Selasa, 10 Juni 2014

Silir, dari Lokalisasi hingga Pasar Klithikan

Sejak zaman pemerintahan Jepang, di Surakarta telah dibuat tempat lokalisasi bagi pekerja seks komersial (PSK). Tempat ini dibangun untuk melokalisasi para PSK karena saat itu para PSK menjual diri di berbagai tempat. Para PSK ini kemudian dikumpulkan dalam satu lokasi tertentu yang kemudian disebut dengan kawasan Silir. Secara etimologi, Silir berasal dari bahasa Jawa yang berarti hembusan angin yang sejuk dan menyegarkan. Dalam konteks kawasan prostitusi, silir menjadi idiom yang berarti tempat istirahat yang menyejukkan hati karena di situ akan diperoleh kenikmatan hidup yang dapat melupakan segala masalah dunia. Kawasan Silir ini berada di Kelurahan Semanggi, merupakan pintu gerbang masuk Solo dari arah timur ( Mojolaban dan Polokarto ).
Pada masa kemerdekaan, sekitar tahun 1947,Pemkot Surakarta dibawah kepemimpinan Walikota Utomo Ramelan, Kawasan Silir secara resmi dibuka menjadi tempat prostitusi. Pemerintah Kota membangun bangunan sederhana dan tempat tinggal yang sehat sebagai tempat tinggal para PSK. Selanjutnya pemerintah mulai mengawasi kesehatan para PSK dengan menyediakan tenaga-tenaga medis untuk memeriksa kesehatan para PSK secara berkala.
Mengingat Solo dianggap sebagai ikon kota budaya, keberadaan Silir sebagai pusat lokalisasi dianggap menjadi penghalang. Maka sejak masa Walikota Imam Sutopo pada tahun 1998, lokalisasi Silir dinyatakan ditutup ( SK no. 462.3/09/1998). Sisa -sisa Silir hanya tinggal menjadi pasar ayam dan pasar besi bekas.
Tahun 2006, di sekitar Kawasan Silir digunakan sebagai lokasi baru para pedagang klithikan yang sebelumnya berada di kawasan Monumen ’45 Banjarsari. Pemerintah Kota Solo dibawah Walikota Joko Widodo membangunkan 1.018 unit kios berukuran 2 x 3 m di lahan seluas 1,1 ha. Relokasi para pedagang kaki lima dari monumen Banjarsari menuju Pasar Klithikan di kawasan ini tanpa menimbulkan gejolak sama sekali. Karena hal ini Joko Widodo beserta Pemkot Solo dianggap berhasil dan layak dicontoh oleh pemerintah lain dalam hal relokasi pedagang kaki lima. Pasar Klithikan ini sekarang dikenal dengan nama Pasar Klithikan Notoharjo. (Sumber: http://tentangsolo.web.id/silir.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar