Rabu, 02 Juli 2014

”Turki ( Turun Kiri )“


Bila anda berkendaraan dari Jayapura menuju bandara Udara sentani , maka anda akan melihat  pemandangan indah saat anda berada di jalur Skyland, Yakni hamparan laut biru dengan beberapa pulau-pulau kecil dan pesisir pantai Skouw yang berbatasan dengan negara tetangga Papua New Guinea(PNG). Kita boleh stop di sisi jalan sejenak untuk membeli barang2 produk dari PNG, seperti ,Kornet, kacang, handuk berlambang bendera PNG, hingga kaos - kaos PNG dan tak ketinggalan kaos kegemaran masyarakat Papua,yakni kaos Persipura ,salah satu klub sepakbola asal kota Jayapura yang cukup di segani di Tanah Air. Para pedagang asli Papua menjajakan barang-barang tersebut di Sebuah Halte bus, yang Jarang di singgahi bus Kota.

Anda Tiba di Abepura , meneruskan perjalanan dengan taxi ( Di Jakarta kita sebut Omprengan ) ke Bandara Sentani , maka anda jangan terkejut bila ada saja penumpang lelaki yang tiba-tiba meminta sopir taxi stop di daerah pinggir danau Sentani , ” turki…, turki… ” dan tiba-tiba sopir akan bertanya balik ” Mau di antar ke bawah ndak, tinggal tambah 10 ribu saja ….”
Karena penasaran , selama beberapa hari di Jayapura saya sempat dolan ke turki. Ternyata itu pusat prostitusi di kota Jayapura.Mereka umumnya wanita pendatang dari sulawesi dan jawa. Mereka berdandan sangat menor dengan bau parfum murahan akan selalu bersikap ramah terhadap setiap lelaki yang datang. Dari bincang2 dengan beberapa nara sumber di Lokasi prostitusi terbesar di kota Jayapura, saya mengetahui bahwa para wanita penjaja seks itu di datangkan oleh para germo dari Makasar maupun dari Surabaya. Tarifnya sekali “tanding” di tempat Rp 200 ribu hingga 400 ribu.” Kalau masyarakat jelata cukup kasih 200 ribu saja, tapi kalau pejabat atau pengusaha kita lihat tampangnya kita ketok 300 ribu atau 400 ribu, hi…hi…hi…”, ujar germo wanita itu. Masih pengakuan sang germo dengan dialeg jawa timuran kalau anak-anak asuhnya di bawah keluar komplek harganya untuk satu malam sekitar rp 1 juta hingga 2 juta. ” Orang -orang Papua itu banyak duit, kalau sudah setengah teler mereka sangat royal membelanjakan uangnya untuk Bor ( pelesiran seks ) dengan para wts “, ujar si germo lanjut.
Sedangkan menurut seorang petugas kesehatan di kompleks pelacuran itu bahwa pelayanan kesehatan belum maksimal di Turki. ” Kita uda bagi kondom gratis, tapi bapak-bapak bilang tidak seru kalau pakai sarung. Polos lebih seru “, ujar si petugas meniru ucapan para tamu. Makanya jangan heran kalau angka pms bahkan hiv relatif tinggi di Tanah Papua.
” Ya, kalau tamunya kasih uang banyak, masa katorang paksa dia pakai kondom.Pembeli itu rajakan “, ujar seorang WTS yang ngakunya mempunyai jam terbang lumayan banyak sejak dari DOLLY Surabaya.Masalah prostitusi ini menimbulkan masalah sosial yang rumit .Tingkat pendidikan yang masih relatif rendah di kalangan masyarakat Papua menyebabkan mereka tidak peduli dengan lingkungan kesehatan dalam keluarga. Si bapak jajan dengan wts, pulang ke rumah menebarkan penyakit kepada istri. Kalau sang istri lagi mengandung kemungkinan janin yang tak berdosa akan membawa penyakit menular seksual (pms) dari si Bapak.
Sudah saatnya pemerintah Kota Jayapura melakukan aksi nyata dalam memerangi prostitusi di Jayapura dan sekitarnya. Dinas Kesehatan pun harus mengadakan kontrol terhadap jalur masuk keluarnya wts serta para tamu serta memeriksa kesehatan mereka secara berkala. Jangan sampai ada seorang bapak asli orang Papua yang baru menerima beras 50 kg yang merupakan beras raskin yang harusnya di bawa pulang ke rumah untuk anak istrinya malah dia ke Turki.
Si bapa    : Anak , bapak boleh tukar beras 50 kg dengan ko pun badankah ?
Wts I       : Ko brengsek ! ko kira saya pu barang ( vagina ) ini Rice cooker kah ! Begini-begini sa pu barang ini  orang barat so masuk, bapak camat juga so masuk. sa tidak mau tukar sa pu barang dengan ko pu beras
Wts II     : Iba hati terhadap si bapak, ” Bapa ko masuk ke saya pu kamar sudah. Nanti saya masak ko punya beras di saya pu rice cooker. (gustafparinussa/kesehatan.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar