Rabu, 09 Juli 2014

KISAH HIDUP SHELLEY LUBEN MANTAN ARTIS PORNO DAN PELACUR

* Kesaksian Mantan Bintang Film Porno



Anda merasa hidup Anda gagal total? Anda merasa hidup Anda hancur? Apakah Anda berpikir seorang pelacur dan pemain film porno masih memiliki harapan untuk hidup yang berkemenangan dan hidup yang berkelimpahan? Semua itu mungkin dalam kasih karunia Allah, tidak ada yang menghalangi kasih dan kuasa Tuhan mengubahkan seorang manusia yang mau bertobat dan berseru kepada Dia. Jadi janganlah putus asa dan teruslah berseru dan berharap kepada Dia karena Tuhan adalah Kasih dan Dia tidak pernah meninggalkan kita. Bacalah cerita ini dan milikilah pengharapan baru dalam Tuhan.


 Saya lahir tahun 1968, dan tumbuh di California selatan. Saya adalah yang tertua dari
tiga bersaudara, seorang anak berkemauan keras dengan kepribadian yang
“bersemangat”. 8 tahun pertama dalam hidup saya, keluarga saya menghadiri gereja
yang baik di mana saya belajar tentang Tuhan dan Yesus. Sebagai seorang gadis kecil,
saya mengenal dan sangat mengasihi Yesus.

Ketika saya berumur 9 tahun, banyak hal berubah di dalam keluarga kami. Kami pindah
ke Glendora, meninggalkan gereja dan sahabat-sahabat yang kami kenal dan cintai.
Kedua orang tua saya berhenti menghadiri gereja, dan perlahan-lahan keluarga kami
terseret menjauh dari Tuhan dan dari satu sama lain. Saya tumbuh tanpa hubungan yang
berarti dan intim dengan kedua orang tua saya, meskipun mereka bukan orang tua yang
jahat. Banyak dari waktu dalam keluarga kami, kami habiskan duduk di depan televisi.

Keluarga kami SANGAT SUKA menonton televisi. Saya masih ingat kebanyakan
episode dari televisi tahun 70 dan 80an. The Love Boat, Three’s Company, Star Trek,
Twilight Zone, Chips, I love Lucy (favorit kami), The Munsters, Carol Burnett show,
Gilligan’s Island, Bewitched, Bonanza, dan Happy Days. Singkatnya, saya dibesarkan
oleh televisi dan mulai mengembangkan cara berpikir yang salah dan berbahaya. Ibu
saya sering berkata bahwa, televisi adalah sebuah pengasuh bayi yang hebat.
Saat bertumbuh, saya berbeda dari anak-anak lain. Saya benar-benar kreatif, dan pada
usia yang sangat muda saya sudah mulai menulis puisi dan cerita pendek. Waktu itu
saya sangat frustrasi karena saya tidak memiliki tempat untuk mengarahkan energi
kreatif saya.

Orang tua saya tidak mendaftarkan saya ke dalam kegiatan ekstrakulikuler,
dan dalam kebanyakan waktu saya, saya merasa sangat bosan. Pada umur 6 tahun, saya
menulis, menyutradarai, dan “membintangi” drama sekolah saya. Guru kelas satu saya
melihat kreativitas dalam diri saya. Dia memberitahu ibu saya bahwa dia terkagumkagum
dengan bakat saya, dan dia tidak sabar melihat saya di usia saya yang ke-30. Dia
percaya saya bisa menjadi artis Hollywood atau produser film.

Saya ingat juga waktu itu saya seorang yang aneh, karena saya mulai masturbasi dan
memiliki tendensi seksual pada usia yang sangat muda. Mata saya dibukakan terhadap
seksualitas oleh seorang gadis remaja dan saudara laki-lakinya ketika umur saya 9
tahun, dan mulai saat itu mengalami perlakuan seksual dengan perempuan dan laki-laki
sebelum saya berumur 18 tahun. Seks menjadi sesuatu yang membingungkan untuk
saya. Seks berarti “cinta” untuk saya karena enak rasanya merasa dibutuhkan dan
diingini oleh orang lain dan menerima perhatian, tapi pada saat yang sama saya merasa
kotor. Saya tidak sadar pada saat itu, sebagai seorang anak kecil, saya sedang diperkosa
secara seksual.

Sebagai seorang remaja, saya mencari cinta dari laki-laki dan alkohol, dan mulai
berhubungan seks di usia 16 tahun. Usia remaja saya dipenuhi dengan teriakan-teriakan
dan pertengkaran yang konstan dengan kedua orang tua saya. Saya punya seorang ibu
yang marah pada saya sepanjang waktu, dan seorang ayah yang terlihat terlalu sibuk
berteriak menegur saya karena sikap saya yang tidak sopan terhadap ibu saya, dibanding
membangun hubungan ayah-anak yang berkualitas dengan saya. Aku tidak ingat
seorangpun mengatakan “aku mengasihimu” dalam tahun-tahun itu. Kedua orang tuaku
tidaklah jahat, tapi aku merasa mereka tidak tertarik denganku, dan aku menjadi seorang
remaja pemberontak yang bertingkah aneh untuk mendapat perhatian. Tapi bukannya
mendapat perhatian mereka, orang tuaku malah memilih tinggal diam di rumah. Begitu
apatisnya mereka, saya diperbolehkan melakukan hal-hal seperti berpakaian kostum
kelinci playboy pada usia 15 tahun. Saya diperbolehkan mengencani pria-pria yang
mereka tidak kenali. Pada usia 15 tahun saya diperbolehkan pergi ke sebuah malam
prom dengan seorang laki-laki berumur 18 tahun, yang akhirnya membuat saya mabuk
untuk pertama kalinya. Kejadian ini memulai gaya hidup berpesta untuk saya, dan saya
memulai nongkrong di klub malam, menggunakan narkotika, di usia 16 tahun. Orang
tua saya tahu saya punya masalah alcohol, tapi mereka tidak tahu apa yang harus
mereka perbuat. Mereka mencoba konseling keluarga, tapi ayah terlalu “sibuk” bekerja
dan hanya berhasil datang satu kali. Jadi saya pergi mencari keluarga baru dan
menemukan “cinta” di kerumunan yang salah, minum alkohol dengan dosis yang
teratur, dan mulai merokok ganja. Orang tuaku melalui kesedihan yang dalam karena
tindakan-tindakanku, dan akhirnya – di batas kesabaran mereka – mengusir saya dari
rumah di usia saya yang ke-18.
Saya berakhir di San Fernando Valley tanpa uang dan makanan.

Seorang pria “baik” melihat saya kesulitan dan mengatakan betapa dia mengasihani saya. Dia melingkarkan
lengannya di sekeliling saya dan menawarkan bantuan. Tapi kemudian dia mengatakan
pada saya dia mengenal seorang pria yang ingin berhubungan seks dengan saya dan
akan memberi saya uang. Saya masih sangat terkejut dan penuh kemarahan karena
orang tua saya mengusir dari rumah, sehingga saya tidak peduli lagi dan menerima
tawarannya. Saya menjual diri seharga 35 dollar dan hidup saya sebagai pelacur dimulai
dari situ.
Tidak lama aku bertemu seorang ibu yang memperkenalkanku pada sisi “glamour” dari
pelacuran. Dia mengajariku setiap trik pelacuran dan cara memanipulasi pria. Awalnya
terlihat menarik dengan pria-pria memberiku uang, perhiasan, dan hadiah-hadiah, tapi
tidak lama hidup saya terasa seperti perbudakan. Saya menemukan diri saya melakukan
seks yang aneh dengan orang asing dan mulai membencinya. Pelanggan mulai
melakukan hal-hal menyeramkan seperti menyobek kondom dengan sengaja atau
mengikuti saya kemana-mana. Lainnya mencoba membunuh saya dan menabrak saya
dengan truknya. Pria lain membawa pistol kapanpun ia bersama saya dan mengancam
akan membunuh saya kalau saya tidak melayaninya dalam posisi-posisi seks tertentu.

Pria-pria menuntut dan terus meminta dari saya dan saya terus menerus mesti
berbohong untuk keluar dari situasi-situasi yang menakutkan. Saya menjadi seorang
pembohong professional dan dapat benar-benar berbohong untuk melicinkan jalan saya.
Saya bahkan bisa berbohong pada polisi untuk keluar dari tuntutan mengemudi mabuk,
dan beberapa pengalaman mengerikan lainnya. Ini adalah standar untuk industri seks
dan alat meloloskan diri paling utama untuk setiap penari telanjang, pelacur, atau artis
porno.
Gaya hidup dalam industri seks menjadi semakin buruk bagi saya dan saya merasa tidak
ada jalan kemanapun untuk lari. Yesus terus mengetuk pintu hati saya tapi saya tidak
menghiraukan-Nya. Saya berpikir, Tuhan tidak memelihara saya, jadi saya harus
melakukan apa saja yang bisa saya lakukan untuk bertahan hidup sendiri.
Siklus ganas sebagai seorang pelacur dan penari eksotik di California selatan bertahan
selama delapan tahun. Selama bekerja sebagai pelacur, saya hamil tiga kali dari
pelanggan dan hal itu menghancurkan saya. Jutaan pertanyaan muncul dalam pikiran
saya setiap kali. Bagaimana saya membiarkan hal ini terjadi? Bagaimana saya akan
merawat bayi ini? Haruskah saya aborsi? Kemana saya harus mencari bantuan? Saya
bahkan tidak tahu siapa ayah-ayah dari dua kehamilan. Kemudian saya mengingat
Yesus dan saya meminta-Nya, “Tolong saya”. Tuhan menghibur saya dan saya tahu
saya tidak bisa membunuh dan akhirnya saya menjaga bayi saya. Dua dari kehamilan itu
gugur karena tidak terawat, tapi salah satunya berhasil dan saya punya putri pertama
saya, Tiffany, di usia saya yang ke-20. Tiffany memiliki darah Asia dan sangatlah
cantik. Saya mencoba kembali untuk hanya melakukan tari eksotik, tapi pelacuran terus
menghantui saya dan godaannya sulit untuk ditolak, apalagi untuk seorang orang tua
tunggal.
Setelah beberapa tahun membesarkan anak seorang diri dan bekerja sebagai seorang
pelacur dan penari, saya mulai minum alkohol secara berlebihan dan mulai bergantung
pada alkohol dan narkotika. Tiffany tumbuh sebagai seorang gadis kecil yang sedih, dan
kepolosannya terkadang dinodai. Ketika dia tumbuh semakin besar, dia sadar akan
keberadaan pria-pria aneh yang “mengunjungi” saya dan memarahi saya. Saya
memaksanya bersembunyi di kamarnya sementara saya “menghibur” pelanggan. Dia
juga melihat saya dengan hubungan yang “aneh” dengan wanita-wanita. Dia tidak
benar-benar mengerti semua itu, tapi jelas dia tahu bahwa dia hidup dengan seorang
perempuan liar yang cabul. Ketika itu saya merupakan seorang ibu yang buruk, saya
biasa memberinya pager dan menyuruhnya pergi ke taman sementara saya melacur.
Umurnya baru empat tahun.
Saya mulai melihat diri saya sendiri sebagai sebuah kegagalan total.

Saya kehilangan semua harga diri dan membenci diri saya sendiri sebagai seorang ibu yang buruk. Saya
sangat lelah selalu mencoba untuk bertahan hidup. Tidak pernah ada istirahat dari gaya
hidup itu. Pria-pria mengikuti saya pulang, menyayat ban mobil saya, menelepon saya
setiap saat, datang mabuk di tengah malam, dan bahkan mencoba membunuh saya.
Untuk bisa berfungsi, saya selalu bergantung pada sebotol besar Jack Daniels di tangan.
Kadang saya akan duduk di sudut dengan botol saya dan dalam keadaan mabuk total
menangis pada Yesus, “Saya mohon, tolong saya!”, tapi sepertinya Dia tidak ada di
sana. Entah mengapa saya selalu merasa ada “perlindungan” aneh di sekeliling saya.
Seiring dengan perjalanan menyakitkan saya berlanjut, saya mulai terlibat dalam
industri film porno. Saya pikir saya bisa mendapat uang yang mudah dan cepat, juga
film porno terlihat lebih aman dan legal dibanding pelacuran. Banyak pelacur yang saya
kenal diperkosa dan dikirim ke penjara, dan saya tidak mau hal itu terjadi pada saya.
Juga dalam waktu itu, saya benar-benar seorang pecandu berat alkohol dan narkotika
dan tidak mampu mengambil keputusan yang rasional.

Ketika saya membuat film porno saya yang pertama, sesuatu yang sangat “gelap” datang pada saya.
Saya hampir bisa mendengar iblis berkata, “Lihat Shelley, aku akan
membuat kamu terkenal dan KEMUDIAN semua orang akan mencintai kamu.” Sebuah
kekuatan aneh yang sangat besar membuat saya mampu berhubungan seks dengan
penuh semangat, hanya untuk kemudian ‘jatuh dari ketinggian’ dan hancur, merasa
dipermalukan dan dilecehkan. Saya menyukai perhatiannya, tapi membenci diri saya
sendiri dalam saat yang sama. Saya suka mendengar betapa hebatnya saya ‘tampil’, tapi
saya juga benci seks yang begitu brutal. Saya mulai membintangi film-film seks yang
lebih brutal, dan hanya dengan menggunakan lebih banyak alkohol dan narkotika saya
berhasil melakukannya. Saya merasa seperti saya harus membuktikan sesuatu pada
dunia dan semua orang yang pernah menyakiti saya. Dan ketika industri pornografi
membuka lengan besar mereka dan mengundang saya ke dalam sebuah “keluarga”,
akhirnya saya merasa diterima. Tapi harga yang saya bayar untuk “keanggotaan”
keluarga itu adalah hidup saya sendiri. Saya menjual apa yang tersisa dari hati, pikiran,
dan femininitas saya pada industri pornografi, dan wanita dan sisi manusia dari saya
mati sepenuhnya dalam studio pornografi.
Saya juga berisiko terinfeksi vĂ­rus AIDS seperti bintang porno lainnya.

Saya bermainmain dan mempertaruhkan hidup saya dalam bahaya. Industri pornografi tidak dan
TIDAK AKAN PERNAH mendukung penggunaan kontrasepsi dalam film-filmnya, jadi
penyakit menular seksual dan HIV sejak dulu masih merupakan resiko antara artis dan
actor film porno. Bulan Mei 2004, Lembaga Medis Industri Pornografi (Adult Industry
Medical Foundation - AIM), yang menawarkan tes sukarela bulanan untuk bintang
porno bagi HIV, mengumumkan bahwa lima “aktor” pornografi telah diperiksa positif
atas virus AIDS. Saya lebih beruntung dari aktor-aktor itu. Tuhan tidak mengijinkan
HIV menjamah saya. Bagaimanapun, saya terjangkit herpes, penyakit menular seksual
lainnya yang tidak dapat disembuhkan. Saya ingin bunuh diri. Waktu saya mendapat
herpes, tidak ada yang menolong saya. Tapi sejak AIM terjun ke lapangan, organisasi
ini mengklaim telah menurunkan beberapa penyebaran HIV di industri pornografi dan
meningkatkan kewaspadaan di antara para pelaku film. Tapi kebenaran itu tetap tinggal,
aktor porno terus membahayakan hidup mereka dan menyebarkan penyakir. Dalam
sebuah wawancara dari Court TV dengan penemu AIM, Sharon Mitchell, juga seorang
mantan artis porno, mengakui bahwa di antara aktor porno dewasa ini terdapat “7%
HIV, dan 12-28% penyakit menular seksual. Herpes selalu berada di sekitar 66%.
Mereka diobati dengan acyclovir untuk herpes, yang sangat efektif untuk mencegah penularan herpes.
Chlamydia dan gonorrhea, akan tetapi, seperti hepatitis, sepertinya
menempel pada segala sesuatu mulai dari dildo ke permukaan rata sampai tangan, jadi
biasanya kami sudah habis akal menangani Chlamydia.” Itu merupakan kata-katanya
sendiri dan wawancaranya dapat ditemukan di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar