Antisipasi aksi jahil lelaki hidung belang, pengelola bisnis 'Pacar Sewaan' hanya khusus melayani para jomblo. Itupun dari kalangan jomblo yang dikenalnya saja. Bisnisnya juga tidak ditawarkan secara vulgar.
EN, mahasiswi jurusan ekonomi di salah satu universitas swasta di Surabaya, Jawa Timur yang mengelola bisnis ini, mengaku takut jika usaha yang dimulainya sejak setahun lalu itu dianggap bisnis trafficking.
"Ya khawatir dituduh melakukan perdagangan orang. Ini murni bisnis jasa untuk melayani jomblo yang gengsi karena belum laku saat menghadiri undangan pernikahan temannya, atau untuk sekadar menemani perayaan pesta ulang tahun pelanggan dan acara-acara lainnya, yang berhubungan dengan masalah pendamping," terang EN, Senin (18/5).
Mahasiswi yang belum juga menyelesaikan studinya meski sudah semester 12 ini, juga menegaskan, bisnis pacar 'siluman' ini, tidak untuk melayani om-om hidung belang, maupun pemuda yang ingin melampiaskan nafsu syahwatnya.
"Makanya, yang bisa sewa jasa kita ya cuma orang-orang yang dikenal saja, atau temannya teman kita. Jadi, kalau si penyewa bukan orang yang kita kenal, atau teman dari teman kita, kita mengajukan syarat, agar ada yang bertanggung jawab."
"Paling tidak, pelanggan melalui perantara teman itu, harus tanda tangan di atas materai menyetujui syarat kita, ya ini karena khawatir saja, disalahgunakan," sambungnya.
Jika semua persyaratan sudah setuju, masih kata EN, maka si penyewa maupun gadis pacar 'siluman' nya bisa kita temukan dan jadilah sepasang kekasih dengan durasi beberapa jam, sesuai kesepakatan.
"Si pacar sewaan ini, nantinya mampu menyesuaikan diri, apalagi semuanya dari jurusan psikologi, jadi bisa baca karakter si penyewa. Di hadapan teman-teman si penyewa yang jomblo itu, pacar sewaan ini akan beraksi layaknya kekasih beneran. Bergandeng tangan, saling perhatian, dan peduli. Yang pasti, aksi itu tidak akan terlihat seperti pacar abal-abal," ungkapnya.
Selain cukup berhati-hati dengan si penyewa, EN juga mengaku tidak sembarang mencari anak buah. Sebab, meski menyeleksi si penyewa secara ketat, kalau si pacar sewaan tidak bisa menjaga diri, akan berakibat fatal. Yang semula untuk bisnis halal, mengarah pada tindak pidana.
"Yang jelas, bergandeng tangan boleh, tapi no seks, no kiss dan no drug, apalagi booking untuk ngamar di hotel. Karena bisnis ini murni jasa, bukan penyedia purel," tegasnya.
Untuk itu, EN tidak asal comot mencari anak buah. Dia harus mengetahui latar belakang calon anak buahnya yang akan direkrutnya. Anggotanya harus mahasiswi baik-baik. Mahasiswi asal Surabaya inipun, memutuskan untuk merekrut mahasiswi jurusan psikologi, karena selain pintar.
Alasannya, mahasiswi dari jurusan ini, mampu membaca gelagat yang tidak baik dari pelanggannya. Mahasiswi jurusan psikologi itu pandai mengendalikan suasana dan membaca karakter orang, sekaligus bisa menjadi motivator bagi si pelanggan.
Jadi, dari iseng mencari bisnis sampingan yang dilakukan EN dengan mantan kakak kelasnya, BD, warga Petemon Barat, Surabaya sejak setahun lalu itu, dia mampu meraup keuntungan cukup menjanjikan. Terlebih lagi, bisnis pacar sewaan tergolong baru dan hanya satu-satunya di Indonesia.
Per jamnya, untuk sekali booking, EN membandrol anak buahnya Rp 75 ribu per jam. Dia hanya mengambil 40 persennya saja.
"Kita bagi hasil. Saya dapat 40 persen untuk sekali sewa. Yang jelas, hasil untuk anak buah lebih banyak. Belum lagi dia sering dapat uang tips dari si penyewa," akunya.
Dia merinci, jika satu penyewa dengan waktu booking sekitar empat jam sehari, berarti Rp 75 ribu x 4 ketemu Rp 300 ribu. Dari Rp 300 ribu, EN mendapat bagian Rp 120 ribu (40 persen).
"Kalau sehari ada tujuh penyewa, dan rata-rata sampai empat jam, saya bisa mendapat untung 40 persen dari Rp 2,1 juta," rincinya.
Sayangnya, bisnis yang dikelola EN ini, laris manis ketika musim nikah, tahun baru, hari libur panjang, ulang tahun lelaki jomblo yang masih gensi karena tak punya pacar, atau pemuda yang didesak orangtuanya untuk segera menikah. Sedangkan di hari-hari biasa, EN mengaku sepi job.
sumber: www.merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar