Minggu, 26 Juli 2015

43 PMKS Termasuk Delapan Pelacur Dijaring Pemprov DKI

Ilustrasi pelacur


Sebanyak 43 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terjaring razia, termasuk delapan pekerja seks komersial (PSK). Mereka langsung dibawa ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 1 atau yang dikenal dengan Panti Kedoya, Jakarta Barat, Kamis (16/7) dinihari.
Razia PMKS sejak Rabu malam ini dilakukan petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Dinas Sosial DKI Jakarta dan Suku Dinas (Sudin) Sosial di lima wilayah kota, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Kepolisian dan TNI. “Kami menertibkan serentak di lima wilayah kota,” ujar. Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Masrokhan.
Menurutnya, tidak hanya pada saat menjelang Lebaran saja. Tapi tiap bulan petugas melakukan operasi gabungan. “Sedangkan tiap hari kita lakukan penjagaan siang dan malam di beberapa titik rawan PMKS, dan tiap hari juga kita monitoring dengan melingkar di 5 wilayah kota di DKI Jakarta,” kata Masrokhan.
Dia meyakini dengan melakukan penjangkauan yang sangat intensif itu, jumlah PMKS jalanan pada Ramadan tahun ini telah mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Penurunan hingga sekitar 70 persen dibanding Ramadan tahun lalu.
Razia  digelar di titik rawan PMKS, yaitu Kemayoran, Gajah Mada lalu ke arah Selatan, Barat, Utara, dan Timur Jakarta.  “Saya berharap kegiatan ini bisa menekan jumlah PMKS secara maksimal,” ujarnya.
Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Kukuh Hadi Santosa mengatakan pihaknya turut merazia PMKS bekerjasama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. “Satpol PP sendiri melakukan operasi PMKS tiap harinya dan hasil penjangkauannya diserahkan ke Dinas Sosial DKI untuk dilakukan pembinaan,” ujar Kukuh.
Secara terpisah, ketua umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar) Sugiyanto menilai razia yang dilakukan Dinas Sosial tiddak efektif. “Lihat saja lokasi yang baru dirazia petugas, selalu kembali dipenuhi PMKS setelah petugas pergi,” kritik Sugiyanto sambil menambahkan belakangan ini keberadaan pengamen makin merajalela, terutama di pusat keramaian.
Menurutnya di Jakarta masih bebas ribuan pengamen berkeliaran di berbagai tempat keramaian, khususnya pangkalan kuliner kaki lima. “Contohnya, kita cuma makan di Warung Kapau Jl Kramat, Senen, minimal didatangi lima kelompok pengamen yang modusnya setengah memaksa minta uang receh kepada pembeli,” paparnya menyesalkan pernyataan Kadis Sosial katanya jumlah PMKS di Jakarta menurun 71 persen. “Buktinya PMKS di mana-mana marak,” tambahnya. 
sumber: poskotanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar