Selasa, 27 Mei 2014

Wawancara Mucikari Ayam Kampus

Wawancara Mucikari Ayam Kampus
Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). ankakh.com

 Panggil saja dia Doni, sang mucikari yang mempekerjakan tak kurang dari 10 mahasiswi yang juga pekerja seks komersial alias 'ayam kampus'. Penampilannya malam itu cukup mencolok. Sepatu pantofel merah dipadu jeans gelap dan kemeja abu-abu. Gerak tubuhnya gemulai. Sebelas dua belas dengan gaya bicaranya yang "ngondek".

Tempo menemui lelaki berambut pendek ini di sebuah kafe, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Di restoran penuh ornamen klasik itu, Doni blak-blakan soal dunia ayam kampus. Berikut petikan wawancaranya:

Siapa pelanggan setia Anda?
Seorang jenderal. Aku memanggilnya "ayah". Dia masih aktif menjabat. Aku biasa menemaninya "nyabu" di sebuah hotel dengan membawa tiga culai (sebutan lain untuk ayam kampus). Ayah jarang nge-seks dengan culai, lebih suka ditemani saja. Dia tidak memaksa harus berapa banyak mahasiswi ini pakai sabu. Sekuatnya. Ayah mengatakan jika ada aparat yang melakukan razia, jangan dipercaya. Aku diajari, kalau ada razia, harus tanya ada surat izin razia atau tidak.

Siapa lagi pelanggan Anda?
Ada Menteri X. Untuk menteri satu ini aku memakai 'ayam cabutan', alias peliharaan mucikari lain. Aku membandrol mereka Rp 7 juta. Aku dapat Rp 500 ribu dari X dan Rp 1 juta dari mahasiswinya. Aku ketemu X pertama kali di sebuah klub malam. Pelanggan aku juga ada pengusaha yang merupakan mantan suami artis ternama. Ya, kalau di rata-rata ada 10 pelanggan selama seminggu.

Ada tidak ekspatriat yang menggunakan jasa  Anda?Jelas ada. 'Ayam kampus' itu pintar bahasa Inggrisnya. Tamu asing pelangganku berasal dari Jepang dan Korea. Harga aku bandrol Rp 4 juta sebagai harga termurah. Nah, 'ayam kampus' senang sekali dengan pelanggan dari dua negara ini. Karena paling lama mainnya cuma 5 menit, jadi tidak cape. Kata anak-anak "barangnya" juga kecil (tertawa).

Pelanggan Anda banyak juga. Berapa persen Anda mengambil bagian?Tidak ada hitungan persen. Kalau bandrol culai-nya Rp 3 juta atau Rp 4 juta, maka aku tetap potong Rp 500 ribu, jadi mereka akan terima Rp 2,5 juta. Itu sudah bagian mereka semua, bersih. Aku tidak pernah mau mengambil lebih besar. Kecuali 'ayam cabutan' seperti X tadi. Tetapi biasanya aku dapat lagi dari tamu yang menyewa mereka dan itu adalah hak aku. Jumlahnya tidak tentu.

Bagaimana Anda memasarkan pekerja Anda?Mudah. Bisa transaksi langsung, lewat telepon atau bbm. Di telpon genggam aku ini tersimpan foto-foto culai. Aku menyebarkan foto mereka ke calon pelanggan. Jika sudah "deal" langsung berangkat. Namun ketika bertemu tidak sesuai harapan, para tamu tetap harus membayar uang cancel. Uang cancel berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta.

Memangnya berapa banyak pekerja Anda dan spesifikasi harganya seperti apa?Ada sepuluh. Untuk 'ayam kampus' yang tinggi, cantik, dan servisnya memuaskan, aku menyebutnya kategori "model". Mereka dibandrol Rp 3-4 juta. Di bawah itu ya standar, bisa Rp 1,5-2 juta. Grade mereka bisa meningkat tergantung dari laporan tamu setelah "main". Yang kepribadian dan permainannya bagus tentu aku gunakan terus dan diperkenalkan ke tamu-tamu berstandar tinggi. Itu membuat harganya kian meningkat.

Bagaimana proses seleksi pekerja Anda?Aku melakukan seleksi sendiri. Aku melihat kepribadian dan fisiknya. Untuk pengecekan dalam (daerah kewanitaan), aku membawanya ke dokter langganan di kawasan Duren Tiga, Jakarta. Dokter di sana sudah memahami urusanku setiap kali aku membawa perempuan.

Apa pekerja Anda juga menerima hitungan jam?
Itu ada pembagiannya. Kalau "short time" hitungannya per jam. Itu bisa Rp 1-2 juta. Sedangkan "long time" hitungannya berhari-hari atau dibawa ke luar kota. Dalam manajemen aku, kalau tamu ambil "long time" begitu, aku tidak menghitung berapa kali "main" dalam beberapa hari. Karena tidak mungkin tahu. Sebab itu aku memakai argo borongan. Biasanya Rp 10 juta untuk dua hari, dan itu hanya buat mahasiswinya. Belum termasuk tip untuk aku.

Pekerja Anda pernah hamil oleh pelanggan?Pernah. Dia sekarang sudah keluar. Kejadiannya baru 3 bulan lalu. Dia sadar ketika sudah telat dua minggu. Tamu yang mengencaninya mengaku kebobolan. Ia bersedia membiayai proses aborsi. Aku meminta biaya sebesar Rp 3 juta. Nominal segitu sebenarnya belum sama biaya kuret. Ditotal bisa Rp 5 jutaan. Aku nombok sendiri. 

Dunia esek-esek amat rentan dengan penularan penyakit kelamin. Apakah pernah ada kasus?Aku pernah mendapati dua pekerja yang terinfeksi bakteri semacam jamur, tetapi bisa disembuhkan. Selama sebulan dia menjalani perawatan, dan aku tidak biarkan berhubungan dengan siapapun, termasuk tamu. Tiap dua minggu sekali aku melakukan pengecekan untuk mengetahui perkembangannya. Sampai akhirnya sebulan lewat 3 hari mereka dinyatakan sembuh dan diterapi secara berkala. Biayanya Rp 700 ribu.

Pernah ada pekerja yang memiliki kelainan seks?Aku pernah 'mencabut' satu pekerja dari kota dengan tarif Rp 300 ribu. Selanjutnya aku 'jual' dia dengan harga Rp 3,5 juta. Ternyata cewek ini suka main kasar di ranjang. Tamuku mengeluh ia disiksa oleh si cewek ini. Ia dipukulin. Besoknya aku temui tamu itu, wajahnya penuh cakaran. Sekarang, aku tidak mau sembarangan.

Permintaan pelanggan yang paling aneh seperti apa?Aku pernah mendapat tamu yang sakit. Jadi agar puas, ia harus memukuli perempuannya dulu sampai kesakitan sebelum hubungan intim. Aku menolaknya, meski imbalannya belasan juta. Aku biasanya mengancam tamu jika mereka berniat macam-macam. Aku mengancam akan merusak nama baiknya, karena aku juga punya foto tamu, jadi mudah membeberkannya.

Sejauh apa "profesionalisme" pekerja Anda?Mereka akan bela-belain nggak kuliah untuk melayani tamu. Aku salut dengan mereka. Mereka titip absen ke teman kemudian mereka berangkat bekerja. Dari kampus, mereka biasanya menghampiri aku dulu untuk briefing pengenalan tamu. Aku mewajibkan mereka agar handphone diletakkan dalam kantong atau dalam tas. Mereka boleh mengeluarkan handphone ketika tamu meminta pin bb atau nomer telepon.

Apa saja perawatan yang mereka lakukan?Perawatan luar seperti lulur itu masing-masing. Tetapi aku meminta mereka merawat daerah kewanitaannya secara rutin. Aku meminta mereka melakukan perawatan minimal dua minggu sekali.

Sebenarnya, kenapa Anda menjadi mucikari?Aku terdesak melunasi uang sekolah adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Jumlah tagihan SPP-nya saat itu mencapai Rp 700 ribu. Mama aku kalang kabut, dan meminta aku melunasi tagihan tersebut. Aku memang dekat dengan dunia malam. Saat itu aku pergi ke tempat hiburan malam di kawasan Kuningan. Aku mendapat pinjaman uang dari seorang mami. Sejak itu aku memilih jalan sebagai mucikari.

Sebagai mucikari, berapa pendapatan Anda selama satu bulan?
Yang sudah pasti bersih dalam satu bulan itu sekitar Rp 5 juta, terkadang lebih. Uang itu selalu kuberikan kepada mama. Aku berprinsip tidak mau memotong persenan terlalu banyak dari pekerja aku. Pendapatan ini jauh dari pekerjaku sendiri yang bisa mencapai Rp 60 juta per bulannya.

Jauh sekali perbedaan pendapatannya. Apa Anda tidak tertarik juga menjajakan diri?Loh, aku ini juga menjajakan diri. Tetapi aku melayani lelaki.(www.tempo.co)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar