Oleh: Frederikus Prima Dikiman
Hey, jangan bergaul
sama dia, mamanya itu seroang pelacur. Kata-kata itu biasanya terlontar dari
mulut seorang ibu kepada anaknya agar jangan berteman dengan anak pelacur.
Takutnya anaknya “kotor”.
Pelacur itu ibarat
seorang yang ada pada lirik yang dinyanyikan Peterpan:
Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut
mencintanya
Ada pula yang kejam
menyiksa dirinya
Pelacur seperti
hidup di dua (2) dunia yang berbeda. Kadang mereka hidup di dunia senang, tapi
kadang pula mereka hidup di dunia yang penuh penderitaan. Mereka dipaksa untuk
melayani atau dengan senang hati melayani para lelaki hidung belang hanya untuk
sesuap nasi.
Yang menjadi
pertanyaan, apakah profesi sebagai pelacur itu wajar atau tidak wajar? Hampir
semua orang pasti bilang tidak wajar, tapi bagi mereka yang bergelut dalam
dunia itu merasa wajar-wajar saja, asalkan bisa makan. Mungkin banyak yang
tidak setuju dengan jawaban mereka, tapi kalau mereka menjawab, apakah kalau
kalian tidak setuju dengan pekerjaan kami, apakah kalian mau membantu kami?
Yah, mungkin hanya
sebagian orang saja yang mau membantu dari sekian banyak orang, ibarat air
kecil yang beriak di samudera yang luas.
Well, memang
keberadaan pelacur selalu dilema. Maju salah mundur salah. Kalau mereka
bekerja, pasti dihina, dicibir, dicaci maki, dikucilkan, dll. Tapi, kalau
mereka tidak bekerja, mereka mau makan apa? Mau usaha lain, pasti tidak akan
ada yang mau berkongsi paling hanya sedikit orang saja, karena dulunya bekas
pelacur.
Contoh keberadaan
pelacur yang dilemma, pemerintah menarik pajak dari bisnis pelacur, tetapi
dilain pihak mereka dikucilkan. Contoh lain adalah, skandal sex yang dilakukan
oleh para agen Secret Service ketika mengawal Presiden AS Barack Obama ke
Kolombia. Skandal tersebut terungkap setelah salah satu pelacur bernama Dania
mengaku tidak dibayar secara professional. Sesuai kontrak, Dania harus dibayar
800US$, namun hanya mendapatkan 225US$.
So, berdasarkan
uraian diatas, kita mungkin sedikit bisa tahu tentang dunia para pelacur yang
dilemma. (http://edydikimanpoenyblog.blogspot.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar