Wali Kota Jambi SY Fasha bersama Sat Pol PP, TNI dan Polresta Jambi menggelar razia di lokalisasi Payo Sigadung atau Pucuk, tadi malam (19/10/2014), pukul 21.00 hingga 22.00. Menurut Fasha razia tersebut bertujuan untuk memantau perkembangan lokalisasi tersebut, pascadeklarasi penutupan lokalisasi beberapa waktu lalu. “Pada kesempatan ini kami ingin melihat sejauh mana kegiatan di dalam (Pucuk,red) ini. Dari pantauan kami, tidak ada kegiatan prostitusi sejauh ini,” ungkapnya.
Fasha menambahkan, selain untuk memastikan keadaan lokalisasi tersebut, pascadekalarasi penutupan, dirinya juga melakukan peninjauan terhadap aparat yang melakukan penjagaan. “Kami juga ingin memastikan bahwa personel kami, Satpol PP, polisi, dan TNI bahwa mereka terjamin, seperti konsumsi dan perlengkapan mereka.
Fasha mengatakan bahwa sejauh ini belum ada masalah yang terjadi, selama penjagaan yang diadakan oleh personel gabungan tersebut. “Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh personel yang telah bertugas dengan baik. Sejauh ini belum ada masalah,” jelasnya.
Fasha mengatakan, selama proses penjagaan berlangsung sudah ada sebelas PSK yang mendaftar untuk dipulangkan ke rumah mereka masing-masing, di mana pada hari-hari sebelumnya tidak ada PSK dari Pucuk yang berniat untuk pulang dan menerima bantuan. “Kita harapkan yang lain juga segera mendaftar agar bisa kita beri bantuan dan segera kita pulangkan ke daerah asal mereka masing-masing,” tandasnya.
Lebih lanjut Fasha menjelaskan bahwa untuk mencegah terjadinya prostitusi di tempat lain, Sat Pol PP, TNI, dan polresta terus melakukan razia untuk mencegah terjadinya praktik prostitusi di tempat lain. “Razia rutin kita lakukan. Namun, hal ini tidak kami ekspos agar informasi tidak bocor. Biasanya seminggu sekali sudah rutin dilakukan,” tandasnya.
Terdapat kejadian unik yang terjadi di lokalisasi tersebut, saat dilakukan razia. Wali Kota Jambi tersebut dihadang oleh seorang mucikari yang meminta bantuan kepadanya. “Saya hanya minta bantuan kepada Pak Fasha untuk segera diberikan bantuan, karena saya tidak tahu harus kerja apa lagi,” ungkap Eli, mucikari yang menghadang Fasha.
Sementara itu, Kapolresta Jambi Kombes Kristono mengatakan bahwa pihaknya akan terus memantau kegiatan yang terjadi di lokalisasi tersbut, selama satu bulan ini. “Tugas kita sifatnya pencegahan untuk menutup akses menuju lokalisasi, terutama kepada warga yang akan melakukan transaksi,” jelasnya.
Menurut Kristono selama proses pengawasan tersebut. Pihaknya belum menemukan terjadinya praktik prostitusi di lokalisasi tersebut. “Kita tidak menangkap, tapi pencegahan. Sejauh ini belum ada temuan. Kita harapkan tidak ada praktik prostitusi lagi,” pungkasnya.
PSK Alih Profesi jadi Pemulung
PASCAPENUTUPAN lokalisasi Payo Sigadung atau Pucuk, salah seorang warganya yang merupakan Pekerja Seks Komersial (PSK) menggantungkan hidupnya dengan beralih profesi menjadi seorang pemulung. Ditemui kemarin, PSK tersebut menolak untuk diwawancarai Jambi Independent.
Sementara itu, menurut Supardi salah seorang warga yang merupakan mantan pengusaha tempat hiburan malam di lokalisasi tersebut. Hal tersebut terjadi akibat dampak dari penutupan lokalisasi tersebut. “Ini merupakan dampak dari deklerasi penutupan secara resmi yang dilakukan Pemerintah Kota Jambi. Sehingga membuat warga Pucuk putus perkerjaan,” jelasnya.
Supardi menjelaskan bahwa semenjak deklarasi penutupan dilakukan oleh Pemkot dan dengan pengawasan ketat oleh aparat, berdampak kepada buruknya ekonomi masyarakat di lokalisasi. “Semenjak penutupan dilakukan, kami menjadi kebingungan untuk mencari pekerjaan, bahkan sekarang seperti yang tadi ada yang menjadi pemulung, demi untuk menghidupi dirinya, beserta keluarga,” tandasnya.
Dirinya menjelaskan bahwa pekerjaan pemulung yang dilakukan oleh salah seorang PSK tersebut, dilakukan untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Pasalnya selama ini salah satu warganya itu hanya menggantung hidupnya dengan bekerja sebagai PSK. “Setahu saya selama ini dia hanya di sinilah, tapi semenjak dilakukan penutupan dia hidup dalam kesusahan, sehingga dia akhirnya memutuskan untuk jadi pemulung, demi menyambung hidup,” jelasnya.
Supardi menyampaikan kepada Pemkot untuk segera memberi solusi yang tepat dan membina warga lokalisasi, agar mereka mendapat kehidupan yang layak dan bermartabat ke depannya. Lebih lanjut, Dia mengutarakan bahwa hampir sebagian besar warga Payo Sigadung saat ini, tengah mengalami penurunan ekonomi, akibat tidak adanya lagi pemasukan untuk membiayai hidup. “Kami minta pemerintah untuk dapat secepat mungkin memberi solusi dan membina kami, agar kami tidak kebingungan lagi untuk mencari rezeki, soalnya hampir secara merata saat ini warga kami kebingungan,” pungkasnya. (http://www.jambi-independent.co.id/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar