Selasa, 03 Juni 2014

Solusi untuk para Pelacur

Sebelumnya saya mohon maaf bagi Raden Mas/Ayu yang merasa kesal dengan title thread yang saya buat, namun bagaimana lagi saya harus menarik partisipasi Tuan & Nyonya forum jika bukan dengan gertakan kata yang saya buat.

Saya jengah melihat wanita-wanita yang happy menjual barang sendiri, dengan dalih ekonomi dan membantu orang tua adalah alasan klise yang sering terlontar dari bibir manis mereka. Bahkan saya sempat kenal sama salah seorang wanita PSK asal Thailand yang punya alasan bisa bikin emosi memucak "Apasalahnya menjual barang sendiri kalau orang lain membutuhkannya?!" aih aih.... ternyata mereka menyamakan dirinya seperti sebuah toko kelontong "yang terpenting adalah kelengkapan untuk kepuasan konsumen". kebanyakan pelacur dari Thailand berusia 14-37 tahun, yang berasal dari thailand utara dan timur dan rata-rata hanya lulus SD.

Beberapa LSM negara gajah putih itu juga gak kalah Gokil, terakhir kali saya baca berita kalau mereka sedang memperjuangkan uang santunan dari negara bagi para penderita AIDS, mereka juga memperjuangkan legalitas pelacuran dan melakukan aborsi secara bebas. "kalau mereka sanggup mengorbankan harga diri dan nyawanya untuk menyedot devisa kenegeri ini, kenapa pemerintah tidak bisa menghargai jasa mereka" nah itu kata aktifis hak-hak wanita diThailand lho, saya ndak membuat-buat!!

ya Tuhaaaaaan, moga-moga Indonesia nggak sebejat itu ya Den?! (walaupun bisnis seks juga meraja lela Indonesia)

Di Thailan d sendiri Pelacuran bukanlah bisnis legal. Meskipun begitu, dibeberapa daerah bahkan masyarakat tidak menganggap keji atau dosa terhadap wanita yang bekerja sebagai pelacur. Yang penting Uang dan bisa membangun rumah untuk Orang Tua, membeli sawah, dan kerbau. Dibagian utara siam, wanita merantau untuk menjadi pelacur juga bukan aib. Semua orang maklum, dengan hanya mengandalkan pekerjaan sebagai tukang pijit atau gadis bar, nggak bakalan bisa membangun rumah atau membeli sawah. Selain itu, belum pernah ada kelompok yang sedang memerintah berlaku hukum untuk melarang bisnis seks ini. sesekali memang dilakukan razia, tapi itu hanya hangat-hagat tahi ayam. Atau polisi sekedar mencari uang melalu razia dengan memeras sipemilik bordil dan tentu saja sipemilik bordil berbalik memeras sipelacur.

Nah, sekarang bagaimana cara kita mencegah pelebaran pelacuran diKAMPUNG kita ini Den? (sumber: http://indonesiaindonesia.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar