Kamis, 29 Januari 2015

Doa Seorang PELACUR


FIKSI
 
Malam menjelang shubuh…..
Semilir angin menerpa tubuh, menelusuk tulang…
Dingiiiinnnnnn…..
Isak tangis seorang wanita paruh baya dari balik bilik kayu, tempat dimana ia bekerja
“Yaa Tuhan,……huk..huk….huuuksss
Aku, seorang wanita yang bekerja di malam hari…
Ketika yang lain tertidur lelap
Aku berkeringat bekerja…..menikmati kerja…
Aku,…..menikmati kerja…menikmati kerja
13025637671965611083
merenung (photo dari nenggelisfansori.wordpress.com)
Yaa Tuhan….
Setiap usai melakukan pekerjaan ini, sering aku menangis dan menyesal
Namun, lebih sering aku melupakan penyesalan itu dan melakukannya kembali…
.
Tuhan…..
Awalnya terpaksa melakukan semua ini, karena keterpaksaan….
Karena desakan ekonomi….karena kebutuhan keluarga….
Aku sudah berjanji, hanya satu kali saja…
Tapi Tuhan, ketika aku mencari pekerjaan lain…huks..hukss
Semua mata memandang curiga…mencemooh…
Aku tak sanggup Tuhan…tak sanggup menahan malu, marah dan emosi…
Aku kembali ke ‘dunia ini’…
‘dunia’ yang menerimaku dengan senyum…bahkan dengan tertawa…
.
Yaa Tuhan…huks..hukss
Banyak teman-temanku bernasib seperti aku…
Ingin taubat, ingin insyaf…ingin kembali…..
Namun, terlalu sulit untuk melakukannya….
‘dunia ini’ begitu kuat mencengkeram….
‘dunia luar’ sana tidak siap menerima kami…
Mata, hidung, telinga dan mulut di ‘dunia luar’ sana seolah berdengung, berkicau dan memasang telinga lebar tentang kami….mencari kesalahan kami dan….merendahkan kami…
Tak semua memang….banyak juga mereka di ‘dunia luar’ yang menerima kami dengan tangan terbuka dan member ‘rumah baru’untuk kami…..
Namun Tuhan, yang menolak kami jauh jauh lebih banyak lagi…
Huks…huks…hukss..
Tuhan, anak-anak kami butuh makan, butuh sekolah, butuh bekal…
Huks…aku tahu Tuhan….
Hampir setiap saat, hampir setiap jengkal langkahku penuh dosa…
Aku berkeringat karena peluh ‘itu’
Uangku juang uang ‘itu’
.
..huk…hukkss…yang paling membuat aku sedih Tuhan……
Aku selalu bilang kepada anak-anakku, bahwa ini Rezeki dari MU….
Dan aku selalu meminta doa dari anak-anakku….untuk pekerjaanku…
Pekerjaan yang tidak pernah mereka ketahui…
Tuhan, ….huks..huksss
Betapa setiap kata-kata untuk anak-anakku nyaris selalu berisi ‘kebalikan’
Aku katakan bekerja di Restoran malam…padahal…’melayani malam’
Aku katakana bahwa ini halal untuk kalian…padahal…huks…huks…
Tuhan….huks..huks
Mengapa aku seperti ini…
Bekerja di bilik pinggir rel kerata api…..
Mencari makan dan rejeki keluarga…..
Mengapa aku tidak menjadi pelacur politik saja seperti yang ada di Tipi…
Mereka terhormat dan berjas, berdasi…
Atau jadikan aku menjadi pelacur kehormatan bangsa…pelacur kekuasaan
Palacur perusahaan besar….pelacur…..huks…huks…
Mereka pelacur yang menjadi nara sumber, Tuhan….pelacur yang tertawa sumringah di layar kaca…..
Tuhan….huks….huks…
Aku ingin sekali bertaubat…menyesali dengan ribuan air mata….
Ingin sekali Tuhan…
Namun, jutaan godaan tak mampu aku tolak…
Namun, mudahnya mencari uang di bilik pinggir rel kereta ini membuat aku agak sungkan mencari pekerjaan lain
Namun, emohnya ‘dunia’ luar menerima aku membuat aku lebih suka kembali kesini…
.
Tuhan….huks…huks…
Angkatlah aku kedunia lain..yang sehat dan mau menerima aku….
Tuhan….aku mohon dengan sangat…biarkanlah anak-anakku tidak mengerti dan tidak tahu
Siapa sebenarnya aku…..agar mereka giat belajar ….
Agar mereka tidak seperti ibunya……”
Huks…huks…..
Beberapa kepala mendekatkan diri ke bilik tersebut…
Mereka ikut melinangkan air mata
Tertusuk dengan kata-katanya
Tapi…mereka juga tak mampu berbuat apa-apa….
Tak berbuat apa-apa
.
Salam cinta dan ukhuwah
–elha / KLINIK CINTA–
(http://fiksi.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar