Minggu, 03 Mei 2015

Kisah Sukses Bupati Madiun Muhtarom Menutup Kompleks Lokalisasi

Bekali Mantan PSK dengan Keterampilan Khusus

BLUSUKAN: Bupati Muhtarom di salah satu rumah warga. Dia rajin mengunjungi warga untuk menjaring masukan. (Jawa Pos Radar Madiun)
Penutupan lokalisasi Gude di Desa Teguhan, Kecamatan Jiwan, menjadi catatan penting dalam roda kepemimpinan Muhtarom sebagai bupati Madiun. Tempat prostitusi yang beroperasi sejak 1978 itu akhirnya resmi ditutup pada 10 November 2014.
IDE penutupan lokalisasi di kawasan perbatasan bagian barat kabupaten itu sebenarnya pernah diusulkan saat Muhtarom menjabat ketua Komisi E DPRD Kabupaten Madiun pada 1999. Bahkan, jauh sebelum itu, yakni pada 1967, Kabupaten Madiun sebenarnya telah memiliki aturan pelarangan tempat prostitusi. Hanya, pada masa itu, aturan tersebut belum dapat berjalan dengan baik.
Upaya penutupan lokalisasi selalu terbentur dengan beragam alasan klasik. ’’Misalnya, penghuninya belum siap karena masih punya banyak utang di bank, sehingga banyak janda yang belum siap karena harus menghidupi anaknya,’’ terangnya.
Karena kondisi saat itu tidak memungkinkan, akhirnya rencana penutupan Gude di awal era reformasi itu pun tak berhasil. Nasibnya tak jauh berbeda dengan aturan yang ditetapkan beberapa puluh tahun sebelumnya. Bahkan, kebijakan pembatasan pekerja seks komersial (PSK) yang dicetuskan Muhtarom kala itu sempat disalahartikan.
Kala itu, Muhtarom memberlakukan aturan. Yakni, jumlah PSK di sana tidak boleh lebih dari 60 orang. Aturan itu sebenarnya bertujuan agar jumlah PSK bisa semakin berkurang karena faktor usia. Namun, kebijakan tersebut malah disalahartikan. ’’Jumlah PSK di sana malah tidak pernah kurang dari 60 orang. Jadi, setiap ada yang keluar langsung dicarikan ganti baru,’’ urainya.
Gagasan penutupan lokalisasi itu kembali dimunculkan saat Muhtarom menjabat bupati. Setelah lama melakukan pendekatan secara intensif, prostitusi yang telah 36 tahun berdiri itu berhasil ditertibkan. ’’Niat kami untuk menutup lokalisasi Gude semakin kuat setelah gubernur juga memberikan dorongan,’’ imbuhnya.
Setelah berhasil memulangkan, pemkab tidak menutup mata dengan masa depan mantan PSK Gude. Selain dipulangkan ke daerah masing-masing, setiap mantan PSK diberi pesangon sebagai bekal menjalani kehidupan baru yang lebih baik. ’’Khusus mantan PSK asal Kabupaten Madiun, kami terus memberikan pendampingan berupa pelatihan keterampilan secara intensif,’’ katanya. Program pelatihan itu membuahkan hasil. Beberapa mantan PSK kini bisa hidup mandiri karena usahanya berkembang dengan baik.
Kuatnya keinginan Muhtarom membersihkan praktik esek-esek di wilayahnya tak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang santri. Selama menjadi pemimpin, dia memegang teguh prinsip baldatun thayyibatun warabbun ghafur. ’’Jadi, negara yang baik itu penuh ampunan. Karena itu, segala kemungkaran diupayakan dihilangkan, termasuk di antaranya masalah prostitusi,’’ imbuhnya.
Rajin Menginap di Rumah Warga
BEGITU resmi menjabat bupati Madiun pada 2008, Muhtarom langsung tancap gas. Dia mencanangkan program bakti sosial terpadu (BST). Melalui program tersebut, dia rutin turun ke desa dan bermalam di rumah-rumah warga.
’’Pada zaman Orde Baru (Orba) dulu, memang ada program tilik desa, tapi tidak sampai bermalam. Kalau seperti itu justru hanya merepotkan warga yang ketempatan,’’ kata Muhtarom.
Program yang dia rintis tersebut sedapat-dapatnya menepis segala tetek bengek yang bisa merepotkan warga. Segala sesuatunya dipersiapkan sendiri sebagai bekal selama bermalam di rumah warga tersebut. ’’Sampai nasi jotos pun, saya bawa sendiri. Jadi, di tempat warga itu, semua harus makan nasi jotos tanpa terkecuali. Saya juga selalu memilih rumah yang biasa untuk bermalam agar tahu persis kondisi di lapangan seperti apa,’’ paparnya.
Kegiatan tersebut memang bertujuan mengetahui langsung segala problem di bawah. Muhtarom merasa tidak puas begitu saja dengan laporan yang diantarkan ke meja kerjanya. ’’Wilayah Kabupaten Madiun ini luas sekali. Kalau tidak diterjuni satu per satu, ya saya tidak akan tahu persis kondisi lapangan,’’ tutur dia.
Kegiatan BST biasanya dimulai dengan olahraga bersama saat sore, lalu dilanjutkan dengan sarasehan bersama warga desa setempat hingga malam. Paginya diisi dengan berbagai kegiatan sosial seperti cek kesehatan gratis oleh sejumlah dokter spesialis. ’’Sarasehan itu resmi sampai pukul 22.00, tapi bisa asyik ngobrol sampai menjelang subuh. Sebab, dengan forum santai seperti itu, warga bisa langsung menyampaikan berbagai aspirasi,’’ ujar dia.
Muhtarom sempat memperoleh pengalaman unik. Sewaktu dia dipijat warga setempat, si pemijat itu refleks berbicara banyak hal seputar bupati Madiun yang tidak lain adalah dirinya tersebut. ’’Karena sebelumnya tidak pernah ketemu langsung dengan saya, warga itu dengan asyiknya ngerasani bupati Madiun,’’ ungkapnya.
Muhtarom berharap, program unggulan yang dirintisnya tersebut dilanjutkan bupati penerusnya kelak. Sebab, program itu sengaja dibuat sebagai media perekat antara warga dan pejabat yang sebelumnya masih terkesan berjarak. ’’Kalau yang saya rintis dan tekuni bertahun-tahun ini hilang begitu saja, ya sayang sekali. Semoga saja pimpinan Kabupaten Madiun ke depan tetap dapat melanjutkan program positif ini,’’ tandasnya. (www.jawapos.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar