Senin, 02 Juni 2014

Prostitusi Terselubung, Mulai SPG Sampai Guru TK

* Menyusuri "Wisata Sensual" di Kota Tepian

SOAL "wisata sensual", ternyata Kota Tepian tak kalah dengan kota metropolitan lainnya di Indonesia. Mulai lokalisasi "resmi" Bandang Raya Solong, Kecamatan Sungai Pinang, kemudian esek-esek berkedok di panti-panti pijat dan spa serta karaoke yang banyak tersebar di seluruh kota, hingga prostitusi terselubung.
Hal ini lah yang akan coba kami kuak melalui beberapa tulisan.
Menurut kabar, di kota ini terdapat prostitusi terselubung dengan wanita dari berbagai macam profesi dan latar belakang. Mulai SPG, sales mobil, model, teller bank serta berbagai macam profesi lainnya. Bahkan parahnya ada yang berprofesi sebagai guru honor di sebuah TK. 
Kabar ini awalnya saya dapat dari seorang teman yang mengaku cukup gemar menelusuri wisata sensual di kota ini.
Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan kabar itu. Namun lama kelamaan kabar itu rupanya cukup mengganggu saya. Hingga saya pun tertarik untuk menelusurinya. Menurut cerita mereka memiliki "markas" tersendiri. "Mereka suka nongkrong di café belakang sebuah hotel di pusat kota," ujar R, teman saya yang memiliki pengalaman cukup banyak, soal wisata sensual di Samarinda. Tarifnya pun terhitung tak terlalu mahal. Sekitar Rp 500 ribu sampai dengan Rp 2 juta untuk short time. Mereka biasanya mencari tamu melalui seorang "manajer" pria berinisial T.
Dengan modal beberapa bocoran dari R, saya pun berangkat menuju hotel yang dimaksud. Untuk mencari hotel yang dimaksud tak lah susah karena posisinya yang terhitung berada di pusat kota. Sesuai instruksi sumber, tiba di hotel yang dimaksud, saya tak masuk ke pintu depan, melainkan memilih langsung ke parkiran belakang.
Posisi parkiran tersebut sedikit menanjak dengan dasar hanya semen. Di pinggir lapangan parkir terlihat hamparan rumput dan ilalang. Terlihat sedikit tak terurus. Di salah satu sudut terlihat ruangan yang sepertinya dijadiakn gudang penumpukan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 12.15 Wita. Ada sekitar lima mobil dan belasan motor yang siang itu parkir dia area itu. Saya yang siang itu ditemani seorang teman tak langsung turun. Melainkan lebih memilih memantau terlebih dahulu. Tak ada tanda-tanda bahwa di hotel itu terdapat kegiatan yang dimaksud. Namun sekitar 10 menit kemudian terlihat dua wanita berumur sekitar 20 tahunan, berdandan ala kantoran, menggunaan blaser dan celana panjang berboncengan masuk ke area parkir. Keduanya terlihat seperti karyawan sebuah perusahaan. Saat itu saya masih berusaha positif thinking. Mungkin itu adalah tamu hotel yang hendak check in atau memang karyawan perusahaan yang sedang berurusan. Setelah memarkir motor, keduanya langsung masuk ke hotel melalui sebuah pintu kaca berwarna hitam. Saat keduanya membuka pintu, dua wanita terlihat keluar, tertawa cekikian sembari menelepon. Perawakannya sedang dengan dandanan sederhana namun tetap terlihat cantik. Sementara satunya lebih kecil dengan usia yang saya perkirakan masih belasan tahun. Saat itu kecurigaan saya mulai timbul. Kok di hotel yang terlihat sepi ini justru terlihat beberapa wanita yang menurut saya belum jelas "statusnya" apakah tamu, pegawai atau apa? Penasaran dengan hal itu saya mengajak teman untuk lebih baik masuk saja. Saya berpikir dari pada penasaran, lebih baik dipercepat saja kejelasannya.
Kami pun berjalan memasuki pintu kaca itu. Begitu dibuka, terlihat beberapa pasang kursi dan meja makan. Sepertinya ruangan ini adalah sebuah restoran atau mungkin café. Lampunya temaram dan sedikit berbau lembab. Di beberapa sudut terlihat beberapa wanita yang sedang duduk. Ada yang sibuk mengobrol, ada juga yang terlihat tertawa-tawa sendiri sembari memainkan keypad HP-nya. Tampaknya mereka sedang sibuk komunikasi melalui SMS atau BlackBerry Massenger (BBM). Untuk sementara, suasana tersebut persis dengan apa yang diceritakan sumber kami. Setelah berupaya "menguasai keadaan" kami pun menarik kursi dan duduk di salah satu kursi. Lima menit duduk tak ada seorang pun pelayan terlihat. Yang kami rasakan adalah semua mata wanita-wanita itu mulai melihat ke arah kami seperti berupaya menelisik maksud kedatangan kami di ruangan itu. Berselang 10 menit kemudian seorang pria masuk ke ruangan, tampaknya dia sudah cukup dikenal para wanita di ruangan. Setelah ber-haha-hihi sebentar, seorang wanita berdiri dan kemudian menghampiri pria itu. Setelah cipika-cipiki keduanya berpelukan dan kemudian berjalan ke arah lorong kamar hotel. Melihat hal itu kecurigaan kami semakin membesar. Wah, kok sepertinya semakin jelas menggambarkan apa yang ada di kabar tersebut. Saya pun berpikir bagaimana memulai membuktikannya. Saat sibuk berpikir, seorang pria muncul dari arah lorong kamar dan kemudian menyapa para wanita tersebut. Awalnya saya berpikir bahwa pria itu adalah salah satu "konsumen" di lokasi itu. Tapi kecurigaan saya sepertinya meleset. Ternyata dia justru adalah "tokoh" pria diantara wanita-wanita itu. Tokoh maksud saya adalah germo atau "manajer" dari wanita-wanita penjaja cinta itu. Pasalnya ciri serta perawakan dan pembawaanya sesuai dengan apa yang diceritakan sumber saya. Perawakannya sedang, suka membawa tas kulit kecil, persis dengan apa yang diceritakan sumber saya. Ooo ini berarti pria berinisial T itu. Tak membuang waktu, saat bertatapan mata, saya pun melambaikan tangan, berupaya terlihat seperti sudah mengetahui semua apa yang terjadi di hotel itu. Pria berinisial T itu pun berjalan menghampiri kami. Menarik sebuah kursi dan duduk bersama di satu meja. "Apa kabar?" serunya sembari menjabat tangan saya. Setelah menjawab pertanyaan T, karena sudah yakin, saya pun sok tahu dan langsung menanyakan berapa yang harus saya bayar untuk mendapatkan para wanita tersebut. Beruntung, sok tahu saya itu bersambut. Ternyata benar, para wanita-wanita yang di ruangan itu memang bisa "dipakai" semua.
"Mau model yang seperti apa?" tanya T. "Mau yang tinggi ada, mau yang sedang juga ada. Kalau suka yang body kecil-kecil juga ada," sambungnya.
Tak langsung menjawab, saya pun berupaya mencuri-curi pandang melihat para wanita tersebut. Memang apa yang diceritakan sumber saya tersebut sepertinya benar. Kalau diperhatikan gaya para wanita itu  sama sekali tak memperlihatkan bahwa mereka adalah wanita penjaja cinta.
Saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba masuklah dua wanita berusia sekitar 20 tahun. Menggunakan celana jins selutut serta kaos ketat putih dengan aroma cukup harum. Perawakannya sedang dengan ukuran dada yang lumayan besar keduanya. Wajahnya bisa dibilang cukup cantik. Berkulit putih, dengan rambut sama-sama sebahu. Satunya diikat biasa, sementara satunya lagi dijepit ke arah atas. Dandanan keduanya hampir mirip. Salah satunya masuk sembari menenteng tas bermerek dan sebuah kunci mobil. Saya melihatnya karena kami duduk tak jauh dari pintu masuk. Dalam hati saya berpikir, wah "bening" juga nih perempuan. Rupanya pikiran saya terbaca T. Spontan dia mengatakan. "Namanya Dh, dia sales sebuah dealer mobil. Satunya Dw dulu teller sebuah bank swasta," ungkap T tanpa menyebutkan merek mobil serta bank swasta yang dimaksud. Karena penasaran saya pun kembali menanyakan, apakah mereka juga termasuk anak buah T. Dan jawabannya pun sesuai dengan harapan saya. "Iya," jawabnya singkat.
"Mau kenal?" tanyanya. Dan tanpa saya sadari, kepala saya pun mengangguk. Rupanya naluri kelakian saya lebih cepat menjawab. Dengan melambaikan tangan sekali, wanita yang dimaksud pun berjalan ke arah kami.  
"Hai," sapanya singkat. Kami pun berjabat tangan. Tangannya cukup halus dengan kuku-kuku tangan dicat putih, terlihat sangat terawat. Setelah itu wanita berinisial Dh itupun menarik kursi dan duduk di sebelah saya. Wow, aromanya sungguh harum dan sensual. Kulit tubuhnya putih bersih. Soal dada tak perlu diragukan lagi, sempurna! Ditambah senyumnya yang cukup manis. Saya pun mempersilakan dia untuk memesan minum. Tak canggung dia pun memanggil salah satu satu karyawan café, sembari mengikat rambut tebalnya.
Rambut-rambut halus terlihat menghiasi leher belakangnya, saat dia mengangkat rambutnya. Semakin menambah keseksiannya. Dia pun memesan segelas lemon tea."Sudah dari tadi?," tanyanya. "Sekitar 20 menit lah," jawab saya.
Setelah sekitar 10 menit berbincang, Dh izin beranjak untuk menelepon rekannya.   
Saat itu kesempatan saya untuk mengorek lebih dalam dari T, terkait anak buahnya. "Ada berapa orang anak buah mu?," Tanya saya. T pun menjelaskan, kalau mereka  para wanita itu sebenarnya anak buah "tidak resmi". "Ada banyak, sekitar 20 puluh orang. Tapi mereka bukan anak buah saya. Mereka teman-teman saya, kebetulan saja saya yang membantu mencarikan konsumen," ungkap T.
Saya pun semakin penasaran dengan jaringan ini. "Mereka rata-rata bekerja dan menjajakan cinta bukan pekerjaan utamanya," terang T. "Ada yang sekadar cari duit tambahan saja. Ada yang juga cuma sekadar melampiaskan nafsu," sebut T sembari tertawa lebar. Saya sendiri tidak tahu, apakah yang disebutkan T tadi benar atau tidak.
Pria yang sedikit "feminim" itu pun mulai menjelaskan satu persatu latar belakang wanita yang ada di ruangan tersebut. "Kalau yang itu, umurnya masih muda. Masih sekitar 18 tahun,"sebutnya sembari menunjuk seorang gadis berperawakan manis, berkulit kuning, berukuran dada sedang. Dilihat dari tampilannya, wanita muda itu memang terlihat masih remaja. Rambutnya sedikit pirang dengan potongan bob. "Namanya R, Bapaknya seorang pengusaha walet. Dia jarang-jarang ke sini. Paling kalau lagi perlu atau mau saja. Itu pun tak selalu minta dicarikan tamu. Dia saat ini masih duduk di bangkus SMA," sebut T. T pun kembali meneruskan penjelasannya. "Kalau yang di sebelah namanya Ol, dia mahasiswi Fakultas Ekonomi," jelas T sembari menyebutkan nama sebuah universitas negeri di Samarinda.
Dari apa yang saya korek dari keterangan T, rupanya latar belakang dari para gadis koleksi-nya cukup banyak dan benar-benar dari berbagai kalangan.  
Setelah berbincang cukup lama, rupanya T sedikit tersadar kalau sudah cukup gamblang menjelaskan. Dia pun bertanya, saya tertarik dengan yang mana."Jadi mau yang mana nih bang?," Tanya nya.
Pertanyaan yang biasa dilontarkan seorang "papi". Sembari tersenyum, saya bilang."Sabar bos, saya masih melihat-lihat ini," jawab saya.
Melihat para wanita koleksi T yang ada di ruangan hampir semuanya berparas di atas rata-rata. Mungkin bila dinilai 1 sampai 10, wanita koleksi T rata-rata bernilai 6-8. Serasa tak sabar T pun kembali menanyakan wanita mana yang saya pilih. Sembari berupaya mengulur waktu saya iseng bertanya. "Ada yang lain nggak sih?," Tanya saya. "Oh, ada, mau yang seperti apa?," balasnya sembari mengeluarkan sebuah HP dari balik sakunya. Dia pun membuka galery foto dan menunjukan satu persatu wanita koleksi lainnya. "Yang ini namanya M. Profesinya SPG, kalau tertarik bisa saja, tapi harus di atas jam 4 sore, karena saat ini dia masih bekerja," ujarnya menjelaskan. "Tarifnya sekitar Rp 800 sampai Rp 1 juta biasanya. Tapi kalau mau nego langsung saja nanti dengan dia. Biasanya kalau dia suka, dia mau kok dinego," paparnya. Dilihat dari fotonya wanita bernama M ini cukup lumayan. Tingginya mungkin sekitar 165 Cm. beratnya mungkin sekitar 55 Kg. Terlihat proporsional. Dari foto yang diperlihatkan, sepertinya M duduk di sebuah lobi hotel berbintang cukup terkenal di kota ini.
T pun kembali menggeser crusor HP nya. "Nah kalau ini namanya L. Abang pasti suka," kata T berusaha merayu saya. Dari foto yang diperlihatkan T, wajah gadis yang disebut bernama L ini memang cukup lumayan. Mirip salah satu artis ibu kota Julia Perez (Jupe) yang terkenal dengan ukuran dada luar biasa dan sering berpenampilan seksi. "Mirip kan? Sebody-body-nya juga sama," desaknya."Iya," jawab saya singkat. Saya akui wajahnya memang sangat mirip dengan Jupe."Kalau yang ini mahal bang, sekitar Rp 2 juta sekali pakai. Dia mahasiswi, tapi nyambi juga 'jualan'. Terakhir dia sering sekali minta dicarikan tamu. Katanya sih untuk bayar cicilan mobil," ucapnya.
Saat asyik menawarkan koleksinya, tiba-tiba saja ponsel T berbunyi. Setelah berbicara sebentar dia pun menutup ponselnya dan kemudian melangkahkan kaki keluar ruangan. Tak berapa lama kemudian dia kembali dan kemudian menepuk bahu saya."Kalau suka yang body kecil ikut saya. Saya kenalkan, dia ada di luar.," ujarnya. Belum selesai saya menjawab, tangan T sudah menarik saya untuk keluar. Sampai parkiran, seorang wanita berperawakan kecil menggunakan setelan berwarna coklat seperti seragam pemerintahan terlihat duduk di sebuah motor tanpa melepas helmn dengan kaca penutup yang terbuka. "Nih kenalin," ujar T sembari menarik tangan saya untuk bersalaman dengan wanita tersebut. Sayangnya wanita itu sedikit tidak jelas menyebutkan namanya."Karena kondisi di parkiran sangat panas dan saya kurang tertarik dengan wanita tersebut, saya pun menggelengkan kepala dan memberikan kode ke arah T. Rupanya T paham dan kemudian menyuruh saya masuk kembali. Saya pun melangkahkan kaki kembali ke ruangan. Tak berapa lama setelah saya duduk, T kembali ke meja kami dan menjelaskan latar belakang wanita itu. Dan penjelasan T cukup membuat saya kaget. "Namanya Rt, dia bekerja sebagai guru honorer di sebuah TK. Kebetulan sudah lama dia tak ke sini. Tadi ke sini dia minta dicarikan tamu karena lagi perlu dana," jelas T. Haaa..., apaaa? Guru TK? Serasa masih tak percaya saya pun kembali mempertegas penjelasan T. "Iya guru TK. Lihat sendirikan tadi dia ke sini masih menggunakan seragam guru," tukasnya. Dalam hati saya menyebut. Astagfirullah..., mau jadi apa negeri ini kalau gurunya ternyata nyambi menjadi penjaja cinta seperti ini.(http://www.sapos.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar