Kamis, 30 Oktober 2014

Jangan Tutup Pucuk


Oleh Bahren Nurdin
Siapa pun, khususnya masyarakat Jambi dipastikan kaget membaca judul di atas. Judul itu belum lengkap. Judul panjangnya adalah Jangan Tutup Pucuk jika setengah hati, jika hanya mencari pencitraan, jika bukan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jika bukan karena takut kepada Allah!

Perdebatan penutupan lokalisasi Payo Sigadung alias Pucuk memang telah menelan waktu lama. Perdebatan itu tidak pernah berhenti. Dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain. Dari tahun ke tahun para pembuat kebijakan hanya berani barmain di ranah wacana. Paling banter dijadikan isu untuk menarik simpati untuk mendapatkan suara dalam berbagai pemilihan. Nyatanya hingga hari ini ‘swalayan’ kenikmatan ini masih membentang luas dan masih melayani ‘pembeli’. Mengapa? Sudah dapat dipastikan selama ini para pengambil kebijakan itu masih setengah hati atau seperempat hati, dan bahkan terkesan tidak punya hati,  untuk benar-benar menuntaskan penyakit masyarakat ini.

Akhir-akhir ini persoalan ‘buka-tutup’ tempat pelacuran terbesar di Provinsi Jambi ini kembali mengemuka di tengah masyarakat semenjak duet pemerintahan Wali Kota Sy. Fasha dan Abdullah Sani mengeluarkan Perda Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemberantasan Pelacuran dan Perbuatan Asusila. Sosialisasi terus dilaksanakan. Di berbagai media massa dimuat pula surat Edaran Wali Kota No. 462/723/Sosnaker/2014 untuk menyampaikan larangan demi larangan perbuatan pelacuran di Kota Jambi.

Tentu saja, apa yang digagas oleh pemangku kebijakan Kota Jambi ini, mendapat perlawanan hebat dari pihak-pihak yang menginginkan tempat itu tetap bersemi. Menjadi lapangan ‘hijau’ untuk meraup keuntungan di atas lender-lendir kemaksiatan. Sudah sama-sama dimaklumi bahwa tempat-tempat semacam ini merupakan lahan ‘basah’ bagi sebagian orang. Tidak hanya sang pelaku pelacuran (Pekerja Seks Komersial) yang sangat membutuhkan tempat semacam ini tetapi kelompok-kelompok lain seperti penjual narkoba, miras,  keamaan (backing up), dll. Itulah kemudian daya tolak penutupan ini sangat besar. Terkini, para pelacur ini mengancam akan demo bugil jika wali kota cs tetap akan menutup tempat ini.

Itulah alasan yang kuat mengapa saya sampaikan di awal tulisan ini jangan tutup tempat ini jika hanya sekedar ‘main-main’ saja. Bermain-main dengan wacana. Penutupan tempat semacam ini memerlukan energi yang besar dan tekat yang kuat. Lihatlah bagaimana usaha Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Ibu Risma) menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, Gang Dolly. Pepatah orang Jambi berkata ‘melintah patah, mujur lalu’. Artinya, tidak ada tawar menawar. Tidak ada negosiasi. ‘sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang’! TUTUP!

Kekuatan tekat para pemangku kebijakan ini hanya bisa bangun jika landasan dan alasannya benar. Tidak ada alasan yang paling tepat kecuali menegakkan perintah Allah. Perintah Allah untuk menegakkan kebenaran dan mencegah segala bentuk kemungkaran tidak terkecuali pelacuran. Jika penutupan Pucuk ini diletakkan di atas alasan yang selain ini, maka dapat dipastikan akan sia-sia dan hanya menjadi isu dan wacana belaka. Apa lagi jika hanya karena mencari popularitas dan menaikkan elektabilitas. Maka pesan untuk wali kota dan para pemangku kepentingan Jambi lainnya, ikhlaslah!



Dukungan Masyarakat
Jika dirosentasekan, berapa persen sebenarnya masyarakat Jambi yang membutuhkan keberadaan Pucuk? Mungkin hanya nol koma sekian yang membutuhkannya. Itu artinya, ada jutaan masyarakat lainnya yang menginginkan tempat ini ditutup. Rasanya itu jualah salah satu alasan mengapa Ibu Risma begitu ‘kekeh’ melawan para ‘pendekar-pendekar’ Dolly. Beliau tahu bahwa ada banyak masyarakat yang mendukungnya.

Wali Kota Jambi harus yakin seyakin-yakinnya bahwa masyarakat Jambi tidak ada yang menginginkan penyakit-penyakit masyarakat semacam ini terus berkembang. Masyarakat pasti mendukung sepenuhnya. Tapi dengan syarat Sy. Fasha tidak memanfaatkan penutupan Pucuk ini sebagai kendaraan untuk kepentingan-kepentingan selain kepentingan kepada Allah. Bapak Abudullah Sani sebagai Wakil Wali Kota yang juga dikenal sebagai tokoh Agama Islam (Ustad, Buya, Kiyai) sudah saatnya mendorong penutupan ini. Saatnya membereskan kemaksiatan dengan kekuasaan.

Kepada masyarakat Jambi, harus pula dengan kesadaran penuh untuk mendukung pemerintah. Dampak negatif terbesar dari pelacuran ini tentunya ada pada masyarakat sendiri. Maka masyarakat harus menyatukan tekat untuk melawan ‘tentara-tentara’ syaitan pembela kemaksiatan itu. Harusnyalah, jika ada ancaman demo bugil dari para PSK, masyarakat berkewajiban melawannya hingga perbuatan tidak bersusila itu tidak terjadi. Masyarakat tidak boleh tinggal diam. Semua lapisan masyarakat harus ambil bagian dan menanamkan ‘sense of crisis’ terhadap persoalan ini. Jangan pangku tangan!

Tokoh Masyarakat (Stakeholder)
Peran tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, akademisi, politisi, mahasiswa, tokoh pemuda, ormas, LSM dan lain-lain sudah saatnya menyatukan tenaga bersatu padu, satu bahasa; Pucuk Harus Ditutup! Sudah dapat dipastikan pula penutupan ini akan menciptakan efek domino (multi-dimensi). Mereka yang selama ini bergelimang di dalam lembah kemaksiatan ini tidak boleh diabaikan. Mereka juga anak-anak bangsa yang memiliki hak hidup di atas bumi pertiwi ini. Maka hak hidup mereka harus diselesaikan dengan baik. Semua elemen bangsa ini, khususnya di Kota Jambi, tidak terkecuali pemerintah dengan instansi terkait harus kerja ekstra untuk menyelamat mereka. Mereka tidak boleh ‘dibinasakan’ tetapi harus dibina dengan baik.

Akhirnya, penutupan Pucuk kali ini tidak boleh hanya sekedar  wacana. Maju terus pantang mundur. Pentutupannya tidak boleh ditunggangi oleh kepentingan apa pun kecuali murni untuk menegakkan yang benar. Wali Kota dan Pemangku kebijakan harus yakin masyarakat Jambi akan membela yang benar. Adat Jambi mengato “Raja alim, raja disembah. Raja Lalim, raja disanggah”. Sekali lagi, Jangan Tutup Pucuk jika bukan karena Allah.

(Penulis adalah ; Direktur Melayu Institute IAIN STS Jambi dan Sekjen Pelanta.   bahren_nurdin@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar