Pusat lokalisasi terbesar di Bumi Cendrawasih yakni Tanjung Elmo yang terletak di Distrik Sentani Timur, Papua telah resmi ditutup. Sebanyak 69 pekerja seks komersial (PSK) pun telah dipulangkan ke daerahnya masing-masing di Pulau Jawa.
Atas dasar Peraturan Bupati 188-4/222 tahun 2015 tentang larangan melakukan aktivitas prostitusi yang ditandatangani Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw pada 8 Juni lalu, akhirnya Tanjung Elmo ditutup. Tidak ada lagi rayuan manja para kupu-kupu malam terdengar dari sana. Begitu juga kerlingan mata setiap kali negosiasi harga dengan si hidung belang dilakukan.
Tarif yang dipasang mereka bervariasi dan disesuaikan dengan jasa yang diberikannya. Kebanyakan pria hidung belang itu pun berasal dari kota-kota sekitar lokasi itu.
"Pelanggannya masyarakat kabupaten kota yang berdekatan," ujar Kadis Sosial Kabupaten Jayapura Harol saat berbincang dengan detikcom.
Saat itu detikcom berkesempatan mengunjungi lokasi itu bersama dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dari pada Jumat (21/8/2015) kemarin.
Kemudian Harol menyebut sebagian besar besar PSK yang datang dari Jawa Timur itu dibawa oleh mucikari. Adapun berdasarkan pengakuan seorang PSK padanya, iming-iming uanglah yang menarik dia pindah ke Papua.
Bahkan ada dugaan, PSK-PSK itu juga mengalami tindak penjualan orang (TPO). Sebab mereka mulanya dijanjikan bekerja sebagai pegawai, namun nyatanya malah menjadi kupu-kupu malam.
"Ada sinyal praktek perdagangan orang oleh mucikari. Mereka di kampung halaman ditawari kerja di toko, tapi dipekerjakan di sini jadi PSK. Kami dapat info dari PSK langsung," urainya.
Atas dasar itulah, Harol mengaku kesulitan memverifikasi data para PSK dengan yang ada di daerah asalnya. Hal itu diperlukan untuk memudahkan pihaknya untuk memulangkan mereka ke daerah asal jika data yang dimiliki cocok.
"Kita verifikasi tidak razia, tapi datang terang-terangan supaya tahu alamat pasti. Waktu kita kirim alamat awal ke pemerintah daerah asal kebanyakan tidak ada asal dari kampung ini-itu," kata dia.
"Mereka malu memberi informasi jelas karena takut diberitahu ke keluarga di sana. Padahal kami punya prosedur tidak akan memberi data sembarangan," sambungnya.
Tak ayal, baru 69 orang dari 288 PSK yang berhasil dipulangkan. Sisanya diduga 'disembunyikan' oleh tangan-tangan mucikari yang tak terlihat.
"Disinyalir dipindahkan ke rumah kos milik mucikari. Mucikari di Tanjung Elmo ini sudah kayak punya rumah sewa dan rumah kontrak. Belum ketahuan siapa tapi fenomenanya ketika kami turun pendataan tiap bulan, PSK tidak ada," tutup dia. (http://news.analisadaily.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar