Kamis, 24 Juli 2014

ARV Jadi Jalan Terakhir

Pelanggan Enggan Pakai Kondom, Penyebab Utama Penularan HIV


Penularan virus human immunodeficiency virus (HIV) akibat kegiatan prostitusi kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data  kunjungan pasien klinik Voluntary Conselling and Testing (VCT ) RSUD AW Sjahranie Samarinda, hingga Juni 2014 ada 823 jiwa yang terinfeksi.  Nah, 475 orang di antaranya tertular dari kegiatan prostitusi di lokalisasi.  Nahasnya, tren penularan meningkat dari tahun ke tahun.

Staf Sekretariat Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Samarinda Muhammad Basuki membenarkan secara umum, penyebaran tertinggi melalui kegiatan prostitusi. Seperti kurangnya kesadaran dari pelanggan pekerja seks komersil (PSK) menggunakan kondom.

”Pada beberapa penelitian, banyak pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom saat berhubungan,” ujarnya.

Hal tersebut menyebabkan virus bisa menular antara pelanggan dan PSK. Sehingga mengakibatkan efek domino yang berakibat buruk bagi orang lain seperti PSK lain atau istri pelanggan tersebut.

KPA selalu melakukan sosialisasi agar pelanggan menggunakan kondom sebelum berhubungan. “Namun dari pengakuan PSK, kebanyakan pelanggan menolak. PSK pun tak bisa berbuat apa-apa,” ucap lelaki paruh baya itu.

Terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda Nina Endang Rahayu mengaku pihaknya selalu mendukung program KPA dalam penanggulangan penularan HIV. Sebelum lokalisasi Loa Hui ditutup, tim dari Diskes Samarinda sudah memeriksa PSK dan ada beberapa yang ternyata sudah terinfeksi HIV. “Mereka sudah didata dan mendapat pengobatan antiretroviral (ARV),” sebutnya.

Sekadar informasi, berdasarkan penelitian, pengidap HIV positif yang mendapatkan pengobatan ARV memiliki kemungkinan sangat kecil menularkan HIV dibanding mereka yang tidak diobati.

Ditambahkannya, Diskes selalu mengadakan pemeriksaan berkala, paling sedikit satu tahun sekali, di tiga lokalisasi di Samarinda yakni Loa Hui, Bandang Raya (Solong) dan Bayur.

Bila ditemukan PSK terinfeksi langsung mendapat pengobatan ARV, untuk menekan angka penyebaran. “Namun, yang paling kami takutkan adalah dari kegiatan prostitusi di luar lokalisasi yang susah dipantau,” tambahnya.

Diakuinya, mengatasi kegiatan prostitusi di luar lokalisasi ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi Diskes dan instansi terkait.  Apalagi angka penyebarannya tidak sedikit. “Kami akan terus berusaha untuk bisa mengurangi angka penularan,” ucapnya. (http://www.kaltimpost.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar