambur uang.
Dulu pun ia demikian. Suami NN adalah pelaut yang pulang sekali dalam enam bulan. Awalnya ia hanya diajak teman untuk kongkow di salah satu kafe di sekitar balaikota. Ternyata, kafe itu memang menjadi tempat mangkal istri-istri kesepian.
Akhirnya NN ikut terjerumus dan sempat terlibat jauh dengan beberapa gigolo. Semenjak mengenal dunia malam, NN banyak menghamburkan uang.
Dari situ ia kemudian masuk dalam komunitas tante-tante girang.
Kata NN di kelompoknya itu bukan hanya dari kalangan ibu-ibu rumah tangga, ada juga istri-istri pejabat dan pengusaha serta wanita karier.
Mereka adalah wanita-wanita royal yang rela merogoh kocek sampai puluhan juta yang penting dapat kepuasan.
"Akhirnya saya pikir mending saya jadi penghubung mereka. Kebetulan kan banyak teman-teman saya profesinya memang gigolo," ujarnya.
NN biasanya mangkal di kafe dan mal. Seperti di kawasan Boulevard Panakkukang dan kawasan sekitar Balaikota.
"Biasanya sih di cafe yang tempatnya nyaman dan saya paling suka kalau ada live musiknya," katanya.
Biasa juga di bioskop kata dia. Sebab disana banyak orang yang pengen mencari hiburan.(Sumber: http://beritakotamakassar.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar