Ist
Ilustrasi
Hidup dengan keadaan yang
berkecukupan bagi sebagian orang mungkin dianggap sebuah anugrah, namun,
tidak bagi sebut saja namanya Andi (bukan nama sebenarnya). Kehidupan
sebelumnya yang begitu mudah untuk mendapatkan rupiah, ditinggalkannya
begitu saja.
Warga Kecamatan Depok, Kab. Cirebon ini mengaku, pernah menggeluti profesi sebagai pembuat tato. Namun pekerjaan yang pernah memberinya banyak uang itu kini telah ditinggalkannya. Pekerjaan membuat tato itu dilakukan saat ia masih merantau ke salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta, yakni Karawang.
“Waktu itu saya masih nganggur di kampung, lantas ada teman yang menawarkan ke saya untuk merantau ke Karawang. Karena niatnya untuk mengubah hidup, saya pun memberanikan diri untuk merantau,” kata Andi, saat ditemui Selasa (23/6).
Keberangkatannya ke Karawang, menurut Andi, awalnya adalah untuk membantu kerabatnya berdagang makanan. Namun setelah lama mengikuti kerabatnya, ia memilih untuk membuka usaha sendiri.
“Berbekal jiwa seni yang saya miliki, saya pun nekat membuka jasa pembuatan tato. Dengan modal yang bisa dibilang minim, saya pun membuka praktek pembuatan tato. Waktu itu saya membuka praktek di kontrakan saja,” terangnya.
Dari usahanya membuka praktek tato tersebut, kehidupan baru mulai dirasakan oleh Andi. Ia sering kali menerima order membuat tato untuk wanita muda yang berprofesi sebagai (maaf) PSK dan juga para wanita simpanan. Dari perkenalannya dengan banyak wanita itu, ia mulai mengenal minuman keras bahkan narkoba.
“Dalam sehari, usaha tato saya dibilang cukup lumayan, dengan penghasilan di antara Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu per hari. Kebanyanyakan wanita-wanita itu memasang tato di daerah (maaf) kewanitaannya,” katanya.
Tidak jarang menurut, Andi, setelah membuat tato, ia lantas diajak tidur oleh wanita-wanita itu. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai menginjakan kaki ke dunia mucikari. Andi mulai menawarkan para wanita itu kepada para koleganya.
“Hampir setiap hari saya dihubungi sama bos-bos untuk minta disediakan wanita, dan saya pun mencarikan. Waktu itu modal saya cuma pulsa, kalau wanita dan harganya cocok, saya pun mengantarkan pesanan wanita itu ke hotel, dan setelah selesai, saya jemput kembali,” katanya.
Dari bisnis mucikari itu, diakui Andi, dirinya mendapatkan uang yang cukup lumayan, sehingga bisa untuk memenuhi kehidupannya dan membeli kendaraan.
Suatu hari, setelah puluhan tahun menjalani bisnis haram tersebut, ia dikabari oleh kerabatnya yang berada di kampung halaman kalau ibunda tercinta meninggal dunia. Seketika itu juga ia langsung pulang. Namun Andi tidak bisa melihat wajah ibunda tercinta untuk terakhir kali karena jenazah sang ibu sudah dikubur.
Saat duduk termenung di depan makam sang ibu, Andi seakan medapat bisikan yang mengatakan, “Mau sampai kapan kamu seperti itu. Ibu kamu meninggal saja, kamu tidak sempat untuk menemuimya. Jalan yang kamu tempuh sekarang sudah terlalu jauh”. Begitulah kira-kira bunyi bisikan yang didengar Andi.
“Setelah mendengarkan bisikan itu, saya langsung menangis di depan makam ibu saya,” jelasnya.
Setelah kejadian itu, Andi mulai menata kembali kehidupannya. Ia lebih memilih tinggal di kampung halaman dan meninggalkan kehidupan yang penuh dengan gelamour tersebut.
“Saya sekarang sadar, kalau kehidupan yang selama ini saya lakukan adalah jalan yang salah. Untuk itu saya memutuskan untuk hidup di kampung halaman. Meski waktu itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan di kampung halaman,” katanya.
Setelah berjalan beberapa bulan di kampung halaman, Andi merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Ia pun harus banting tulang untuk menafkahi dirinya dan keluarganya.
“Awalnya saya mau kerja saja di kampung, namun setelah mencari kerjaan melalui kerabat-kerabat, saya tidak mendapat kerjaan, sampai suatu hari saya ditawari oleh teman untuk berjualan es krim keliling,” ujarnya.
Tanpa pikir panjang, dikatakan Andi, dirinya pun langsung menerima tawaran tersebut dan sekarang kehidupannya pun mulai ditata kembali dengan baik dan benar.
“Alhamdulilah sekarang saya lebih baik, bisa menjalankan ibadah dan juga usaha yang halal,” pungkasnya.
sumber: Fajarnews.com
Warga Kecamatan Depok, Kab. Cirebon ini mengaku, pernah menggeluti profesi sebagai pembuat tato. Namun pekerjaan yang pernah memberinya banyak uang itu kini telah ditinggalkannya. Pekerjaan membuat tato itu dilakukan saat ia masih merantau ke salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta, yakni Karawang.
“Waktu itu saya masih nganggur di kampung, lantas ada teman yang menawarkan ke saya untuk merantau ke Karawang. Karena niatnya untuk mengubah hidup, saya pun memberanikan diri untuk merantau,” kata Andi, saat ditemui Selasa (23/6).
Keberangkatannya ke Karawang, menurut Andi, awalnya adalah untuk membantu kerabatnya berdagang makanan. Namun setelah lama mengikuti kerabatnya, ia memilih untuk membuka usaha sendiri.
“Berbekal jiwa seni yang saya miliki, saya pun nekat membuka jasa pembuatan tato. Dengan modal yang bisa dibilang minim, saya pun membuka praktek pembuatan tato. Waktu itu saya membuka praktek di kontrakan saja,” terangnya.
Dari usahanya membuka praktek tato tersebut, kehidupan baru mulai dirasakan oleh Andi. Ia sering kali menerima order membuat tato untuk wanita muda yang berprofesi sebagai (maaf) PSK dan juga para wanita simpanan. Dari perkenalannya dengan banyak wanita itu, ia mulai mengenal minuman keras bahkan narkoba.
“Dalam sehari, usaha tato saya dibilang cukup lumayan, dengan penghasilan di antara Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu per hari. Kebanyanyakan wanita-wanita itu memasang tato di daerah (maaf) kewanitaannya,” katanya.
Tidak jarang menurut, Andi, setelah membuat tato, ia lantas diajak tidur oleh wanita-wanita itu. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai menginjakan kaki ke dunia mucikari. Andi mulai menawarkan para wanita itu kepada para koleganya.
“Hampir setiap hari saya dihubungi sama bos-bos untuk minta disediakan wanita, dan saya pun mencarikan. Waktu itu modal saya cuma pulsa, kalau wanita dan harganya cocok, saya pun mengantarkan pesanan wanita itu ke hotel, dan setelah selesai, saya jemput kembali,” katanya.
Dari bisnis mucikari itu, diakui Andi, dirinya mendapatkan uang yang cukup lumayan, sehingga bisa untuk memenuhi kehidupannya dan membeli kendaraan.
Suatu hari, setelah puluhan tahun menjalani bisnis haram tersebut, ia dikabari oleh kerabatnya yang berada di kampung halaman kalau ibunda tercinta meninggal dunia. Seketika itu juga ia langsung pulang. Namun Andi tidak bisa melihat wajah ibunda tercinta untuk terakhir kali karena jenazah sang ibu sudah dikubur.
Saat duduk termenung di depan makam sang ibu, Andi seakan medapat bisikan yang mengatakan, “Mau sampai kapan kamu seperti itu. Ibu kamu meninggal saja, kamu tidak sempat untuk menemuimya. Jalan yang kamu tempuh sekarang sudah terlalu jauh”. Begitulah kira-kira bunyi bisikan yang didengar Andi.
“Setelah mendengarkan bisikan itu, saya langsung menangis di depan makam ibu saya,” jelasnya.
Setelah kejadian itu, Andi mulai menata kembali kehidupannya. Ia lebih memilih tinggal di kampung halaman dan meninggalkan kehidupan yang penuh dengan gelamour tersebut.
“Saya sekarang sadar, kalau kehidupan yang selama ini saya lakukan adalah jalan yang salah. Untuk itu saya memutuskan untuk hidup di kampung halaman. Meski waktu itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan di kampung halaman,” katanya.
Setelah berjalan beberapa bulan di kampung halaman, Andi merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Ia pun harus banting tulang untuk menafkahi dirinya dan keluarganya.
“Awalnya saya mau kerja saja di kampung, namun setelah mencari kerjaan melalui kerabat-kerabat, saya tidak mendapat kerjaan, sampai suatu hari saya ditawari oleh teman untuk berjualan es krim keliling,” ujarnya.
Tanpa pikir panjang, dikatakan Andi, dirinya pun langsung menerima tawaran tersebut dan sekarang kehidupannya pun mulai ditata kembali dengan baik dan benar.
“Alhamdulilah sekarang saya lebih baik, bisa menjalankan ibadah dan juga usaha yang halal,” pungkasnya.
sumber: Fajarnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar