Cerita Risma itu dipaparkan dalam forum penganugerahan 'Tokoh Perubahan Republika' di Ballroom Djakarta Theater, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015) malam.
Risma mendapat penghargaan karena keberhasilannya menutup lokalisasi Dolly dan membangun Kota Surabaya dengan segala capaian baik tata kota, inovasi hingga penggunaan teknologi informasi dalam pemerintahan.
"Saya tak mungkin berdiri di depan bapak ibu sekalian karena sekali lagi penghargaan ini merupakan penghargaan warga bagi Surabaya dan saya diberikan kepercayaan menerima penghargaan ini," ucap Risma memulai kata sambutannya sambil memegang piala penghargaan.
Risma bercerita bahwa tidak mudah menjadi seorang pemimpin atau kepala daerah dengan kondisi kota seperti Surabaya yang dulu perlu banyak pembenahan. Kota Pahlawan itu dulu dianggap panas, kotor terutama soal terkenalnya lokalisasi Dolly.
"Kami harus mengubah bersama-sama dengan seluruh warga Surabaya, sehingga Insya Allah Surabaya menjadi kota yang nyaman, anak-anak kami mereka berhak tinggal di Surabaya," ujarnya.
Mulailah Risma bercerita soal alasannya ngotot harus menutup lokalisasi Dolly yang dianggap terbesar di Asia Tenggara. "Saat saya tutup lokalisasi, dianggap karena tekanan garis keras," ucap Risma dengan nada sedikit terbata.
"Yang harus saya katakan bahwa kami ingin melindungi anak-anak kami dari kerusakan, karena di lokalisasi itu identik dengan narkoba. Di kawasan lokalisasi itu sebetulnya justru ada penindasan kepada kaum perempuan yang tinggal di situ," nada suara mulai melantang.
"Di kawasan lokalisasi juga banyak minuman keras! Trafficking! dan kami bisa buktikan apa yang kami lakukan benar," lanjutnya.
Akhirnya, meski mendapat pertentangan luar biasa dari masyarakat terutama beberapa pihak yang selama ini diuntungkan dengan lokalisasi, Risma dengan berbagai cara mulai pendekatan personal, hingga pendekatan kesejahteraan berhasil menutup Dolly.
"Saat ini kami harus rawat korban lokalisasi yang bertahun-tahun di Surabaya, dan anak-anak itu kini menjadi anak asuh pemerintah kota karena kita tidak tahu siapa ibu dan ayahnya," kata Risma.
"Terimakasih warga Surabaya yang membuat saya bisa berdiri di tempat terhormat ini," tutup Risma disambut tepuk tangan sekitar 500 orang termasuk pejabat yang hadir.
Mereka yang mendapat penghargaan adalah bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, inisiator gerakan one day one juz Bhayu Subrata dan Pratama Widodo serta ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
(http://news.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar