Sekitar 2.000 pekerja seks komersil (PSK) di Kramat Tunggak putar otak setelah lokasi mangkal mereka digusur. Untuk bertahan hidup, akhirnya banyak PSK insyaf lalu alih profesi.
Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu kini menjadi Jakarta Islamic Centre (JIC). Setelah berdiri rumah Allah, lambat laun perubahan positif pun dirasakan oleh warga sekitar.
Ketua RW 019, Kampung Beting Remaja, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Richardo Hutahaean mengungkapkan, para PSK yang tinggal di lingkungannya, maupun para pecandu minuman keras sudah berubah pola hidupnya. Mereka mulai ingat dengan akhirat.
"Perubahan warga sini drastis, terutama pekerja seks itu. Mereka ada yang alih profesi seperti berdagang nasi uduk, menjadi cuci pakaian di rumah-rumah orang paruh waktu, kerja pabrik," kata Richardo saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/9).
Richardo bercerita awal banyak orang menggantungkan hidup di lokalisasi. Tetapi, lanjutnya, meski secara roda perekonomian baik, tetapi tidak secara moral karena semakin menghancurkan moral warga.
"Semenjak didirikannya JIC, aura positif mulai muncul. Moral lingkungan sini semakin membaik seiring berjalannya waktu," tuturnya.
Richardo menjelaskan, semenjak adanya JIC kontribusi warga semakin terlihat. Kini sekolah keagamaan, pengajian anak kecil sampai ibu-ibu dan bapak-bapak terus berjalan.
"Imam Besar JIC juga seringkali mengisi ceramah di kampung ini. Jadi artinya memberi kontribusi yang besar bagi kampung ini. Kampung ini kan pernah rusak karena adanya Kramat Tunggak, nah imam besarnya memberikan pencerahan kepada masyarakat
sini," jelasnya.
Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu kini menjadi Jakarta Islamic Centre (JIC). Setelah berdiri rumah Allah, lambat laun perubahan positif pun dirasakan oleh warga sekitar.
Ketua RW 019, Kampung Beting Remaja, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Richardo Hutahaean mengungkapkan, para PSK yang tinggal di lingkungannya, maupun para pecandu minuman keras sudah berubah pola hidupnya. Mereka mulai ingat dengan akhirat.
"Perubahan warga sini drastis, terutama pekerja seks itu. Mereka ada yang alih profesi seperti berdagang nasi uduk, menjadi cuci pakaian di rumah-rumah orang paruh waktu, kerja pabrik," kata Richardo saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/9).
Richardo bercerita awal banyak orang menggantungkan hidup di lokalisasi. Tetapi, lanjutnya, meski secara roda perekonomian baik, tetapi tidak secara moral karena semakin menghancurkan moral warga.
"Semenjak didirikannya JIC, aura positif mulai muncul. Moral lingkungan sini semakin membaik seiring berjalannya waktu," tuturnya.
Richardo menjelaskan, semenjak adanya JIC kontribusi warga semakin terlihat. Kini sekolah keagamaan, pengajian anak kecil sampai ibu-ibu dan bapak-bapak terus berjalan.
"Imam Besar JIC juga seringkali mengisi ceramah di kampung ini. Jadi artinya memberi kontribusi yang besar bagi kampung ini. Kampung ini kan pernah rusak karena adanya Kramat Tunggak, nah imam besarnya memberikan pencerahan kepada masyarakat
sini," jelasnya.
sumber: www.merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar