Bogor sudah
dipenuhi warga masyarakat yang ingin menghabiskan malam pergantian tahun
bersama keluarga dan orang terkasih. Tempat penginapan baik hotel, villa
hingga bungalow telah terisi hampir penuh. Bahkan beberapa hotel sudah menolak
reservasi tamu.
Namun ada
pemandangan lain dibalik ramainya kunjungan wisatawan. Terlihat wajah-wajah
wanita warga asing yang masih berkeliaran di kawasan berhawa sejuk yang
dikelilingi hamparan pohon teh ini.
Dari
keterangan warga, wanita muda berwajah luar negeri ini, sudah terlihat
dikawasan Puncak sejak empat hari lalu. “Mereka menginap menyebar di beberapa
kamar villa dikawasan Tugu Utara dan Tugu Selatan. Saya duga, mereka bukan
wisatawan,” kata seorang warga Cisarua.
Menurut
Endang, seorang warga yang juga tokoh agama ini, razia terhadap pekerja seks komersial
(PSK) berkewarganegaraan asing asal Maroko di kawasan Puncak, Cisarua dan
Megamendung, oleh petugas Kantor Imigrasi Klas II Bogor, awal Desember lalu,
tak lebih dari sebuah ‘Opera Sabun’.
“Dagelan
dengan modus razia aja. Ini tak lebih sebagai upaya menyelematkan muka Kantor
Imigrasi. Kenapa? Karena sekarang keberadaan wanita penghibur ini, masih dengan
mudah ditemui dan berkeliaran di berbagai tempat, mulai dari restoran dan café
hingga penyedia jasa bisnis esek-esek yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
oleh segilintir oknum di sini,” ujarnya berang.
Menurut
Endang, tokoh masyarakat setempat keberadaan PSK asal Maroko serta para imigran
Ilegal itu, sudah sangat meresahkan warga asli puncak. “Wanita muda ini pasti
dari luar negeri, kalau lihat fisik hidung mancung, kulit putih,”paparnya.
Ia menduga,
wanita kupu-kupu malam asal luar negeri ini sengaja didatangkan ke puncak oleh
kelompok yang mengorganisir, untuk memenuhi permintaan layanan seks konsumen di
malam pergantian tahun.
“Kita
bersama pemerintah unsur Muspika, akan bertindak tegas, jika benar adanya
aktifitas mereka yang mencemari atau mengotori kampung asli warga
puncak,”ujarnya.
Keberadaan
mereka (PSK dan Imigran illegal-red), membuat kawasan wisata ini akan semakin
tidak nyaman. Buntutnya, orang akan enggan berlibur ke kawasan ini,
karena opini negatif emberitaan.
“Dan akhirnya usaha warga sini mati karena tidak ada pembeli akibat sepi wisatawan,”kata Dedi, seorang warga.
“Dan akhirnya usaha warga sini mati karena tidak ada pembeli akibat sepi wisatawan,”kata Dedi, seorang warga.
Lukman,
Kepala Desa (Kades) Tugu Selatan, mengaku, wanita muda berkebangsaan asing asal
Maroko serta imigran illegal, telah membuat resah warga puncak.
Maraknya PSK
asing dan lokal yang sudah memenuhi puncak, berdampak pada meningkatnya pesanan
kondom. Beberapa toko serba ada yang ada di puncak, mengaku sudah kehabisan stok
kondom karena telah diborong oleh orang tidak dikenal.
“Sudah dua
hari ini kami kehabisan kondom. Ada yang borong. Kami sih nggak tau untuk apa.
Kami jual dan ada yang borong,”kata Saeful, karyawan sebuah minimarket di
Cisarua Bogor.
Endah, kasir
minimarket di Gadog bahkan terang-terangan mengakui, jika awal hingga
pertengahan bulan Desember pihaknya masih banyak stok kondom.
“Kami
kehabisan kondom empat hari lalu. Sekarang belum dikirim. Tadi malam ada
seorang ibu ke sini dan nanya kondom juga. Dia langsung pergi, begitu saya
bilang habis. Ibu itu hanya nanya kondom aja. Dia nggak beli aa-apa,”katanya. (http://poskotanews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar