Minggu, 15 Juni 2014

Cerita Menegangkan Saat Petugas Gerebek PSK di Saritem Bandung


Foto: Baban G/detikcom


Petugas gabungan menggerebek Saritem Bandung. Razia ini menyibak bukti aktivitas prostitusi di kawasan tersebut masih berdenyut. Begini sepenggal cerita menegangkan yang terangkum sewaktu aparat menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat) di Saritem.

Ratusan petugas menyasar minuman keras (miras), senjata tajam, narkoba, dan aktivitas prostitusi. Personel Polri, TNI, dan Satpol PP Kota Bandung terbagi tiga tim menyebar menyusuri gang yang berdiri bangunan permanen berupa rumah bordil. Razia berlangsung mulai pukul 16.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB, Jumat (13/6/2014).

Kedatangan mendadak pihak berwajib ini membuat warga Saritem terkejut. Puluhan pria sambil berdiri mengamati gerak gerik petugas. Warga lainnya tampak tenang sembari nongkrong menikmati sajian menu ala warung. Pada 2007, Pemkot Bandung menutup lokalisasi Saritem.

"Ada sekitar 50 tempat (rumah bordil) di tempat ini," ucap Kasatnarkoba Polrestabes Bandung AKBP M. Ngajib di lokasi razia.

"Razia bertujuan menciptakan kondisi aman bertepatan Pilpres dan jelang bulan Ramadan. Saritem dijadikan sasaran karena tempat ini sudah ditutup oleh Pemkot Bandung," tutur Ngajib menambahkan.‬

Rumah bordil berada di seputaran permukiman padat penduduk. Kamar mesum tersaji beragam tipe seperti kelas melati hingga kamar bergaya hotel bintang lima.

Tidak seluruhnya rumah 'disulap' menjadi ajang transaksi esek-esek. Terdapat pembeda mana rumah membuka praktik mesum dan rumah tinggal warga. Hunian tidak menyediakan bisnis prostitusi itu terpampang stiker atau papan bertulis 'Rumah Keluarga'.
Anggota Polrestabes Bandung bersenjata laras panjang bersikap tegas. Mereka menggedor pintu rumah bordil yang mayoritas berlantai tiga. Sore itu kaca jendela semua tempat bordil 'mendadak' tertutup tirai.

Padahal malam belum menggelayut di langit Bandung. Di halaman bordil berjejer sepeda motor aneka jenis.

"Aneh, kok banyak motor, tapi pintu rumah tertutup. Pasti ada orang di dalam," ucap salah satu polisi berpakaian preman bernada curiga.

Polisi dan personel Satpol PP yakin di salah satu bordil ini ada penghuninya, termasuk wanita pekerja seks komersial (PSK) dan tamu lelaki.

"Buka...buka," kata lelaki berseragam polisi sambil mengetuk pintu. Tak terdengar orang menyahut. Lengan seorang polisi menyelinap ke lubang jendela dan menarik tirai hingga terbuka.

"Tuh banyak tas berserakan. Pasti ada orang di dalam. Buka pintunya, didobrak nih. Kelihatan tuh orangnya," teriak polisi lainnya.

Sekonyong-konyong datang pemuda bercelana pendek. Setengah berlari dia menghampiri polisi. "Saya buka Pak," kata si pria.
Sejurus kemudian, gerombolan polisi merangsek masuk. Pintu kamar-kamar di lantai satu itu digedor. "Ada orang? Coba buka," ucap aparat.

Suara wanita terdengar dari ruang belakang. Menyusul tiga wanita muda berbusana seronok bergegas mendekati polisi. Dua pria hidung belang ikut terjaring. Mereka awalnya bersembunyi bak petak umpet guna mengelabui petugas.

"Ampun Pak polisi. Duh, jangan foto-foto, kayak foto model saja," ucap wanita seksi menggerutu.

"Mana KTP," ujar petugas Satpol PP. Para PSK sibuk mengambil dompet di masing-masing kamar. "Ini Pak. Enggak diapa-apain 'kan Pak," ucap satu PSK yang bagian lengan dan punggungnya dihiasi tato.

Pemandangan serupa terpantau di rumah bordil lainnya. Ancaman membuka paksa pintu ini sukses sebagai 'senjata' jitu aparat. Penjaga rumah memilih 'menyerah' dan mempersilahkan petugas mengecek seluruh area. Di ruang tunggu, pemilik memperindah interior dengan suguhan mini bar.

Tiga lantai bangunan yang disesaki kamar-kamar ini digeruduk. Suara hentakan langkah kaki sepatu polisi menaiki tangga rupanya mengusik 'penghuni'. Enam pria tiba-tiba muncul. Lalu mereka digiring ke lantai satu.

Polisi terus memburu 'penghuni' lainnya. Kecurigaan muncul saat melihat satu kamar tertutup. Pintu terkunci berkali-kali digedor. "Keluar," teriak petugas bersenjata laras panjang. 
Gagang pintu bergerak ke bawah. Rupanya di kamar ukuran 4 x 3 meter ini bersembunyi seorang pria dan PSK berambut panjang. "Baru mau pakai baju Pak," ucap PSK itu tanpa malu-malu.

Wajah sang pria tampak panik. "Ini KTP saya Pak," ujar pria berusia 35 tahun itu.

Di rumah bordil lain, petugas gabungan menggeruduk tiap kamar. Seorang PSK tiba-tiba tumbang seperti orang pingsan. Ada juga PSK menangis lantaran melihat kedatangan mendadak aparat.

Semua PSK dan pria hidung belang diperiksa identitas KTP. Selanjutnya mereka yang terjaring diboyong ke kantor Dinas Sosial Kota Bandung. "Mereka terkena sanksi tindak pidana ringan (tipiring). Kalau PSK nanti dibawa ke tempat rehabilitasi di Palimanan, Kabupaten Cirebon," kata Penyidik PNS Satpol PP Kota Bandung Ahmad Fauzan di lokasi razia.

Total tujuh pria dan 21 PSK terjaring dalam operasi pekat ini. Selain itu, polisi menyita ratusan krat atau sebanyak 4 ribu botol minuman keras berbagai merek yang dijual di sejumlah rumah bordir.

Barang bukti botol miras diangkut ke mobil Dalmas Polrestabes Bandung. Begitu juga pria hidung belang dan para PSK. (http://news.detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar