Minggu, 05 Juli 2015

Ini Kisah Kemunculan Wanita Cantik Bermata Biru di Benteng Portugis Jepara


Ini Kisah Kemunculan Wanita Cantik Bermata Biru di Benteng Portugis Jepara
13 Juni 2015

 Benteng Portugis di Jepara dibangun di atas sebuah bukit yang menjorok ke arah laut (tanjung) yang diapit dua teluk di sebelah barat dan timur.
Tebing bukit sisi barat, dan utara merupakan tebing yang terjal dengan beberapa singkapan batuan padas.

Sedangkan sisi timur agak landai dan jalan masuk ke benteng melalui tebing bukit sisi selatan yang secara morfologinya tidak terlalu terjal.
Secara geologi bukit tersebut merupakan bukit padas dengan lapisan permukaan tanah yang tipis, berkisar 20 hingga 30 centimeter, yang merupakan hasil pelapukan batuan padas.

Benteng Portugis dibangun dengan menggunakan bongkahan batu padas yang disusun setinggi satu meter dan direkatkan dengan semen.
Keadaan ini sudah memiliki kekuatan terhadap terjangan peluru dan meriam musuh. Harap diingat bahwa kekuatan peluru dan meriam pada waktu itu belumlah seperti kakuatan peluru dan meriam masa kini.

Bukit padas yang dipilih juga memiliki kekuatan untuk menahan serangan peluru dan meriam dari musuh yang menyerang dari arah laut. Hal ini juga ditambah dengan adanya rintangan alam di sepanjang pantai di bawah bukit berupa singkapan batuan padas sehingga mempersulit musuh untuk dapat mendarat tepat di depan benteng.

Benteng ini sekarang hanya tinggal pagarnya yang terbuat dari batu padas yang disemen. Benteng tersebut memiliki tiga buah pintu yang terdiri dari satu pintu utama di sisi selatan benteng, satu pintu di sisi barat dan satu pintu di sisi utara.

Pada benteng sisi utara terdapat tiga buah lubang berbentuk huruf U yang dimungkinkan merupakan tempat meletakkan meriam dengan arah hadap ke laut.
Di tengah-tengah benteng terdapat struktur berbentuk persegi empat yang terbuat dari tumpukan fragmen batu padas.

Di atas struktur ini pada waktu kini telah dibangun jalan setapak dari paving blok.
Di dalam benteng pojok barat laut telah dibangun sebuah gardu pandang yang berbentuk segi delapan. Di belakang lobang berbentuk U pada dinding benteng sekarang dibangun diorama meriam kecil menghadap ke arah laut.

Di bawah bukit sisi barat dan di tepi pantai terdapat bangunan yang mirip dengan Benteng Portugis yang berada di puncak bukit. Bangunan ini dibangun menempel pada tebing bukit yang mirip dengan sebuah goa.

Goa di tempat ini bukan berarti sebuah goa horizontal maupun goa vertikal yang dalam tetapi terbentuk dari adanya patahan pada lapisan batuan padas sehingga membentuk sebuah rongga. Karena membentuk sebuah rongga maka beberapa warga menyebutnya sebagai goa.
Kemunculan Wanita Bermata Biru

Dengan adanya benteng Portugis itu membuktikan bahwa bangsa Portugis pernah hidup di wilayah Jepara Utara. Sampai kini masih terdapat keturunan Portugis yang bermukim di sekitar benteng Portugis, yakni di Desa Ujung Watu, Sambungoyot dan lereng Gunung Donorojo.

Mereka muncul dengan ciri matanya yang berwarna biru kecoklat-coklatan, berwajah latin dan berhidung bangir.
Namun karena jarak antar generasi pertama dengan sekarang rentangnya terlalu panjang, ratusan tahun, maka agak sulit menemukan ciri-ciri yang utuh. Lagipula generasi berikutnya telah melakukan pernikahan dengan penduduk asli sepertidirangkum dari laman viva.

"Wanita keturunan Portugis ini dikenal cantik-cantik karena berwajah latin. Mereka banyak merantau ke luar daerah seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Untuk di Jakarta mereka tersebar di kawasan kota lama. Lihat saja rumah mewah di Desa Ujung Watu, itu hasil mereka ketika merantau," kata Kandar, warga Desa Ujung watu.
Hal ini diperkuat berdasarkan sumber lisan, pada masa Portugis di daerah perkebunan di Jepara utara juga banyak praktik prostitusi dan pergundikan, juga perkawinan silang antara laki-laki Portugis dan perempuan penduduk asli.
Bukti-bukti sekunder dapat dilacak pada tipologi masyarakat keturunan Portugis sekitar Sambungoyot dan lereng Gunung Danaraja.
Pada masa Belanda, banyak perekrutan pekerja perempuan di perkebunan tebu, kopi, dan karet di daerah Balong, dekat Keling, pada dekade berikutnya.
Maka tidak heran jika di desa yang letaknya terpencil antara perbatasan Pati dan Jepara itu ditemukan beberapa gereja dan komunitas nasrani.
Menurut keterangan Yanto, warga desa Kembang, Dukuh Seti yang letaknya berdekatan dengan Desa Ujung Watu banyak nelayan dan petani yang beragama nasrani.[http://metroterkini.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar