Senin, 20 Juli 2015

Saritem: Sebuah Warisan Sejarah dari Masa Kolonial

Saritem Bayar
Hampir setiap orang yang tinggal di Bandung mengenal Saritem. Terlepas dari segala kontroversinya selama ini, kawasan tersebut sebetulnya punya nilai sejarah yang kuat. Bahkan masih banyak orang yang belum mengetahui asal-usulnya secara jelas karena terlalu melihat persoalannya dari sisi moral semata. Resminya kawasan ini sudah ditutup sejak empat tahun lalu. Namun kabarnya masih bisa dijumpai denyut kehidupan lokalisasi yang namanya sudah terkenal bahkan sebelum Negara Indonesia berdiri. Dengan membuka sedikit lembaran kisah mengenai kawasan ini, kita mungkin bisa mengenal sejarahnya.

Asal Mula Saritem

Saritem DisplayKonon, nama Saritem diambil dari seorang perempuan Sunda yang berprofesi sebagai penjual jamu keliling dan akhirnya dijadikan istri simpanan oleh seorang warga Belanda. Mengingat banyaknya serdadu atau warga Belanda yang bermukim dan membutuhkan sarana pelampiasan birahi, suaminya mengusulkan supaya mengajak teman-teman simpanannya untuk menyediakan layanan tersebut. Kira-kira pada tahun 1906, kawasan ini dikenal sebagai pusat lokalisasi bagi para tentara Belanda. Lalu tahun demi tahun, berkembanglah lokalisasi ini di kawasan kota Bandung.
Tapi ada versi lain yang menyebutkan asal lokalisasi ini. Konon, nama Saritem diambil dari seorang perempuan hitam manis yang cantik dan bernama Nyonya Sari. Meskipun ada perbedaan asal-usulnya, secara umum namanya memang berasal dari seorang perempuan. Entah benar atau tidak, faktanya kawasan ini sudah berdiri jauh sebelum proklamasi kemerdekaan RI dan terus tumbuh berkembang antar generasi hingga saat ini. Wajar jika lokalisasi di pusat kota Bandung ini merupakan yang terbesar di Jawa Barat.
Saritem ProstitusiUntuk mencapai Saritem, kita bisa menuju ke pusat kota Bandung antara Jalan Kebonjati, Sudirman dan Gardujati. Namun semenjak ditutup tahun 2007 lalu, agak sulit untuk menemukan lokalisasi ini di antara pemukiman warga. Tapi kabarnya tersebar beberapa calo yang siap menjadi pemandu dan menetapkan transaksi bagi para pengunjung. Letaknya yang terdiri dari gang-gang sempit pemukiman memang cukup menyulitkan untuk dilalui dengan kendaraan bermotor. Sehingga lebih sering kendaraan bermotor diparkir jauh dari lokasi atau dialihkan ke area pemukiman bagi sepeda motor. Dengan penawaran yang sudah disepakati, seorang pengunjung bisa melanjutkan tujuan ke wisma yang ditunjuk.
Jika menyempatkan diri berkunjung ke kawasan ini tentulah sangat berbeda dengan situasi saat sebelum ditutup. Tidak ada satupun ciri-ciri khas seperti papan reklame, tempat hiburan atau gemerlap khas yang sering menandai kawasan prostitusi. Namun semuanya seakan terselip di antara kawasan hunian penduduk yang berjajar di sepanjang lokasi. Lirih dan berhembus di antara udara malam kota Bandung yang sejuk. Bagaimanapun, Saritem sudah menjadi semacam salah satu identitas kota Bandung. Sehingga sangat sulit untuk menemukan titik temu di antara beragam kontroversi yang menyelubunginya.
sumber: http://www.kamusbahasasunda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar