Selasa, 01 Maret 2016

Sebelum Menutup Lokalisasi, Sediakan Dulu Pekerjaan


Click Here
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
 Sebelum menutup lokalisasi sebaiknya pemerintah, menyediakan atau membuatkan lapangan pekerjaan yang bisa menggantikan pekerjaan para pekerja seks komersial (PSK).
Sehingga pasca lokalisasi tersebut ditutup, mereka tidak pindah ketempat lain. Sebaliknya, bila disediakan pekerjaan mereka pasti berhenti menjadi PSK.
Sebab, menurut Ketua Perhimpunan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta (P3SY), Sarmi, paska Pemprov DKI menutup lokalisasi kalijodo, kini muncul wacana penutupan lokalisasi diberbagai daerah di Indonesia.
Oleh karena itu, bila kebijakan lokalisasi ditutup justru para pekerja sek komersial berpindah tempat, karena tidak dibekali ketrampilan kerja dan modal yang cukup.
”Di Kota Yogyakarta dahulu dilakukan penutupan lokalisasi Sanggrahan sekitar tahun 1996 sampai 1997, namun pemerintah saat itu tidak memberikan solusi. Sehingga para pekerja kembali menjadi PSK,” ujar Ketua Perhimpunan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta (P3SY), Sarmi, Selasa (23/2).
Setelah penutupan lokalisasi tersebut, para PSK tersebar diberbagai lokalisasi baik di Yogyakarta maupun Jawa Tengah, yang belum terkena penutupan oleh pemerintah daerah setempat.
”Ada yang di Sarkem, Pantai Mbolong, Samas, Bantul dan ada yang pindah ke Semarang ataupun daerah lainnya,” katanya.
Untuk itu, Sarmi mengingatkan, hendaknya sebelum menutup lokalisasi sebaiknya pemerintah menyediakan tempat pelatihan atau menyediakan pekerjaan bagi mereka. Sehingga saat lokalisasi itu ditutup mereka tidak kembali ke lokalisasi atau ke jalan-jalan.
P3SY sendiri menurut dia, sudah aktif memberikan pelatihan kepada pekerja seks seperti pelatihan pembuatan manik-manik, membatik, membuat handycraf dan sektor usaha lainnya.
”Banyak pekerja (seks) yang beralih profesi, namun mereka memilih untuk membuka warung angkringan dan lain sebagainya,” katanya menjelaskan.
Untuk itu, harus ada solusi konkrit untuk pekerja seks agar nanti jika benar ditutup tidak kembali ke lokalisasi. ”Harus ada solusi konkrit,” ujarnya.
Hal yang sama di katakan Endang dan Nita mantan PSK di Giwangan yang harus kembali terjun ke Pantai Mbolong sebagai pekerja sek komersial kala itu.
”Rumah saya jauh, saya masih muda mau pulang tidak punya duit akhirnya terjun lagi,” ujar Endang yang kini menetap di kawasan Pantai Parangkusumo.
Endang yang kini insaf memilih membuka warung untuk menyambung hidupnya, karena pernah membuka karaoke juga ditutup paksa oleh pemerintah dan polisi.
”Ya mau usaha apalagi, ya buka warung kecil-kecilan,” ujar wanita asli Purwodadi Jateng ini.
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan di Kota Yogyakarta tidak ada lokalisasi resmi yang berdiri. ”Di Yogyakarta tidak ada lokalisasi,” katanya.
Namun demikian, ia mengakui ada sebagian masyarakat yang membuka tempat prostitusi. Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk ikut memantau.
(SMNetwork)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar