Rabu, 25 Juni 2014

Lokalisasi " Gang Sempit" Coreng Kota Bukittinggi




Salah seorang wanita berstatus “kupu-kupu malam” yang mencari pelanggan di kawasan “Gang Sempit” Buk
 

Ranahminang tercoreng, sebuah kota wisata dikawasan utara Sumatera Barat telah lahir lokalisasi. Lokalisasi ini baru-baru ini menjadi favorit bagi lelaki hidung belang.Karena dilokasi ini hidup para pelacur yang menjajalkan diri secara lebih berani.

Bisnis ‘esek-esek’ alias pelacuran (prostitusi) ini diam-diam ‘menggeliat’ di Kota Jam Gadang Bukittinggi. Masyarakat pun mulai resah. Kenyamanan Bukittinggi sebagai kota relijius terusik.

 
Penulusuran Theoneredaxi, Jumat (31/1) malam, di kota itu telah berdiri “lokalisasi” terselubung yang akrab di telinga para lelaki hidung belang sebagai “Gang Sempit”. Di kawasan “Gang Sempit” itu, para kupu-kupu malam yang berusia remaja dan masih berstatus mahasiswi mencari mangsa.
 
Jihan (bukan nama sebenarnya), mahasiswi salah satu perguruan tinggi di kota itu yang masih berusia 18 tahun kepada Theoneredaxi mengatakan, untuk memuaskan nafsu para pelanggannya, dia mematok tarif antara Rp400 ribu-Rp600 ribu sekali kencan. Dalam semalam ia mengaku dapat melayani tamu sampai 12 orang.
 
“Saya melakukan ini  karena butuh uang untuk keperluan sehari-hari,” ujar Jihan yang tanpa risih bercerita kepada wartawan media ini . Jihan mengaku berasal dari salah satu daerah di Sumatera Barat.
 
Dalam melayani tamunya, Jihan menyediakan tempat di “kos-kosan” yang ia tempati di kawasan “Gang Sempit”. Kosan itu tidak asing lagi bagi lelaki yang mencari pemuas nafsu di kota itu.
 
“Kadang saya juga ke hotel memenuhi permintaan tamu yang memesan saya,” katanya.
 
Rekan Jihan, Novi (juga bukan nama sebenarnya), malah lebih ekstrem. Dia berani mematok tarif Rp1.5 juta untuk pelayanan full time hingga pagi. “Ngamar”nya bisa di kosan kawasan “Gang Sempit” atau di penginapan yang ditentukan oleh para pelanggannya.
 
Pantauan Theoneredaxi, laki-laki pemakai para “kupu-kupu malam” itu bukan saja dari kalangan dewasa, tetapi banyak juga para remaja usia 20-an tahun. Mereka tanpa sungkan memasuki kamar kosan di “Gang Sempit” itu dan melakukan perzinaan. Mereka merasa nyaman beraksi sebab konon kabarnya ada oknum-oknum tertentu yang menjadi beking.
 
Masyarakat di sekitar kawasan “Gang Sempit” Bukittinggi tentu saja resah menyaksikan fenomena itu. Cerita dari mulut ke mulut membuat merah telinga bagi warga yang peduli moral generasi muda. Jika didiamkan, lambat laun Bukittinggi menjadi kota maksiat.
 
Seorang warga yang enggan menyebut namanya kepada media ini meminta aparat hukum dan pemerintah Kota Bukittinggi untuk turun tangan merazia “lokalisasi” itu. Lokasi tersebut, menurutnya, sudah diketahui umum oleh warga tetapi tidak ada tindakan lanjut dari pemegang kekuasaan di kota itu.
 
“Kami khawatir, bukan saja masalah prostitusi yang kami resahkan, tetapi bisa saja di sana beredar miras dan narkoba,” ujar warga itu.
 
Warga berharap tindakan tegas dari pemerintah terkait masalah tersebut, sebab kalau dibiarkan akan merusak moral generasi muda Kota Bukittinggi yang selama ini dikenal sebagai kota pendidikan dan kota yang cukup religius.
 
“Ormas-ormas Islam di Bukittinggi juga harus turun tangan memberantas penyakit masyarakat itu,” harapnya. (http://theoneredaxi.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar