Selasa, 27 Mei 2014

Mucikari: Silakan tutup Gang Dolly jika mampu

Mucikari: Silakan tutup Gang Dolly jika mampu
Gang Dolly. ©2013 Merdeka.com/Moch Andriansyah

Tak mudah mewujudkan mimpi Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini menjadikan Kota Pahlawan ini, sebagai kota bebas prostitusi. Tentu, banyak aral dan rintang yang akan menghadang langkahnya. Salah satunya adalah para mucikari, yang tak ingin usahanya digusur.

Bahkan, Forum Komunikasi Masyarakat Lokalisasi Surabaya (FKMLS) ikut bersuara menolak rencana penutupan lokalisasi di Jalan Jarak dan Putat Jaya, termasuk Gang Dolly.

"Sebenarnya saya tidak menolak, tapi harus jelas. Statusnya (lokalisasi yang direhabilitasi) juga harus jelas. Kalau PSK mungkin tak seberapa, ini soal masyarakat yang menggantungkan perekonomian dari lokalisasi," kata Ketua FKMLS, Syafiq Mudahir.

Harus diingat, lanjutnya, suka atau tidak suka, lokalisasi itu bagian dari perekonomian wilayah. "Contohnya, balai RW sekarang sudah bagus, apakah pemerintah merasa membangun? Tidak," katanya mencontohkan.

Syafiq berharap, lokalisasi biarkan mati secara alami, tak perlu dipaksa-paksa. "Pemerintah jangan membuka persolan baru, jangan salahkan kalau Surabaya malah akan mendapat permasalahan lebih besar. Banyak orang akan siap turun jalan. Ini realitas bukan ancaman," katanya.

Musiono, salah satu pengelola wisma di Jalan Jarak, juga menyatakan tak bisa menolak keinginan pemerintah. Namun, dia berharap pemerintah bisa mencarikan pengganti. Sebab menurutnya, kalau sekadar ditutup PSK-nya justru akan berkeliaran di jalanan.

"Saya juga tidak bisa menolak keinginan pemerintah, tapi harus dicarikan penggantinya," ucap dia.

Sikap yang sama, juga diungkapkan Saka, pengelola wisma lain di kawasan Dolly. Nama, Saka memang cukup tenar di kalangan mucikari di kawasan Jarak, Putat Jaya dan Dolly.

"Silakan ditutup kalau mau ditutup. Masyarakat di sini masih bisa mencari makan dari jualan yang sesui dengan kebutuhan ekonomi masyarakat di sini," tegas Saka di tiap kesempatan jika ditanya terkait rencana Risma itu.

Dia selalu mengatakan hal yang sama, yaitu mempersilakan pemerintah melaksanakan maksudnya, bila memang mampu.

Keseragaman pandangan para pengelola, mucikari dan LSM di lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara ini, seolah sedang menyindir semangat Pemkot Surabaya yang ingin menjadikan Surabaya sebagai kota bebas prostitusi di tahun 2014.

Sebab, meski tidak secara langsung menyatakan sikap pesimis mereka, pernyataan dingin para pengelola wisma dan mucikari di Jarak, Putat Jaya dan Dolly serta lokalisasi di sekitarnya itu, solah mengisyaratkan keyakinan mereka: Dolly, Jarak, Putat Jaya dan wisma-wisma yang ada di kawasan tersebut tidak akan bisa ditutup begitu saja.

"Kita minta tenggang waktu. Misalnya lima tahun ke depan dan tak perlu menunggu stimulan dari pemerintah. Apalagi sampai ada Ormas tertentu yang ikut neken. Ini negara Pancasila. Biarkan masyarakat menutup sendiri, itu akan lebih baik akhirnya," tegas Safiq.(www.merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar