Jumat, 06 Juni 2014

Tragedi Prostitusi Anak Kalbar

Tragedi Prostitusi Anak Kalbar
NET
Ilustrasi 
 
WARGA Kalimantan Barat patut meneteskan air mata, bahkan menangis hati. Tren remaja menjadi pekerja seksual komersial,  adalah aib konkret dari tujuan hidup bermasyarakat, bernegara dan beragama.

Seperti dilansir Tribun Pontianak edisi Jumat (24/6), Yayasan Nanda Dian Nusantara mengungkap, hingga pertengahan 2011, 128 anak usia 13-17 tahun terlibat prostitusi. Mayoritas calon generasi bangsa ini, dari Pontianak Barat dan masih berstatus pelajar.

Kendati rata-rata berlatar sosial ekonomi keluarga rendah, konon praktik prostitusi bukan didorong kondisi kemiskinan. Selain dampak high technology, prostitusi anak justru akibat pengaruh orangtua.

Yang mengejutkan, Yayasan Nanda Dian Nusantara menemukan kecenderungan orangtua mendorong anak terjun dalam prostitusi. Tanda-tanda nyata dekadensi nilai-nilai religi di Bumi Khatulistiwa yang dikenal religius.

Tiadakah lagi Tuhan di setiap rumah kita, sehingga orangtua lupa kemuliaan hakekat hidup? Harta uang dan kesenangan lainnya, pastinya haram diterima melalui sikap dan perbuatan yang dilarang Allah.

Bagaimana kita sebagai orangtua bisa menikmati uang dari jerih payah anak melayani lelaki hidung belang? Otokritik kesejatian orangtua yang mencintai anak-anaknya. Keprihatinan kita kian meninggi, karena gejala kehidupan hitam ini on the track meningkat tiap tahun.

Jika tahun lalu 112 anak terjebak prostitusi, pertengahan tahun ini meningkat 128 anak. Mereka tak sedikit yang telah terbiasa berhubungan intim sebelumnya, bahkan melakukan aborsi 5-8 kali. Potret kelam bagi masa depan Kota Pontianak, dan Kalbar umumnya.

Sinyal kehancuran kemuliaan akhlak, sekaligus ancaman ganas penyakit menular seksual hingga HIV/AIDS bagi masa depan generasi muda Kalbar. Akankah keluarga sebagai benteng akhlak Kalbar khususnya, dan Bangsa Indonesia umumnya, kian tergerus kemajuan zaman yang menawarkan kenikmatan material sesaat?

                                                                                                        Tanggungjawab Bersama
Ancaman urgen bagi negara. Pemerintah Kota Pontianak dan kabupaten sebagai pelaksana kehidupan bernegara, patut digugat pengabdiannya. Khususnya bakti nyata kontribusi pembangunan remaja cerdas dan berakhlak dua kementerian negara.

Kementerian Pemuda dan Olahraga maupun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Semoga terungkapnya kasus suap yang melanda Kemenpora terkait proyek pembangunan Wisma Atlet Sea Games di Palembang, bukan isyarat disfungsionalnya peran dan fungsi Kemenpora.

Kita berharap merebaknya prostitusi anak di Kalbar, bukan pula fenomena sirnanya peranan bina siswa di sekolah. Pelajar terjun dalam prostitusi, memberi petunjuk kegagalan edukasi norma agama dan budaya di rumah, sekolah maupun dalam bingkai tata pemerintahan daerah.

Tak mungkin menjadi tren, jika lingkungan sistem keluarga, sekolah maupun kota/kabupaten mengamalkan tata nilai regili dan budaya adi luhung bangsa. Masih kah kita punya optimisme, remaja hari ini adalah pemimpin hari esok?

Pemuda harapan bangsa, dan remaja tonggak negara? Mari temukan jawaban di kedalaman kalbu kita masing-masing, baik sebagai orangtua, pengelola sekolah, kepala daerah maupun pemuka agama.

Membiarkan anak-anak berkubang kenestapaan hidup yang merugi dan sarat dosa, sama artinya kita tak mampu memahami siapa sesungguhnya kita. Kita adalah manusia yang memiliki derajat tertinggi di antara makhluk ciptaan Allah.

Sangat naif mengajari anak hidup tak beradab. Tak ada pula kenikmatan harta duniawi yang bisa dibanggakan dari upaya mendorong anak menjadi budak nafsu lelaki hidung belang.

Tugas dan tanggungjawab kita yang melek ilmu pengetahuan, punya sifat bijak dan bajik, serta sarat ilmu agama untuk mengentas anak-anak ini, sekaligus mencegah anak lainnya bergelimang dalam dunia hitam.

Kegemilangan prestasi anak-anak Kalbar meraih predikat lulus terbaik dalam ujian nasional, tak sepenuhnya bisa dibanggakan, manakala tren prostitusi anak tak bisa dicegah. Mari selamatkan anak-anak kita demi hidup bermakna, bermanfaat dan bermartabat yang beralaskan firman Allah! (Sumber: pontianak.tribunnews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar