Gambilangu
adalah lokalisasi yang berada di wilayak kabupaten Kendal yang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Tugu Kodya Semarang. Gambilangu
dalam wilayah Kabupaten Kendal terletak di Dk. Mlaten atas Ds. Sumberejo
Kec. Kaliwungu Kabupaten Kendal. Nama Gambilangu berasal dari dari dua
kata Gambir dan langu, Gambir merupakan sebuah pohon yang pada jaman
dulu banyak terdapat diaerah tersebut, buah pohon ini biasa dikonsumsi
penduduk jaman dahulu untuk menggosok gigi atau dikunyah (nginang)
untuk membersihkan mulut, bau buah tersebut oleh orang Kendal disebut
langu atau campuran antara pahit , manis dan getir serta mempunyai ciri
khas yang hanya dimiliki oleh pohon gambir tersebut.
Sebelum menjadi
lokalisasi tempat tersebut merupakan pemukiman kumuh yang awalnya
dihunii oleh beberapa orang, rumah yang didirikan juga sangat sederhana
yang terbuat dari Gedeg (anyaman bambu) yang belum permanen. Tahun 1970
gambilangu masih berupa hutan, tegalan dengan pohon pohon besar. Tahun
1972 masyarkat luar mulai mendirikan bangunan semi permanen dengan
membeli tanah seharga Rp 50.- per meter.
Penghuni daerah ini pada
awalnya adalah seorang wanita bernama Jaenah, rumah yang ditempatinya
semula bukan merupakan rumah bordil, hanya rumah biasa, rumah tersebut
disewa untuk menginap tamu yang membawa wanita teman kencan kemudian
melakukan hubungan seksual disana. Rumah tersebut layaknya losmen
sederhana dan belum memiliki pekrja seks yang tinggal menetap dilokasi
tersebut. Para pelacur dibawa oleh tamu hidung belang dan diajak kencan
dirumah Jaenah. Lambat laun daerah tersebut ramai didatangi penghuni
baru . Pra penghuni baru tersebut diantara dari golongan Gali, Orang
bermasalah dan orang yang sengaja ingin membuka usaha seperti Bu
Jaenah . Diantara penghuni tersebut adalah Pak Slamet Prayitno , Rochim ,
Pak Dakir mereka menetap didaerah tersebut pada tahun 1971 - 1972
terutama di lokalisasi yang masuk dalam wilayah Kodya Semarang , diduga
penduduk tersebut mempunyai banyak masalah kriminal meskipun Slamet
Prayitno sendiri adalah pecatan Polisi. Mereka dianjurkan tinggal
didaerah tersebut oleh seseorang bernama Ahmadun dengan alasan daerah
tersebut masih sepi dan jarang penduduknya dengan harapan agar mereka
tidak membuat masalah lagi di masyarakat .
Masuknya orang orang
tersebut merubah tempat itu menjadi lokasi pelacuran tidak resmi
karena mereka sudah mempunyai anak asuh yang tinggal dirumahnya .
Gambilangu
berubah nama menjadi sumberejo pada tahun 1976 dengan adanya perluasan
wilayah Kodya Semarang. Gambilangu sebagai sebuah komplek terbagi
dalam dua wilayah yaitu wilayah Kodya semarang dan Kecamatan kaliwungu
Kabupaten Kendal, sedangkan untuk wilayah Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Kendal mempunyai batas batas sebagai berikut :
Batas barat Ds. Sumberejo
Batas Selatan Kel. Rowosari Kodya Semarang
Batas Timur Kel. Mangkang Kulon
Batas Utara Ds. Sumberejo
Seiring
dengan banyaknya orang orang yang tingal didaerah tersebut maka mereka
membuka praktek bordil dan hiburan karaoke. Tapi nama Slamet Prayitno,
Rochim dan Dakir tetap dikenang sebagai tokoh yang mempunyai peran
sentral dalam menyulap daerah tersebut menjadi tempat lokalisasi.
Sebutan
GBL itu sendiri berasal dari singkatan Gambilangu, yang kemudian tenar
karena memudahkan pengucapanya dan orang menyebutnya dengan nama GBL
hingga kini
Wacana menutup lokalisasi tersebut pernah mengemuka di
masa reformasi pergantian pemerintahan dari Rezim Orde Baru ke Orde
Reformasi disekitar tahun 1998, sempat terlihat ada beberapa plang
berisikan pengumuman bahwa lokalisasi terbesar di Kendal itu tutup
terpampang besar di pintu masuknya, kejadian itu tak hanya di GBL tapi
juga hampir di seluruh lokalisasi di Kendal seperti lokalisasi Alas
Karet di Sukorejo, lokalisasi Om Sumadi di Cepiring dan Damarsari,
imbasnya bukannya praktek prostitusi berhenti namun malah ada efek
samping yang tak disangka yaitu para pelacur yang merasa tak aman di
lokalisasi kemudian berpraktek di sembarang tempat, umumnya di tempat
keramaian seperti Gedung Bioskop Gajahmada di Kendal kota, Gedung
bioskop Sriagung Cepiring, terminal Andong Cepiring, Terminal weleri
hingga Bundaran Sukorejo, dari kejadian itulah disadari bahwa lokalisasi
memegang peranan penting untuk mengendalikan para pekerja seks, karena
dari lokalisasi itulah kesehatan dan keamanan para PSK bisa
terpantau.(aryowidiyanto.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar