hidayatullah.com/Samsul Bahri
Rencana Pemerintah Kota Surabaya untuk menutup kawasan prostitusi Dolly nampaknya mulai ada sandungan. Pasalnya, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) ditengarai sedang bermunculan di area lokalisasi tersebut.
“Setelah diumumkan oleh Pemkot Surabaya bahwa tahun
2014 Dolly akan di tutup, sekarang justru muncul beberapa LSM yang
menolak kebijakan tersebut,” demikian disampaikan ujar Ngadimin Wahab,
dai di wilayah lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar
Kembang, Kota Surabaya itu.
Menurut Ngadimin Wahab atau
biasanya disapa Ustad Petruk, ia bahkan pernah diundang menghadiri
peresmian sebuah LSM dalam kapasitas sebagai tokoh masyarakat yang
diundang khusus untuk memberikan doa.
“Sekarang
sudah ada tiga LSM yang berdiri yaitu Forum Komunikasi Masyarakat
Lokalisasi (FKML), Komunitas Pemuda Independen (KOPI) dan yang terbaru
adalah Paguyuban Pekerja Lokalisasi (PPL), kesemua LSM ini menolak
penutupan lokalisasi Dolly,” tutur Ustad Petruk kepada hidayatullah.com di sela acara pelatihan Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL) di Surabaya.
Menurutnya, saat ini, kondisi pembinaan Wanita Tuna Susila (WTS) Dolly yang sudah lama dilakukan oleh para da’i agak terganggu karena mendapat kendala dari beberapa pihak.
“Para da’i yang biasanya memberi pembinaan ke WTS sedikit mendapat hambatan dalam memberi pembinaan, ” ungkapnya.
Menurut Ngadimin yang tinggal di Kupang Gunung Timur, VII, tepat di sekitar area lokalisasi Dolly mengatakan, saat ini ada sekitar 70 da’i telah diterjunkan oleh Pemerintah Kota Surabya untuk melakukan pembinaan WTS di Dolly.
Hal ini
dilakukan sebagai upaya penyadaran dan persiapan mental para WTS dan
para mucikari menjelang ditutupnya Dolly pada tahun 2014.
Menurutnya, hingga saat ini WTS
sudah banyak yang berkurang bila dibandingkan dengan lima tahun yang
lalu. Bila lima tahun lalu jumlah WTS Dolly mencapai 5000 orang, pada
tahun 2013 jumlah WTS hanya 1022 orang.(www.hidayatullah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar