Minggu, 21 September 2014

Kisah Cinta Yang Tragis: Madekur dan Tarkeni



Oleh Yuli Yanti

Jika William Shakespeare punya legenda kisah tragedi cinta manusia yang tersohor yaitu kisah cinta Romeo dan Juliet. Di China Ada Sampek Engtay. Di Indonesia, juga ada  kisah cinta sepasang kekasih yang tak kalah tragis yaitu  Madekur dan Tarkeni yang ditulis dalam bentuk naskah oleh Arifin C. Noer. Bedanya, Madekur dan Tarkeni merupakan potret masyarakat urban kelas bawah.
Madekur seorang pencopet. Tarkeni seorang pelacur. Keduanya saling jatuh cinta dan kawin. Seperti  kisah Romeo dan Juliet yang akhirnya mati,  Madekur dan Tarkeni pun  bernasib sama, namun mereka mati mengenaskan sambil berpelukan. Tubuh Tarkeni dipenuhi borok, nanah dan darah kering akibat spilis yang akhirnya juga menular ke Madekur.  Lakon Madekur dan Tarkeni diceritakan oleh Semar dan Waska, tokoh cerita dalam naskah Madekur dan Tarkeni atau Orkes Madun# 1. Dengan latar belakang kota Jakarta.
Lakon drama tersebut dimainkan oleh  Gabungan Teater Yogyakarta di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) selama dua hari, 29 -30 Mei 2013.  Sutradara Puntung CM Pudjadi menggarap cerita tersebut dengan mengubah permainan tokoh Madekur dan Tarkeni pada hari pertama dan kedua. Hari pertama (29/5) Madekur diperankan oleh Anes Prabu Sadjarwo dan Takeni oleh Sulistya latif.  Hari kedua (30/5) Madekur diperankan oleh Bambang KSR dan Tarkeni oleh Anis Puspitawati.
Pentas drama tersebut dimainkan oleh beberapa sanggar komunitas teater. Bagaimana Puntung mengatur para teaterawan dari berbagai sanggar itu? Dengan melibatkan 50 pemain dan hampir 40 persennya merupakan pemain baru yang baru mengenal panggung teater.  “Mau tidak mau saya maklumi dan halalkan semuanya. Maka gaya mulur mungkret kendo-kenceng, keras lembek pun diterapkan. Meski kalau dibiarkan berlarut-larut bisa-bisa saya sendiri yang stres, ”ujar Puntung.
Toh permainan drama inipun sukses dimainkan. Para pemainnya pun tampil maksimal. Penonton pun larut dalam kisah cinta dan kehidupan Madekur dan Tarkeni, orang kampung yang mengadu nasib di Jakarta. Tarkeni menjadi pelacur dengan banyak pelanggan. Sementara Madekur berprofesi sebagai seorang pencopet. Hingga cinta yang dilarang oleh kedua orang tua masing-masing yang tak menginginkan anaknya kawin dengan pelacur dan pencopet. Meskipun akhirnya, kedua orang tua mereka menyetujuinya.
Kisah Madekur dan Tarkeni, merupakan kritik sosial terhadap masyarakat perkotaan. Di mana orang-orang seperti Madekur dan Tarkeni dianggap sampah masyarakat. Hingga kematiannya pun tak ada tempat buat mereka. Hingga suatu hari orang tua Madekur mengais sampah dan menemukan anak-anaknya diantara tumpukkan sampah. (http://www.satulingkar.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar