Rabu, 10 Februari 2016

Kisah ABG "Bangkok" Bergincu di Kalijodo

Lokalisasi Kalijodo (foto: Lina/Okezone)
Lokalisasi Kalijodo (foto: Lina/Okezone)
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam waktu dekat akan menutup lokalisasi Kalijodo. Menurutnya, sebagai sarang minuman keras dan prostitusi, tempat hiburan kelas teri itu harus segera dibersihkan. Aksi Ahok tersebut mendapat dukungan dari masyarakat dan alim ulama.
Bagi sebagian masyarakat Jakarta,  nama Kalijodo tak asing didengar. Lokalisasi yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tambora, Jakarta Barat dan Penjaringan, Jakarta Utara ini sudah lama berdiri sejak tahun 1950-an. Kalijodo berada di sekitar bantaran Sungai Ciliwung.
Dengan bangunan semi permanen dan permanen, di lokalisasi tersebut ratusan PSK berebut menggantungkan hidupnya. Mereka umumnya menjajakan diri di kafe dan wisma-wisma yang menjamur. Alasan klasik mereka menjadi "kupu-kupu malam" karena faktor ekonomi. Selain dari daerah, banyak dari PSK tersebut yang datang dari wilayah sekitar. Umur mereka mulai dari 16 sampai 45 tahun.
Okezone pun mendatangi lokalisasi tersebut beberapa waktu lalu, banyak dari mereka yang menjajakan diri di depan sebuah kafe dangdut. Usia mereka masih sangat muda alias ABG.
Saat senja menampakkan dirinya, mereka pun tampak sibuk dengan ber-make-up ria. Bahkan, beberapa di antaranya asik mencatok rambutnya. Kebanyakan dari mereka tinggal di Lokalisasi Kalijodo dengan pengawasan ketat para mami yang menjaganya di bawah pengawasan preman yang disewa.
Menjelang malam, aktivitas di Kalijodo terlihat ramai. Puluhan "kupu-kupu malam" mejeng sambil menggoda lelaki hidung belang yang ingin mencari hiburan di sana.
Selain kafe, tempat bermain billiard ramai dikunjungi lelaki hidung belang. Untuk menghilangkan rasa penasaran. kami menghampiri salah satu kafe yang memutar musik house dangdut. Seorang mami yang berusia 45 tahunan dan ber-make-up tebal menghampiri kami."Mas mau ngamar ya, nanti saya kasih yang bangkok deh," ujarnya.
Istilah bangkok lazim disebut sebagai PSK yang masih muda dan primadona. Dia menambahkan, untuk bisa mengajak kencan anak buahnya cukup mengeluarkan kocek Rp150 ribu sampai Rp300 ribu. "Yang masih ABG juga ada mas, tapi harganya sedikit beda dari yang biasanya," tambahnya.
Alunan musik dangdut yang keras mengganggu sedikit percakapan. Mami tersebut memanggil seorang ABG yang masih terlihat lugu, gincu di bibirnya dan pakaian yang sedikit terbuka.
 Dia terlihat lebih dewasa daripada usia yang sebenarnya. Sebut saja namanya Santi, wanita yang mengaku putus sekolah ini, terpaksa menjadi PSK karena kedua orang tuanya tidak mampu lagi membiayainya.
Meskipun sudah hampir setahun menjadi PSK di kawasan "remang-remang" Kalijodo, namun sama sekali dia tertarik untuk pergi dari Kalijodo. "Ada juga sih perasaan untuk ninggali, tapi sekarang cari kerja juga susah, apalagi saya hanya tamatan SMP," ujar wanita berambut lurus sebahu ini.
Perbincangan kami sedikit terusik, ketika mami tersebut memanggil anaknya untuk mengajaknya berkencan dengan pria paruh baya yang sudah menjadi langganan tetapnya.
Pantauan  di Kalijodo, puluhan remaja dan anak-anak yang seharusnya masih bergumul dengan dunia pendidikan di sekolah, menjajakan diri di lokalisasi ini. Sebagian yang ditemui mengaku terpaksa menjalani kehidupan di Kaljodo itu karena terbentur pada keadaan ekonomi rumah tangga yang serba kekurangan. (http://news.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar