Jumat, 20 Juni 2014

Melihat Wajah Lokalisasi Setelah Ditutup


 Penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya memang sudah dilakukan lewat seremoni. Namun apakah aktivitasnya benar-benar sudah berhenti? Bagaimana dengan kisah penutupan di daerah lain?

Sejak tahun 1990an, ada sejumlah lokalisasi yang ditutup. Mulai dari yang terkenal, hingga tempat esek-esek kecil di daerah. Sebut saja Saritem di Bandung, Kramat Tunggak di Jakarta, hingga Madusari di Magetan. Semua ditutup oleh kepala daerah masing-masing.

Namun ada perbedaan soal wajah lokalisasi itu kini. Ada yang aktivitasnya benar-benar berhenti atau tak terdeteksi, namun ada juga yang masih terang-terangan beroperasi. Yang jelas, belum terdengar ada kisah sukses penutupan lokalisasi hingga total tak ada lagi.

Cerita pertama bisa datang dari Kramat Tunggak. Lokalisasi yang terletak di Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara ini pernah dihuni 2.000-an orang PSK. Menurut situs wikipedia, pada saat ditutup tahun 1999 silam, jumlahnya menyusut menjadi 1.600-an.

Kramat Tunggak yang 'berdenyut' pada tahun 1970-an ini disulap menjadi Jakarta Islamic Center. Jauh berbeda dibanding kondisi awalnya yang berisi wisma-wisma dengan ribuan kamar dan menjadi tujuan pria hidung belang. Gubernur DKI saat itu, Sutiyoso, membeli lahan di sana dan membuat kawasan itu jadi area relijius.



Kisah penutupan yang kurang sukses terjadi di Bandung. Tujuh tahun lalu, tepatnya 18 April 2007, Wali Kota Bandung Dada Rosada menutup lokalisasi Saritem Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir. Sekitar 73 rumah prostitusi pun disegel. Keputusan ini berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No 11/1995 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (Perda K3).
Data terakhir yang ada di Pemkot Bandung pada 2007 silam, jumlah pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di kawasan Saritem tercatat mencapai 144 orang.

Penutupan lokalisasi Saritem tanpa perlawanan. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung pun begitu mudah menyegel 73 rumah bordil di sana. Mereka juga berjanji akan mengawasi kawasan tersebut setelah ditutup. Sebuah pesantren didirikan di sana.

Kini, 7 tahun berlalu, penutupan kawasan Saritem seolah jauh panggang dari api. Praktik prostitusi di kawasan tersebut tetap berlangsung. Dalam razia yang digelar polisi dan Satpol PP, terungkap masih ada rumah-rumah bordil yang beroperasi. Bahkan ada tempat yang mewah.



Rencananya, di era kepemimpinan Ridwan Kamil, Saritem bakal diubah jadi pasar terpadu. Namun realisasinya masih menunggu waktu.

Berkaca pada dua penutupan di atas, bagaimana nasib Dolly? Apakah bakal ada praktik pelacuran di sana seperti Saritem meski sudah ditutup? Atau bakal hilang ke akar-akarnya? Kita tunggu saja, langkah dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selanjutnya. (news.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar