Sebanyak 43
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terjaring razia, termasuk
delapan pekerja seks komersial (PSK). Mereka langsung dibawa ke Panti Sosial
Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 1 atau yang dikenal dengan Panti Kedoya, Jakarta
Barat, Kamis (16/7) dinihari.
Razia PMKS
sejak Rabu malam ini dilakukan petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian
Sosial (P3S) Dinas Sosial DKI Jakarta dan Suku Dinas (Sudin) Sosial di lima
wilayah kota, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Kepolisian dan TNI. “Kami
menertibkan serentak di lima wilayah kota,” ujar. Kepala Dinas Sosial DKI
Jakarta, Masrokhan.
Menurutnya,
tidak hanya pada saat menjelang Lebaran saja. Tapi tiap bulan petugas melakukan
operasi gabungan. “Sedangkan tiap hari kita lakukan penjagaan siang dan malam
di beberapa titik rawan PMKS, dan tiap hari juga kita monitoring dengan
melingkar di 5 wilayah kota di DKI Jakarta,” kata Masrokhan.
Dia meyakini
dengan melakukan penjangkauan yang sangat intensif itu, jumlah PMKS jalanan
pada Ramadan tahun ini telah mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
Penurunan hingga sekitar 70 persen dibanding Ramadan tahun lalu.
Razia
digelar di titik rawan PMKS, yaitu Kemayoran, Gajah Mada lalu ke arah Selatan,
Barat, Utara, dan Timur Jakarta. “Saya berharap kegiatan ini bisa menekan
jumlah PMKS secara maksimal,” ujarnya.
Kepala
Satpol PP DKI Jakarta, Kukuh Hadi Santosa mengatakan pihaknya turut merazia
PMKS bekerjasama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. “Satpol PP sendiri melakukan
operasi PMKS tiap harinya dan hasil penjangkauannya diserahkan ke Dinas Sosial
DKI untuk dilakukan pembinaan,” ujar Kukuh.
Secara
terpisah, ketua umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar) Sugiyanto
menilai razia yang dilakukan Dinas Sosial tiddak efektif. “Lihat saja lokasi
yang baru dirazia petugas, selalu kembali dipenuhi PMKS setelah petugas pergi,”
kritik Sugiyanto sambil menambahkan belakangan ini keberadaan pengamen makin
merajalela, terutama di pusat keramaian.
Menurutnya
di Jakarta masih bebas ribuan pengamen berkeliaran di berbagai tempat
keramaian, khususnya pangkalan kuliner kaki lima. “Contohnya, kita cuma makan
di Warung Kapau Jl Kramat, Senen, minimal didatangi lima kelompok pengamen yang
modusnya setengah memaksa minta uang receh kepada pembeli,” paparnya
menyesalkan pernyataan Kadis Sosial katanya jumlah PMKS di Jakarta menurun 71 persen.
“Buktinya PMKS di mana-mana marak,” tambahnya.
sumber: poskotanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar