Jumat, 23 Januari 2015

Tokoh Agama Ini Sindir Moto “Madiun Kota Gadis”, Kenapa?

Ketua MUI Kota Madiun, KH Muhammad Sutoyo angkat bicara soal hukuman mati bagi terpidana narkoba. (JIBI/Solopos/Aries Susanto) 
Ketua MUI Kota Madiun, KH Muhammad Sutoyo angkat bicara soal hukuman mati bagi terpidana narkoba. (JIBI/Solopos/Aries Susanto)
 
Pergaulan bebas sepertinya menjadi sesuatu yang tak terhindarkan di era teknologi saat ini. Madiun Kota Gadis, adalah sebuah moto yang lama disematkan di Kota brem ini. Namun, kini disindir. Ada apa?

Tokoh agama sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Madiun, KH Muhammad Sutoyo menyindir moto Madiun Kota Gadis.

Menurut lelaki yang juga dosen tasawuf Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo itu, moto tersebut mestinya memacu para pemangku kebijakan di Kota Madiun untuk lebih serius membentengi para pelajar dari pergaulan bebas.
“Motonya disebut sebagai Kota Gadis. Tapi, banyak anak-anak pelajar yang sudah tak lagi gadis sebelum waktunya,” ujar Sutoyo ketika ditemui Madiunpos.com, di kediamannya, Selasa (20/1/2015).
Istilah “Gadis” yang menjadi moto Kota Madiun sebenarnya bermakna perdagangan dan perindustrian. Namun, moto ini oleh Sutoyo diplesetkan ke makna yang sesungguhnya lantaran kondisi pelajar akhir-akhir ini yang memprihatinkan.
“Jadinya, malah kota perdagangan gadis,” sindirnya.
Sutoyo mengungkapkan keprihatinannya itu lantaran dia mengaku banyak mendapatkan informasi bahwa banyak kalangan pelajar di Kota Madiun yang sudah tak lagi perawan. Bahkan, sebagian dari mereka terjebak dalam jaringan prostitusi pelajar.
“Yang tampak di permukaan saat ini kelihatannya adem-ayem. Tapi, kalau tahu dalamnya, saya sangat miris. Sudah sangat melorot pendidikan moral anak-anak kita,” timpalnya.
Berdasarkan pengamatannya, dua dari 10 siswa SMP dan SMA di Madiun telah melakukan hubungan seks bebas dan bahkan ada beberapa di antaranya yang terjerumus ke dunia pelacuran.
“Jika dulu terdapat istilah ‘ayam kampus’, namun saat ini trennya mulai bergeser menjadi ‘ayam abu-abu’ atau bahkan ‘ayam biru’. Ini sungguh memprihatinkan,” kata dia.
Menurutnya, merosotnya norma agama terhadap gaya bergaul kaum muda saat ini hingga berakibat pada hubungan seks bebas dan pelacuran di tingkat pelajar, adalah murni kesalahan semua pihak, baik orang tua, sekolah, lingkungan, dan dunia pendidikan pada umumnya.
“Kalau ada siswa yang sampai terjerumus ke hal eksploitasi seksual itu adalah kesalahan semua pihak. Inilah pentingnya ilmu agama, supaya, jika ada siswa yang sudah terlanjur terjerumus ke dunia tersebut dapat sadar dan bagi yang belum tidak akan terjerumus,” katanya. (http://www.harianjogja.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar