Selasa, 23 Juni 2015

Viagra Wanita: Mendongkrak Syahwat Lewat Saraf

Usaha Sprout Pharmaceuticals akhirnya membuahkan hasil. Setelah lima tahun melobi Komite Penasihat Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, akhirnya perusahaan, yang berbasis di Raleigh, North Carolina, itu berhasil mendapatkan izin mengedarkan produknya, Flibanserin. Obat yang disebut terakhir ini adalah viagra untuk wanita. Putusan ini menjadi langkah baru dunia farmasi "negeri Paman Sam". Sebab, flibanserin adalah "Viagra" untuk perempuan pertama di AS.   
''Kami sangat senang dengan hasil positif dari pertemuan Komite Penasihat ini,'' kata Cindy Whitehead CEO, Sprout Pharmaceuticals, seperti yang dikutip GATRA dari situs resmi mereka. Fungsi flibanserin sebenarnya sedikit-banyak seperti ''Pil Biru'' bagi pria di pasaran, yakni untuk meningkatkan gairah seksual.

Namun, flibanserin memiliki cara kerja berbeda dibandingkan dengan obat kuat bagi pria. Viagra pada kaum Adam biasanya dikonsumsi sesaat sebelum hubungan seksual berlangsung, sehingga aliran darah ke organ sensitif meningkat. Namun tidak demikian dengan Flibanserin. Agar fungsi peningkatan gairah seksual aktif, flibanserin harus dikonsumsi setiap hari secara berkala.

Bukan apa-apa, pasalnya flibanserin bekerja melalui saraf-saraf di otak. Menurut Cindy, untuk menimbulkan hasrat seksual di saraf membutuhkan waktu yang cukup lama. ''Lebih dari 1.000 wanita kami teliti selama setahun penuh untuk mengetahui khasiatnya,'' kata Cindy.

Seiring dengan berjalannya waktu, tumpukan zat ADDYI dalam flibanserin, dapat mempengaruhi dua neurotransmitter di otak dalam hal syahwat kaum Hawa. ADDYI sendiri adalah serotonin agonist antagonis yang multifungsi.

Sedangkan serotonin adalah zat kimia di otak yang berfungsi membawa pesan antarneuron terkait dengan perasaan seseorang. ADDYI ini, menurut Cindy, dapat menjadi salah satu jawaban bagi perempuan premenopause yang mengalami hypoactive sexual desire disorder (HSDD), atau menurunnya gairah seksual.
Cara kerja ADYYI, menurut Cindy, dengan meningkatkan dopamin dan norepinefrin, yang berfungsi membangkitkan gairah seksual. ''Di saat bersamaan, ADYYI berfungsi menurunkan serotonin, atau zat kimia yang menghambat gairah seksual, di korteks prefrontal otak,'' kata Cindy. ''ADDYI membantu mengembalikan kontrol korteks prefrontal agar lebih termotivasi untuk menimbulkan hasrat seksual.''

Keberadaan obat ini, menurut Cindy, penting. Sebab, dari hasil penelitian Sprout di AS, banyak wanita berumur 40 tahun, atau menjelang menopouse, mengalami HSDD. ''Satu dari tiga wanita di AS mengalami penurunan hasrat seksual,'' kata Cindy. Penelitian ini sendiri, menurut Cindy, dilakukan pada 11.000 wanita di AS.

''Wanita yang diuji dengan ADDYI menunjukkan perbaikan yang signifikan di setiap titik pengukuran pada semua fase uji klinis penting.''

Selain meningkatnya gairah seksual, menurut Cindy, kelebihan flibanserin adalah tidak memicu perubahan fisik langsung dalam tubuh. Namun, dari hasil penelitian tersebut, diakui Cindy, ada beberapa efek yang tak dapat dihindari. ''Efek samping yang paling umum diamati dalam penelitian adalah pusing, mual, atau ngantuk,'' katanya.

Keberhasilan Sprout dalam memperoleh lampu hijau dari Komite Penisehat FDA itu tidak lepas dari usaha gigih yang mereka lakukan selama ini. Seperti yang telah disebut di atas, lima tahun adalah waktu yang dibutuhkan Sprout untuk mendapatkan restu. Selama lima tahun itu, flibanserin telah dua kali uji di Komite. Hasilnya, ditolak.

Penolakan pertama terjadi 2010. Saat itu, Flibanserin diuji oleh Komite saat perusahaan Boehringer Ingelheim meminta izin edar di AS. Boehringer Ingelheim adalah perusahaan penemu pertama viagra perempuan itu. Penolakan FDA saat itu ialah flibanserin berefek negatif, yakni menyebabkan pingsan bagi pengonsumsinya karena tekanan darah rendah.

Pada 2011, flibanserin dibeli oleh Sprout. Dua tahun kemudian, flibanserin diuji kembali di depan anggota Komite dan mendapat hasil yang sama, ditolak. ''Pertanyaan mendasar adalah apakah efek pengobatan ini lebih besar daripada risikonya?'' ungkap FDA seperti yang dikutip dari The Guardian.
Lobi panjang pun dilakukan Sprout untuk membuktikan manfaatnya. Berbagai data diajukan, termasuk hasil uji klinis terhadap manusia. Para wanita yang berpartisipasi dalam uji klinis itu pun memberikan reaksi positif. Seperti yang dikatakan Amanda Parrish. Menurutnya, sebelum turut serta dalam uji coba itu, ia mengalami masalah gairah seksual dengan suaminya. ''Setelah delapan bulan turut serta, obat ini menyelamatkan hubungan asmara saya. Ini seperti lampu yang kembali dinyalakan,'' katanya. 

Meski telah dinyatakan lolos uji oleh Komite, tampaknya keraguan masih membayangi flibanserin. Sebanyak delapan orang, dari total 24 anggota Komite, menolak izin edar flibanserin. Kini, tinggal FDA yang dapat memutuskan apakah flibanserin bakal mendapat izin. Ya, dalam urus edar izin obat di AS, biasanya didahului oleh pengujian di depan anggota Komite. Namun, selama ini, bila telah dinyatakan lulus oleh Komite, FDA pun akan memberi lampu hijau.

''Panelis sepakat bahwa manfaat dari obat ini tidak besar. Tapi masih berarti bagi pasien,'' kata seorang anggota Komite Penasihat, seperti yang dikutip dari Scientific American. ''Penempatan obat di pasar harus bersama informasi tentang efek sampingnya.''

Peningkatan gairah seksual melalui saraf ini diamini oleh neurolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Andradi Suryamiharja. ''Gairah seksual tersebut memang dapat terpancing melalui saraf,'' kata Andardi kepada Asri Wuni Wulandari dari GATRA. Hal ini dimungkinkan, karena neurotransmitter memang diakuinya dapat berperan dalam aktivitas seksual. Peran dari neurotransmitter itu, di antaranya didapat melalui dopamine dan serotonin.
Keberadaan flibanserin ini mendapat apresiasi dari sekskolog Wimpie Pangkahila. Menurut Wimpie, obat untuk menaikkan gairah seksual seperti flibanserin ini penting sebagai solusi bagi perempuan zaman sekarang. Pasalnya, menurut Wimpie, perempuan yang mengalami HSDD semakin hari semakin banyak. Berdasarkan pengalaman Wimpie, setidaknya dalam sebulan terdapat 75 perempuan di usia 35 tahun ke atas yang mengalami HSDD. ''Penyebarannya tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia, tetapi hampir merata,'' kata Wimpie kepada GATRA.

Ada beberapa penyebab mengapa wanita mengalami HSDD. Pertama karena penurunan hormon secara alami. Kedua, masalah psikis. Ada juga karena trauma dalam kehidupan seksualnya, seperti perilaku negatif sang suami. Keempat, gangguan HSDD dapat disebabkan oleh faktor bangkitan, seperti gagal ereksi pada pria.

Namun demikian, Wimpie memberi catatan bagi calon konsumen bahwa Flibanserin tidak akan bekerja bila perempuan tersebut HSDD karena hormon. Obat ini, kata Wimpie, hanya bekerja pada perempuan yang dopamine dengan serotonin tidak seimbang. Untuk mengetahui hal itu, menurut Wimpie, hanya melalui diagnosis doktor. ''Jadi tidak bisa serta merta langsung dikasih obat ini,'' katanya.

 (www.gatra.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar