Selasa, 16 Februari 2016

Kisah Sri, PSK di Kalijodo yang Sempat Tobat tapi Praktik Lagi

Kisah Sri, PSK di Kalijodo yang Sempat Tobat tapi Praktik LagiGeliat Malam di Kalijodo (Foto: Hasan Alhabshy/detikcom)
 Komisaris Besar Krishna Murti hafal betul kondisi sosial di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara. Baik soal peta kekuatan preman maupun perilaku masyarakat miskinnya.

Maklum pada 2001 sampai 2003, Krishna Murti yang saat itu berpangkat Komisaris Polisi menjabat Kepala Kepolisian Sektor Penjaringan yang salah watu wilayah kerjanya adalah Kalijodo. Alumni Akademi Kepolisian angkatan 1991 itu menuturkan kisahnya saat menangani konflik sosial di Kalijodo dalam bukunya yang berjudul, 'Geger Kalijodo'.

Baca juga: Kisah Kombes Krishna Murti Ditodong Pistol Preman di Kalijodo

Tak hanya soal premanisme, di buku tersebut Krishna juga menuliskan soal penyakit sosial yakni prostitusi dan kekerasan terhadap perempuan di Kalijodo. Kasus kekerasan terhadap perempuan yang paling dramatis terjadi pada Juni 2002. Kekerasan tersebut terjadi terhadap seorang perempuan yang oleh Krishna ditulis dengan nama Sri (bukan nama sebenarnya).

Sri berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Kalijodo yang sempat tobat saat menikah namun praktik lagi karena merasa suami tak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. 

Sri, kata Krishna, dianiaya oleh suaminya yang jengkel melihat sang istri kembali menjadi pelacur di sebuah bar di kawasan Kalijodo. Sementara Sri beralasan kembali menekuni profesi lamanya lantaran sang suami tak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

"Apalagi ibu muda ini (Sri) juga harus menanggung kehidupan keluarganya di kampung," kata Krishna seperti ditulis dalam buku, 'Geger Kalijodo' yang dikutip detikcom, Jumat (12/2/2016).

Penganiayaan bermula saat si suami Parno (bukan nama sebenarnya), mendapati Sri di tempat pelacuran. Parno pun kalap dan mengamuk di sebuah
bar tempat biasa Sri mangkal. Akibatnya, tidak hanya Sri, tapi dua teman wanita lain juga ikut terluka oleh amukan Parno.

Parno yang hanya tamatan SD ini mengaku tidak sadar telah menikam isterinya sendiri, lantaran mabuk setelah menenggak empat botol anggur cap Rajawali. Akibatnya, Sri dan Dewi terpaksa harus dibawa ke rumah sakit, setelah menderita beberapa luka, akibat tikaman senjata tajam.

"Menurut Parno, tindakannya itu dilakukan lantaran amarahnya memuncak. Ketika menikahi Sri, pada tahun 1997, isterinya pernah berjanji, tak akan melanjutkan profesi lamanya. Tetapi, kenyataannya ia masih selingkuh dan empat kali saya memergokinya praktik lagi," kata Parno seperti dikisahkan kembali oleh Krishna.

Kisah Parno dan Sri, adalah salah satu persoalan dari sekian kompleksitas masalah masyarakat urban di perkotaan. Kehadiran para
pendatang yang tidak disertai pendidikan yang memadai.

Menurut Krishna, kondisi Kalijodo saat ini sudah berbeda dengan saat dia bertugas sebagai Kapolsek di Penjaringan 13 tahun yang lalu. Kondisi Kalijodo saat ini relatif lebih aman.

"Bahwa penyakit masyarakat itu selalu ada, iya," kata Krishna saat ditemui detikcom dan  Warta Kota di Mapolda Metro Jaya, jalan Jenderal Soedirman, Jakarta, Kamis (11/2/2016).


(dtc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar