Selasa, 03 Juni 2014

Jadi Ruang Terbuka Hijau, Ahok Usir PSK di Kali Jodo

Xlarge_ilustrasi-gang-kalijodo-_thejakartapost.com_
Caption foto: ilustrasi, Kali Jodo akan dijadikan ruang terbuka hijau (the jakarta post.com)

Pemda DKI akan mengubah kawasan Kali Jodo, Jakarta Utara menjadi ruang terbuka hijau. Warga yang bermukim di sana akan direlokasi, tapi tidak bagi para Pekerja Seks Komersial (PSK).
"Kalau kena kami, enggak mau kita bikin lokalisasi. Kalau kena mereka, ya diusir saja. Semua pemukiman di sekitar inspeksi dan waduk itu akan dibersihkan. Kami ingin buat jalan dan jalur hijau," ujar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Wakil Gubernur DKI Jakarta, pada Jumat (28/2/2014).    
Di Kali Jodo terdapat lokasi prostitusi yang letaknya persis di bantaran Kanal Banjir Barat. Jika jalur tersebut dibuat ruang terbuka hijau dan sungai itu pun ikut dinormalisasi, PSK akan diusir tanpa memberikan bantuan secara khusus. Kecuali PSK tersebut memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta, Pemprov DKI akan memberikan rumah susun yang sudah dibangun di beberapa tempat di Jakarta.
"Kalau dipindah ke rusun, ya tidak apa-apa. Kalau ada juga yang akan disediakan rusun kalau dia ada KTP. Kalau tidak ada KTP DKI ya tidak dapat rusun," ujar dia.
Sebelumnya, ketika melakukan blusukan bersama pertama kali, Jokowi dan Ahok sempat mengunjungi pemukiman yang dikenal sebagai tempat lokalisasi atau warung remang-remang di samping Kali Jodo ini.
Di lokasi itu, banyak terdapat rumah yang sekaligus dijadikan warung. Banyak bertuliskan seperti Wisma Jelita, Pelangi Indah, Dhimas Andika, Wisma 68, Nona Manis, dan lain-lain. Beberapa di antaranya terpampang iklan merek minuman alkohol.
Menurut sejarah, Koran Tempo edisi 5 maret 2002 menulis cerita Kali Jodo, bahwa sejak abad 18, Kali Jodo sudah terkenal sebagai ladang bisnis seks. Di sebelah Banjir Kanal Barat – Kali Angke itu jadi langganan para pria Cina mencari teman kencan atau membeli gundik.
Perempuan lokal dipoles dan dilatih lagu-lagu Mandarin untuk memikat para babah atau perantau dari Cina. Sejak itu, praktis Kali Jodo ikut memainkan peran penting terjadinya asimilasi pria-pria Tionghoa dan warga pribumi. Sampai era 50-an, para mucikari masih terlihat bersama perempuan-perempuan yang ditawarkan di atas perahu-perahu di Kali Angke.
Pada 1998, lokalisasi digusur oleh Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta. Beberapa germo terusir dengan ganti rugi uang. Namun hingga kini, diam-diam di beberapa gang masih ada lokalisasi kelas pinggiran. (sumber: http://www.nefosnews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar