Selasa, 07 Juli 2015

Kisah Wanita AS Lepas dari Belenggu Mucikari di Las Vegas

Kisah Wanita AS Lepas dari Belenggu Mucikari di Las Vegas Berdasarkan laporan yang diterima Polaris, sebuah organisasi anti perbudakan, setidaknya tiga ribu lebih kasus pekerja seks komersial ada di Amerika Serikat. (Ilustrasi/Thinkstock)
 
  Annie Lobert suka dengan kemewahan, keglamoran dan uang yang berlimpah ruah selama bekerja di dunia hiburan malam Las Vegas. Di sana ia mendapat US$1.000 hanya untuk memijat, dan lebih dari itu untuk layanan tambahan ketika menemani tamu kelas atas.

Las Vegas menjadi persinggahan dari perjalanan panjangnya pada masa-masa sulit di Wisconsin, atau kehidupannya di Minneapolis, kota Midwest di mana ia bekerja di sebuah perusahaan asuransi pada siang hari dan bekerja sebagai penari striptis pada malam hari untuk mencari uang tambahan.

Di sana ia bertemu dengan Julian, pria yang memberikannya mawar merah dan berlian, menyanyikannya senandung cinta, dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan melindunginya selamanya sebelum membawanya ke kehidupan baru di Las Vegas.

"Saya tidak pernah memiliki (uang) sebanyak itu sebelumnya. Hal itu sangat menarik, menyenangkan dan mengasyikkan. Seakan seluruh hidup saya menjadi lebih bersemangat. Saya bisa mengendalikannya," ujar Lobert dalam wawancara melalui telepon, dikutip Reuters, Senin (6/7).

Namun, di dalam buku berjudul 'Fallen' yang dipublikasikan tahun ini, perempuan berusia 47 tahun tersebut menceritakan bagaimana kehidupan yang ia impikan berubah drastis menjadi sebuah mimpi buruk. Ketika Julian mulai memukulinya dan memaksanya bekerja terus menerus untuk melayani pelanggan, pria itu ternyata mucikari.

Lobert tanpa disadari menjadi korban lain dalam industri perdagangan seks dan menghabiskan sekitar 16 tahun sebagai pekerja seks komersial sebelum akhirnya bebas.

Saat ini Lobert mendedikasikan hidupnya untuk membantu para perempuan yang menjadi korban eksploitasi seks lainnya.

Tidak ada perkiraan resmi mengenai jumlah perempuan yang terjebak dalam perbudakan di Amerika Serikat, baik untuk industri perdagangan seks, buruh pabrik atau lapangan, atau bahkan perhambaan.

Akan tetapi pada 2014, layanan telepon Pusat Sumber Daya Perdagangan Manusia Nasional yang dioperasikan oleh organisasi anti perbudakan Polaris, menerima setidaknya 3.598 laporan kasus perdagangan seks di Amerika Serikat.

Kekerasan domestik

Dalam bukunya Lobert memaparkan bagaimana kondisi psikologis umum yang melatarbelakangi pekerja seks sehingga akhirnya menjadi sasaran empuk bagi para muncikari. Di antaranya adalah memiliki harga diri rendah, latar belakang keluarga bermasalah, haus akan kasih sayang dan cinta.

Hal tersebut yang membuat para pekerja seks mengalami ketergantungan bersifat merusak. "Keserakahan saya, nafsu saya dan kebutuhan saya untuk dicintai. Ini yang menjebak saya masuk ke dalam perdagangan," ujar Lobert.

Kekerasan kemudian berlanjut. "Ini menjadi lingkaran kekerasan domestik. Anda menjual tubuh Anda untuk menjamin agar kekasih Anda tidak memukuli Anda atau memperlakukan Anda seperti budak, namun sayang Anda sebenarnya telah menjadi budak jauh sebelumnya," tulisnya dalam buku 'Fallen'.

"Saya tidak pernah tahu soal perdagangan. Perbudakan adalah sejarah buruk masa lalu, sesuatu yang mempermalukan kebudayaan kita dan kini sudah hilang. Tetapi di hadapan saya, saya menjadi ikon budak perdagangan seks Amerika," ujarnya kepada Thomson Reuters Foundation, sebuah yayasan amal di Amerika Serikat dan Inggris milik Reuters.

Lobert melarikan diri dari Julian dua kali, namun hanya untuk kembali.

Ketika ia akhirnya bisa melarikan diri dari Julian, ia justru berakhir dengan pria lain yang kemudian menyekapnya dalam satu ruangan dan memagari jendela ruang tersebut. Pria ini menjadi mucikari keduanya.

Jalan keluar Lobert dari industri perdagangan seks cukup panjang dan sulit. Ia sempat didiagnosa mengidap Hodgkins Iymphoma, kanker kelenjar getah bening. Ia pun terpaksa dioperasi dan menjalani kemoterapi.

Saudara perempuan Lobert yang paling tua meninggal dunia karena serangan jantung. Lobert kemudian menjadi pecandu kokain dan hampir meninggal pada 2003 akibat overdosis.

Saat itulah keyakinan beragama mulai merasuki jiwa Lobert. Dibantu oleh seorang mantan pelanggannya yang jatuh hati kepadanya, ia mengunjungi gereja Katolik di Italia dan sebuah candi Buddha.

Lobert berdoa agar ia bisa lepas dari jeratan dunia hitam ini sehingga ia dapat memulai hidup baru kembali.

Saat ini Lobert tinggal di Las Vegas dengan suaminya yang merupakan gitaris band rock Stryper, Oz Fox. Keduanya menyediakan layanan dan tempat perlindungan bagi para perempuan yang ingin lari dari industri pekerja seks di Las Vegas.

Lobert menghitung setidaknya sebanyak 1.000 perempuan berada dalam industri ini dan ia memberikan penampungan setidaknya 12 orang per tahun.

Ia menyebut pekerjaannya sekarang adalah 'Pelacur Yesus', sebuah nama yang ia yakini mendapat pertentangan sekaligus ketidaksukaan.

"Kenapa pelacur? Saya katakan bahwa kami adalah penangkap ikan bagi mereka yang diperbudak dan kami siap menggapai tangan Anda dan menarik Anda keluar sebelum tenggelam," ujarnya.

"Orang yang selamat dari perdagangan seks menjadi lentera harapan satu sama lain. Kami butuh bantuan mereka, namun kami juga butuh dokter, pengacara psikiater dan pengusaha dermawan untuk turut berpartisipasi." (www.cnninconesia.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar