razia psk. ©2012 Merdeka.com/dwi narwoko
Pemerintah dan polisi di Kota Medan sudah mewanti-wanti agar lokasi hiburan malam, yang sering dihubungkan dengan dunia prostitusi, tidak beroperasi selama Ramadan. Tempat-tempat itu memang tutup, tapi bisnis esek-esek tetap jalan.
Terbukti Jumat (27/7) petang, tim gabungan Muspida Medan Petisah mengamankan belasan perempuan muda dari sejumlah salon dan spa di Jalan Orion dan Jalan Biduk, Medan Petisah. Mereka diamankan karena salon-salon itu ditengarai juga menyediakan jasa 'plus-plus'.
Di kawasan yang berada tak jauh dari Jalan Nibung Raya, Medan, (kawasan prostitusi legendaris di Medan yang kini menjadi kawasan showroom mobil) ini memang berdiri banyak salon, spa dan karaoke. Dalam praktiknya, sebagian di antara salon-salon itu juga menyediakan spa dan tempat karaoke yang menyediakan jasa pemuas nafsu.
Saat razia berlangsung, Jumat (27/7), sebagian salon ini tengah buka. Sebagian lagi ditutup sebelum tim gabungan tiba. Namun, Camat Medan Petisah M Yunus membantah razia sudah bocor.
"Hanya koordinasi tadi lamban sehingga membuat beberapa pemilik usaha sempat menutup salonnya," katanya kepada wartawan.
Setelah dirazia, salon-salon ini kembali buka seperti biasa. Sebagian memilih langkah aman dengan menutup sebagian pintu usahanya. Namun, mobil dan sepeda motor tetap terparkir di depannya. Wilayah itu baru sepi sekitar pukul 21.00 WIB.
Setelah salon-salon ini tutup, bukan berarti tidak ada lagi potensi prostitusi. Menjelang tengah malam, bergerak sedikit ke kawasan Jalan Gajah Mada Medan, terdapat sejumlah titik yang menjadi tempat mangkal para penjaja seks.
Dimulai dari kawasan sekitar perkuburan Kristen di perempatan Jalan Gajah Mada dengan Jalan Iskandar Muda, Medan. Tak seperti di masa lalu, trotoar di sana kini tampak terang benderang. Perkuburannya pun sudah dipagar rapi. Tidak terlihat para waria mangkal di sana. Tapi bukan berarti mereka tidak ada, melainkan pindah ke seberang jalan.
Di simpang jalan, seberang perkuburan Kristen Jalan Gajah Mada, masih terlihat seorang waria berdiri tepat di samping tanda forbidden. Wajahnya tampak samar, karena lokasi itu gelap.
Bergerak sedikit ke barat, ada Taman Gajah Mada dan Jalan KH Wahid Hasyim. Kawasan ini menjadi wilayah kekuasaan para wanita tuna susila.
Pantauan merdeka.com, sejumlah perempuan, umumnya mengenakan busana ketat, juga rok mini, memajang diri di sepanjang trotoar di kawasan itu. Di bawah cahaya lampu jalan yang remang, mereka melempar senyum pada semua pengguna jalan yang melintas. Di satu waktu, tampak seorang pria penumpang becak bermotor berbincang dengan seorang di antara mereka.
Para wanita malam yang mangkal di kawasan ini tak sendiri. Mereka ditemani pria pengendara sepeda motor atau pengemudi becak bermotor. Jika ada kata sepakat, biasanya mereka akan diantar atau dijemput ke hotel melati di sekitar kawasan itu. Tapi konon kabarnya, tetap ada di antara mereka yang mau dibawa pergi pengendara asal proses nego harga berhasil.
Saat razia berlangsung, Jumat (27/7), sebagian salon ini tengah buka. Sebagian lagi ditutup sebelum tim gabungan tiba. Namun, Camat Medan Petisah M Yunus membantah razia sudah bocor.
"Hanya koordinasi tadi lamban sehingga membuat beberapa pemilik usaha sempat menutup salonnya," katanya kepada wartawan.
Setelah dirazia, salon-salon ini kembali buka seperti biasa. Sebagian memilih langkah aman dengan menutup sebagian pintu usahanya. Namun, mobil dan sepeda motor tetap terparkir di depannya. Wilayah itu baru sepi sekitar pukul 21.00 WIB.
Setelah salon-salon ini tutup, bukan berarti tidak ada lagi potensi prostitusi. Menjelang tengah malam, bergerak sedikit ke kawasan Jalan Gajah Mada Medan, terdapat sejumlah titik yang menjadi tempat mangkal para penjaja seks.
Dimulai dari kawasan sekitar perkuburan Kristen di perempatan Jalan Gajah Mada dengan Jalan Iskandar Muda, Medan. Tak seperti di masa lalu, trotoar di sana kini tampak terang benderang. Perkuburannya pun sudah dipagar rapi. Tidak terlihat para waria mangkal di sana. Tapi bukan berarti mereka tidak ada, melainkan pindah ke seberang jalan.
Di simpang jalan, seberang perkuburan Kristen Jalan Gajah Mada, masih terlihat seorang waria berdiri tepat di samping tanda forbidden. Wajahnya tampak samar, karena lokasi itu gelap.
Bergerak sedikit ke barat, ada Taman Gajah Mada dan Jalan KH Wahid Hasyim. Kawasan ini menjadi wilayah kekuasaan para wanita tuna susila.
Pantauan merdeka.com, sejumlah perempuan, umumnya mengenakan busana ketat, juga rok mini, memajang diri di sepanjang trotoar di kawasan itu. Di bawah cahaya lampu jalan yang remang, mereka melempar senyum pada semua pengguna jalan yang melintas. Di satu waktu, tampak seorang pria penumpang becak bermotor berbincang dengan seorang di antara mereka.
Para wanita malam yang mangkal di kawasan ini tak sendiri. Mereka ditemani pria pengendara sepeda motor atau pengemudi becak bermotor. Jika ada kata sepakat, biasanya mereka akan diantar atau dijemput ke hotel melati di sekitar kawasan itu. Tapi konon kabarnya, tetap ada di antara mereka yang mau dibawa pergi pengendara asal proses nego harga berhasil.
Keberadaan para penjaja seks ini hanya contoh kecil dari kenyataan yang ada di Kota Medan pada Ramadan kali ini. Masih banyak tempat lain dan hotel berbintang yang dibenarkan membuka fasilitas tempat hiburan malam berbau syahwat. Transaksi esek-esek tetap bisa berlangsung di sana. Yang jelas, prostitusi memang tak akan pernah mengenal kata libur.
[www.merdeka.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar