* BISNIS PROSTITUSI ONLINE DIY
HN, 19, alumnus satu SMA swasta di Jogja selatan mengaku menjajakan diri sejak Kelas XI. Alasannya, orangtuanya telah bercerai dan dirinya memilih tinggal sendiri sambil menyelesaikan sekolahnya. Uang yang ia dapatkan dipergunakan untuk membayara biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, tindakan ini merupakan bentuk pembalasan atas apa yang dilakukan oleh orangtuanya.
“Saya
hanya layani yang usianya di bawah 30 tahun, dan sampai saat ini masih
sama. Selain itu ada aturan lain serta harus di hotel,” ujar gadis
keturunan Jawa-Sunda tersebut kepada Harianjogja.com beberapa waktu lalu
Sementara
pernyataan berbeda justru diungkapkan oleh DA, 21, salah satu ayam
kampus di Kota Jogja. Jika para PSK pelajar menggunakan grup di
facebook, hal itu tidak berlaku bagi DA. Mucikari yang menangani DA
biasa menawarkan jasanya melalui forum tertutup dan tidak semua bisa
mengaksesnya. Hanya member yang pernah dan direkomendasikan yang bisa
mengakses forum tersebut. Selain itu tarif yang ditawarkan pun lebih
banyak menyasar para eksekutif muda yakni antara Rp1,5 juta hingga Rp3,5
juta sekali kencan.Tidak tanggung-tanggung, selama kurang dari setahun, DA mampu mengganti mobil dari KIA Carenz menjadi Honda Jazz.
“Aku beli itu atas hasil kerja keras dan keringatku sendiri,” ucapnya.
Pelaksanaan
transaksi yang memanfaatkan jaringan informasi melalui situs sosial,
Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto memiliki pandangan sendiri. Menurutnya
perkembangan teknologi informasi saat ini telah membuka banyak jalan
untuk melakukan transaksi antara penyedia jasa layanan dan orang yang
membutuhkannya. Tanpa harus repot-repot bertemu, perjanjian dan
kesepakatan bisa terjadi.Modus penawarannya pun menurut Soeprapto beragam. Mulai dari menawarkan paket foto bugil, video, hingga menawarkan paket hubungan seksual. Tak perlu dibayar dengan uang tunai maupun transfer, beberapa “penjual” bahkan menerima bayaran dalam bentuk pulsa. (www.solopos.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar